Self Art & Culture

Perjalanan Penuh Makna

Vinny Mulyadi

@beby_vinny

Pendiri Agensi Travel Konseptual

Ilustrasi Oleh: Robby Garsia (Atreyu Moniaga Project)

Pada suatu waktu dalam hidup, kita pasti pernah merasakan kepenatan yang membuat kita merasa membutuhkan suatu aktivitas untuk mengembalikan energi postif dalam diri. Biasanya, rasa bosan tersebut dapat teratasi bila kita sejenak keluar dari rutinitas harian, seperti melakukan perjalanan atau pergi berlibur. Terdengar sederhana. Namun, yang harus dipikirkan adalah, apakah kita akan merasa mendapat energi  baru saat kembali pulang atau jangan-jangan, kita justru kembali membutuhkan liburan usai pulang berlibur?

Saat kita ingin melakukan perjalanan atau pergi berlibur, sebuah perencanaan akan program perjalanan menjadi sangat penting. Untuk dapat merancang program yang sesuai, tentu kita terlebih dahulu harus tahu apa yang sebenarnya kita tuju atau inginkan dari perjalanan yang akan kita lakukan. Apakah untuk mendapat ketenangan, mempelajari hal baru, mencoba kuliner lokal, atau apapun itu, kita perlu menyadari apa yang akan panca indera kita ingin temukan dan rasakan selama sekian hari perjalanan, sekaligus berbuat baik pada sekitar.  Itulah yang dimaksud dengan mindful traveling.

Penerapan dari mindful traveling, berangkat dari sudut pandang dan kesadaran pikiran saat kita memulai perjalanan, kita sudah tahu konteksnya adalah kita ingin mendapatkan experience atau pengalaman.  Sebagai contoh saat kita ingin mengunjungi suatu tempat, dimana  banyak persepsi orang yang mengatakan tempat tersebut kotor, tidak teratur, dan rawan. Bila kita sudah set pikiran kita dan sadar bahwa pemandangan serta kondisi ‘semerawut’ demikian yang memang akan kita lihat dan rasakan, kita pun kemungkinan besar akan dengan ringan hati menerima apapun kondisi yang mungkin kita temui, serta tidak kecewa bila satu atau dua hal buruk datang menghampiri. Ya memang hal tersebut terjadi karena kita yang datang ke lokasi rawan, kok. Malah, bisa saja hal buruk tersebut justru membuat kita merasa lebih bersyukur karena tinggal di wilayah yang misalnya terasa aman, nyaman, dan teratur.

Lantas, bagaimana bila kita sudah menempatkan pikiran kita bahwa misalnya tempat yang akan kita kunjungi adalah wilayah yang aman, namun tiba-tiba suatu hal buruk terjadi dan lalu membuat kita merasa kecewa karena tempat tersebut tidak sesuai bayangan? Apakah itu lantas kita dianggap tidak mindful? Tidak serta merta disebut demikian . Kembali lagi dalam konteks ‘experience’, traveling itu seperti konsep hidup. Kita tidak akan pernah benar-benar tahu apa yang akan terjadi di destinasi tujuan hingga kita merasakannya sendiri. Mungkin kita bisa melakukan perencanaan sedemikian rapi dan detil. Namun, kita tidak bisa sepenuhnya mengontrol apa saja yang akan kita hadapi.  Oleh karenanya, bila kita sudah siap atau sadar dengan memikirkan semua ketidakpastian itu, kita akan lebih memiliki kebesaran hati untuk menerimanya, serta kemungkinan untuk meyakini  bahwa itu merupakan salah satu pengalaman dalam liburan yang bisa saja ke depannya memberikan dampak positif.

Di masa dimana traveling dianggap sebagai salah satu cara untuk mencari jati diri serta tujuan hidup, sebagai penyedia jasa biro perjalanan, saya berusaha untuk membantu peserta tour mencapai tujuan yang mereka inginkan dengan menguatkan konten program perjalanan. Suatu program wisata yang penuh diisi kunjungan ke sejumlah tempat secara singkat tanpa memberi pemahaman atau cerita tentang lokasi tersebut pada peserta tour, secara umum tidak akan menciptakan kenangan. Bila orang sudah tidak create memories, dia kemungkinan besar akan lupa. Lantas, proses apa yang bisa diolah dalam dirinya bila berkesan atau diingat saja tidak?

Berangkat dari hal itu, saat membuat suatu program perjalanan, saya terlebih dahulu selalu melakukan visualisasi apa yang dapat orang lihat, ambil, dan rasakan dari mengunjungi suatu tempat. Pun, saya tidak akan membuat suatu program yang terkesan terburu-buru demi mengejar target kunjungan ke banyak tempat. Proses memahami dan merasakan nilai-nilai lokal tidak akan dapat secara maksimum diserap bila hanya sekedar datang, melihat, foto, lalu pergi.  Untuk itu, bisa saja saya harus bekerja sama dengan agen wisata lokal dan komunitas setempat untuk dapat memperkaya para traveler ini untuk mendapatkan experience di setiap perjalanannya. Jadi yang ditekankan adalah bagaimana mereka mendapat experience langsung semaksimal mungkin.

Berbicara mengenai perjalanan bermakna, bagi saya setiap perjalanan, dengan caranya sendiri, selalu dapat membuka mata akan momen dan interaksi yang ditemui di suatu tempat. Contohnya bila kita melakukan perjalanan panjang dengan teman atau membawa group, sifat alami orang biasanya akan muncul dengan sendirinya di hari-hari akhir perjalanan. Yang semula tampak manis, bisa saja menjadi cranky. Yang semula easy going, bisa saja menjadi egois. Kita pun harus dapat beradaptasi akan hal ini bila ingin tetap menikmati liburan. Begitu pun bila kita pergi ke tempat yang memiliki sarana dan prasarana kurang memadai. Kita dapat menjadi merasa bersyukur karena tinggal di tempat yang nyaman, sekaligus menjadi lebih cekatan dalam menyesuaikan diri di tempat baru. Selalu terselip hal baik di setiap kejadian. Memang, nanyak hal yang tidak dapat kita kontrol. Namun, kita dapat selalu mengontrol diri kita.

Bila dahulu setiap merancang program perjalanan saya selalu berusaha sesempurna mungkin, tidak boleh keluar dari rencana, tidak boleh ada complaint, dan segala kesempurnaan lainnya, kini saya mulai memandangnya dengan cara berbeda. Saya tidak bisa mengatur para peserta tour bereaksi atau bersikap. Saya pun bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk mewujudkan program perjalanan yang diinginkan. Jadi sebenarnya, saya hanyalah bagian kecil dari sejumlah pihak yang saling berhubungan dan berperan dalam menyediakan pengalaman bagi peserta tour.  Oleh karenanya, bila suatu hal yang tidak diharapkan terjadi, lalu saya bersikap keras pada diri sendiri atau pihak tertentu saja, tidak adil juga. Saya tetap membuat rencana, melakukan sesuai porsi saya sebaik mungkin, tapi apa yang akan terjadi selebihnya di luar kendali, saya kini serahkan dan menerimanya sebagai pembelajaran ke depan. Asal dikerjakan dengan niat baik, tujuan yang baik, segala sesuatu pun biasanya akan dengan sendirinya mengikuti berjalan dengan baik pula.

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024