Baik pribadi atau pebisnis bisa mengalami kegagalan finansial. Salah satu faktor utama yang menyebabkan adalah tidak adanya kejelasan visi keuangan jangka panjang. Bagi para pebisnis biasanya pailit terjadi karena adanya ketidakmampuan untuk menganalisa perubahan tren yang sedang terjadi atau tidak bisa menangkap momentum. Sebuah bisnis sangatlah tergantung pada visi sang pemimpin itu sendiri mau membawa bisnis ke arah mana. Sehingga kalau sebuah bisnis tidak dapat beradaptasi secara konstan, menghadapi perubahan, akan sulit untuk bisa bersaing dengan bisnis lain. Apalagi kalau misalnya tidak secara cermat diteliti apakah ada permintaan akan produk atau jasa dari bisnis tersebut. Kalau memang tidak ada buat apa dilanjutkan. Sebelum mengalami kerugian yang lebih parah harus segera dipikirkan alternatif lainnya. Contoh produk Nokia dan Blackberry. Kini sudah tidak ada permintaan penggunaan selular dengan keypad. Orang beralih ke layar yang lebih besar. Sehingga produk-produk tersebut juga harus mengikuti perubahan zaman ini untuk bisa survive.
Akan tetapi kalau kebangkrutan sudah terjadi utamanya para pebisnis harus menyiapkan mental dalam menghadapi kegagalan tersebut. Harus segera siap melakukan recovery. Jangan justru malah baper dan terjebak dalam kegagalan. Dukungan emosional dari orang-orang terdekat sangatlah penting. Tapi lebih penting lagi mendapatkan dukungan dari diri sendiri. Menurut saya, motivator terkuat adalah diri sendiri. Tanyakan diri sendiri apa yang harus dilakukan dan diinginkan. Percayalah bahwa semua kesalahan bisa dipelajari. Jangan pernah menyesali. What’s done it’s done. Jadikan saja pelajaran untuk masa depan. Terus mengungkit apa yang terjadi di masa lalu hanya akan merusak visi ke depannya. Tidak akan menyelesaikan masalah. Lalu buru-buru sortir dampak yang terjadi akibat kebangkutan tersebut. Masalah yang besar dipecah menjadi masalah-masalah kecil lalu diselesaikan satu persatu. Kalau ada hutan, kewajiban yang harus dibenahi, pelan-pelan dibenahi. Juga segera putuskan lini bisnis yang masih dapat diperjuangkan dan yang harus dilepaskan. Harus belajar merelakan juga agar tidak terus terpuruk dalam bangkrut. Ke depannya apabila tetap ingin memulai bisnis yang sejenis mesti ditata ulang lagi tujuannnya. Kalau merasa tidak potensial carilah yang baru.
Percayalah bahwa semua kesalahan bisa dipelajari
Sedangkan bangkrut yang dialami individu biasanya diakibatkan oleh gaya hidup. Banyak anak muda sekarang tidak bisa menentukan gol finansial mereka. Menghidupi keseharian dengan perspektif jangka pendek saja. Ironisnya banyak orang liburan ke Bali, misalnya, mau menyisihkan waktu untuk membuat bujet liburan dan segala jadwal kegiatan saat berlibur. Tapi untuk masa depan yang lebih serius dari sekadar liburan mereka justru tidak merencanakan dengan baik. Padahal tidak pernah ada yang tahu risiko apa yang akan terjadi pada mereka di masa depan. Mereka hanya hidup dari gaji setiap bulan. Ketika sudah ada uang dihabiskan cepat-cepat kemudian kalau sudah habis hanya menunggu gajian di bulan berikutnya. Banyak dari mereka terpapar dengan pemikiran YOLO (you only live once) dan FOMO (fear of missing out). Berpikir, “Ya sudahlah, kapan lagi.” Hanya memikirkan kebutuhan jangka pendek. Luput dari perhatian mereka untuk membuat skala prioritas. Padahal hanya dengan membuat prioritas keuangan mereka bisa hidup lebih sejahtera di masa depan.
Tidak pernah ada yang tahu risiko apa yang akan terjadi di masa depan.
Kita tak pernah tahu sewaktu-waktu kehilangan pekerjaan atau terjadi suatu bahaya yang menguras keuangan. Oleh karena itu baiknya harus dapat menyiapkan dana darurat. Biasanya jumlahnya 6-12 kali gaji. Dana darurat nantinya bisa dipakai untuk mengganti pendapatan yang hilang akibat PHK. Bisa juga ditambahkan pengeluaran untuk asuransi jiwa. Jadi kalau misalnya kita tidak lagi dibiayai kantor, kita masih dapat membayar kebutuhan kesehatan. Akan tetapi jumlah penyisihan juga disesuaikan dengan kondisi saat ini. Apakah sudah berkeluarga, tinggal di mana, ada penyakit bawaan atau tidak. Sama seperti pebisnis, risiko yang mungkin terjadi harus ditelaah dulu sehingga bisa dipertimbangkan berapa jumlah uang yang harus disisihkan setiap bulan untuk dana darurat. Rata-rata untuk mereka yang single dana darurat harus disisihkan 10-30%. Penting juga untuk kita tahu bahwa dana pensiun yang sudah ditabungkan sebaiknya jangan dijadikan modal kerja. Kesalahan banyak orang di Indonesia adalah menggunakan dana pensiun untuk modal kerja. Padahal dana pensiun itu sebenarnya ditujukan untuk kita di hari tua di mana sudah tidak usia produktif. Sehingga nantinya dana tersebutlah yang menjadi pengganti gaji yang dulu kita dapatkan setiap bulannya untuk kita bertahan hidup di masa sudah tidak dapat bekerja maksimal.