Hidup memang tidak selalu mudah. Tapi saya percaya kesulitan-kesulitan yang kita hadapi dalam hidup itu sebenarnya bertujuan untuk membuat kita semua yang terlahir ke dunia untuk memahami kesalahan, belajar dari kesalahan tersebut dan terus berjuang. Untuk dapat mengerti hal-hal tersebut pun kita butuh proses yang panjang dan tidak mudah. Apalagi ketika kita ingin mencapai sesuatu.
Semuanya pasti butuh proses, tidak ada yang instan. Proses adalah sesuatu yang mahal harganya karena dalam proses kita bisa banyak belajar, tahu, mengerti, dan menjadi orang yang berpandangan luas. Ketika kita mau melalui proses yang panjang untuk mendapatkan hasil yang baik, kepuasan yang didapatkan pasti akan berkali-kali lipat.
Ketika kita mau melalui proses yang panjang untuk mendapatkan hasil yang baik, kepuasan yang didapatkan pasti akan berkali-kali lipat.
Proses juga penting untuk hadir dalam kesedihan yang kita alami. Saat bersedih, kita butuh proses untuk menerima sehingga bisa bisa menjadi lebih mengerti bahwa segala hal di dunia ini tidak hanya ada kebahagiaan saja tapi juga ada kesedihan. Oleh sebab itu, saat kita merasa hidup itu indah, kita harus bisa menerima keindahan tersebut dengan sangat terbuka. Begitu pun sebaliknya, jika sedang sedih, kita baiknya percaya bahwa kesedihan tersebut hanyalah sementara. Esok pasti akan ada hari yang lebih baik lagi.
Di saat seperti inilah setiap proses dalam hidup menjadi amat penting. Proses tersebut berperan saat kita berusaha menerima kejadian di masa lalu agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat, yang lebih mengerti bahwa pada akhirnya tidak semua hal akan berjalan sesuai yang diharapkan atau berwujud baik. Tapi sekalipun kita harus mengalami hal buruk, semua pasti ada hikmahnya. Kita harus bisa berpikiran terbuka untuk memahami bahwa kebahagiaan dan kesedihan hadir untuk menjaga keseimbangan hidup.
Saya merasa banyak orang yang masih berusaha menyangkal ketika mengalami kesedihan. Mereka berusaha pura-pura kuat saat sebenarnya mereka sedang tidak bisa. Saya pun pernah mengalami itu. Tapi saya belajar ketika sudah belajar menerima, saya memahami bahwa tidak apa-apa menurunkan ego untuk merasakan prosesnya karena dari proses tersebut saya mendapatkan banyak hal. Saya mendapatkan pelajaran untuk mengendalikan diri dan menghadapi kesedihan.
Tidaklah apa-apa untuk menangisi orang yang pernah ada dalam hidup. Bahkan pria sekalipun wajar jika ingin menangisi orang yang pernah ada dalam hidup. Di saat menangisi orang tersebut, kita harusnya bisa bersyukur karena dapat menjadi seseorang yang mencintai orang lain yang begitu dalam sampai bahkan mungkin melupakan diri sendiri. Tidak baik memang mencintai orang lain dan melupakan untuk mencintai diri sendiri. Tapi akhirnya dengan adanya perpisahan yang menyedihkan, kita jadi tahu bahwa itu tidak baik. Jadi dalam proses menerima kesedihan baiknya kita tidak menutupi perasaan yang dialami dan jujur pada diri sendiri. Saya yakin di ke depannya pasti ada pelajaran berharga di baliknya.
Jadi dalam proses menerima kesedihan baiknya kita tidak menutupi perasaan yang dialami dan jujur pada diri sendiri.
Saya sadar kalau kita mencintai seseorang begitu dalam, biasanya kita sering memberikan 100% kepada orang tersebut. Tidak apa-apa sebenarnya, tapi kita juga harus ingat untuk mencintai diri sendiri. Sebab saat sudah tidak bersama, perpisahan bisa berdampak pada mental kita. Kita bisa jadi orang yang insecure dan punya trust issue. Ini bisa terjadi ketika kita sudah memberikan semuanya kepada orang tersebut tapi ternyata dikecewakan oleh orang tersebut. Akhirnya kita bisa mempertanyakan diri, “Gue kurangnya di mana ya?”.
Lewat album “It’s Never Easy” saya ingin orang tahu untuk menjaga keseimbangan hidup. Jangan memberikan semuanya pada orang lain sampai lupa memberikan cinta ke diri sendiri. Kita harus menyadari semua hal bisa terjadi saat kita mencintai seseorang. Jadi harus sadar pula untuk bisa belajar mengendalikan diri.