Semasa kecil, saya adalah anak yang penuh ekspresi, senang bergerak, senang berlari-lari, tertawa bersama teman-teman. Setelah beranjak dewasa tentu ada beberapa hal yang kemudian berubah dan beberapa hal lain yang perlu saya kompromikan.
Saya tidak mungkin terus menerus menjadi anak kecil dengan pola pikir yang sama saat tumbuh menjadi dewasa. Bisa dibilang ada cita-cita masa kecil yang saya kompromikan. Dulu mungkin hampir semua anak bercita-cita menjadi insinyur atau dokter, tapi kesempatan dalam hidup ternyata lebih luas dari itu. Saya sendiri juga tidak pernah membayangkan kalau saya akan menjadi praktisi mindfulness.
Terkadang kita merasa kita yang paling tau rencana terbaik bagi diri kita di masa depan. Padahal, kalau kita menjalani hidup dengan seutuh dan sehadir-hadirnya, bisa jadi kita menemukan potensi yang selama ini belum kita sadari. Saat ini saya menjalani profesi yang tidak pernah saya pikirkan saat kecil, tapi saya sadar bahwa Tuhan punya halan terbaik untuk saya. Apa yang kita anggap sebagai suatu kegagalan, tak jarang ternyata mengantarkan kita pada rencana baru yang jauh lebih baik.
Apa yang kita anggap sebagai suatu kegagalan, tak jarang ternyata mengantarkan kita pada rencana baru yang jauh lebih baik.
Selain cita-cita, ada beberapa cara pandang yang juga harus disesuaikan. Hal ini juga tergantung dengan bagaimana kita dibesarkan. Apakah kita diberikan ruang untuk belajar dari kesalahan sendiri, apakah kita diberikan ruang untuk bangkit dari ketidaknyamanan, dan apakah kita terbiasa dikelilingi oleh orang-orang yang membereskan hal-hal berantakan di hidup kita. Kalau benar demikian, artinya kita butuh reparenting ourself dan belajar hidup sebagai orang dewasa, untungnya sekarang kita sudah punya banyak sarana untuk belajar hidup.
Saya kebetulan menghabiskan masa kecil dengan banyak kemudahan, tapi ini juga bukan hal yang sepenuhnya baik. Bagi saya, ini menjadi tugas bagi orang tua agar tidak hanya memudahkan anak dalam menjalani hidup tetapi juga menjadi pembimbing dan teman bagi mereka untuk belajar menghadapi kesulitan dan ketidaknyamanan dalam hidup. Karena hidup tidak hanya sugar, spice, and everything nice ada banyak hal yang perlu kita hadapi dan perjuangkan.
Bagi saya arti menjadi dewasa adalah saat kita memilih untuk mengambil tanggung jawab akan diri sendiri. Dewasa artinya berani menghadapi kesulitan dan ketidaknyamanan seduai dengan bagaimana cara kita mengenal diri. Tanpa memahami diri sendiri dengan sungguh-sungguh, kita tidak akan tau cara terbaik untuk menjalani hidup. Mulailah mengambil kendali dalam hidup dengan segala kesulitan yang ada. Coba berhentilah merasa dirimu adalah korban, karena kita selalu punya kendali akan bagaimana car akita hidup.
Bagi saya arti menjadi dewasa adalah saat kita memilih untuk mengambil tanggung jawab akan diri sendiri. Dewasa artinya berani menghadapi kesulitan dan ketidaknyamanan seduai dengan bagaimana cara kita mengenal diri.
Apabila teman-teman ada yang merasa kalau menjadi dewasa itu melelahkan dan menyulitkan, mungkin yang perlu dilakukan adalah balajar untuk slowing down dan sunggung-sungguh mengenal diri. Apa yang dirasakan oleh bagian dirimu sehingga merasa kalau menjadi dewasa itu sulit dan melelahkan. Apa kira-kira yang diraskaan bagian dirimu ini. Dengarkan dulu dirimu yang mengeluh sebelum kita melangkah lebih jauh. Jangan lupa juga untuk belajar slowing down supaya kita bisa belajar mengenal diri dan kebutuhan kita, sehingga kita bisa merawat diri kita sesuai dengan kebutuhan kita yang sesungguhnya.