Selagi aku berjalan di detik-detik air hujan akan mengguyuri Jakarta, tiba-tiba terkenang memori tentang pencapaian diri di masa lalu. Dalam kurun waktu satu tahun berproses, aku melihat email berisikan pengumuman bahwa aku berhasil mencapai apa yang benar-benar aku inginkan selama enam tahun terakhir.
Berproses adalah masa fokus yang kadang kala gemar diabaikan banyak orang. Seakan perjalanan untuk tumbuh ini lebih sulit ditangkap oleh traffic media sosial dibandingkan cerita akan pencapaian-pencapaian sebagai hasil dari proses.
Tulisan ini tidak berfokus untuk mengeluh, karena ya sudahlah ya, masa lalu dipelajari untuk masa depan. Tulisan ini lebih menyoroti bahwa dalam setiap proses, ada kekurangan, dan dengan kita menyadari kekurangan ini, mencoba untuk berusaha, munculah kelebihan. Kelebihan tersebut untukku adalah rasa tenang menikmati proses setiap harinya.
Untuk bisa sampai menikmati proses, percaya deh, nggak mudah. Terkadang perlu waktu, tenaga, jatuh bangun, berpikir keras. Tapi, ujung-ujungnya akan worth it. Energi ini akan menghasilkan semuanya yang bisa menjadi pembelajaran kita. Awalnya aku sangat fokus untuk mendapatkan hasil yang maksimal, jadi aku sangat berupaya untuk menyiapkan segalanya dari jauh-jauh hari.
Untuk bisa sampai menikmati proses, percaya deh, nggak mudah. Terkadang perlu waktu, tenaga, jatuh bangun, berpikir keras. Tapi, ujung-ujungnya akan worth it.
Di dalam proses ini, aku ditemani seorang teman yang justru melarangku untuk berfokus kepada hasil. Aku kemudian berpikir, “kenapa tidak?” Karena aku sudah berusaha keras sendiri, kenalan dengan banyak orang, konsultasi dengan orang yang ahli dibidangnya, dan lain-lain. Dia berusaha keras untuk membuat aku fokus kepada proses. Ia berkata, “Apa pun hasilnya, itu adalah hasil dari usaha yang sesuai, bukan berarti maksimal, bukan berarti paling lama.” Aku berusaha mengilhami perkataannya, walaupun setengah tidak percaya, dan jalani semuanya. Akhirnya aku bisa mendapatkan pencapaian tersebut.
Jika ditelaah kembali, semua ini bisa digapai karena ternyata aku menyadari setiap perjalanan yang aku lalui dalam berproses. Aku selalu bilang dalam hati, “ya sudahlah ya, ini yang bisa aku lakukan. Intinya aku melakukan hal ini dengan niat baik. Kalau hasilnya tidak sesuai dengan harapan, berarti akan ada yang lebih baik yang sekarang aku tidak tau.” Sebelum pencapaian ini, aku sudah berkali-kali mencoba mencari rezeki dan pencapaian lain, tapi lampu keuntungan tidak pernah menyala. Temanku selalu berkata setiap kali aku gagal; “kamu naik pangkat, dalam hal kehidupan”. Awalnya tidak paham artinya apa. Tapi, setelah aku merasakan kegagalan itu, sangat terasa pesannya. Pikiranku jadi lebih terbuka, ambisiku lebih bisa dikontrol, dan kepercayaan terhadap usahaku sendiri jadi meningkat.
Aku berpikir, “ternyata hidup ini lebih besar dari sekedar satu pencapaian. Jadi buat apa sedih kalau belum bisa mencapai hal tersebut?”
Kalimat temanku itu menjadi energiku dalam berproses. Tercapai atau tidak, yang penting aku “naik pangkat”. Aku jadi lebih menikmati prosesnya, karena memang aku ingin mencoba untuk mencapai sesuatu. Kenikmatan ini menjadi kelebihan aku untuk berproses, tidak lagi berfokus terhadap hasilnya. Bagaimanapun prosesnya, pasti ada yang bisa diubah menjadi kelebihan, dan nantinya bisa jadi energi untuk mendorong diri kita sendiri mencapai apa yang diinginkan. Jika belum berhasil, ingat saja, kamu sudah naik pangkat.