Ada banyak tahapan yang perlu dilalui saat kita menghadapi patah hati. Salah satunya adalah tahapan penyangkalan, sebuah tahap dimana kita akan berusaha menyangkal rasa sedih atau sakit yang dialami karena patah hati. Tak jarang kita lalu berupaya untuk bisa mencari pelarian dan stimulus dari luar untuk bisa sejenak melupakan momen patah hati yang sepatutnya kita lalui.
Sebagian mungkin dengan bertemu bersama teman-teman dan menghabiskan waktu selama mungkin, mencari kegiatan yang bisa menyita pikiran, atau bahkan sebagian juga berusaha menghapus rasa sakit dari patah hati dengan minuman atau pesta. Aku pun sepakat, bahwa menghadapi rasa sedih dan patah hati sering kali terasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini yang lantas membuat kita berusaha lari dari apa yang sebenarnya kita rasakan.
Momen patah hati yang seharusnya kita lalu dan terima, terkadang terlalu sulit untuk dihadapi dan terasa lebih mudah untuk terus menerus dihindari dengan beragam pelarian yang memungkinkan. Padahal, ini justru akan memperpanjang proses kita untuk bisa sembuh dari rasa sedih akibat patah hati. Memang menghadapi perasaan dalam diri itu sulit dan rumit hingga terkadang kita merasa tidak pernah siap untuk menghadapinya.
Momen patah hati yang seharusnya kita lalu dan terima, terkadang terlalu sulit untuk dihadapi dan terasa lebih mudah untuk terus menerus dihindari dengan beragam pelarian yang memungkinkan. Padahal, ini justru akan memperpanjang proses kita untuk bisa sembuh dari rasa sedih akibat patah hati.
Proses menerima dan melalui momen patah hati ini juga aku ceritakan melalui lagu rilisan terbaruku berjudul “Still Drunk”. Lagu ini juga menggambarkan metafora antara perasaan yang aku rasakan dan alami. Tidak hanya ‘mabuk’ karena minuman tetap juga mabuk cinta atau perasaan mabuk karena memikirkan seseorang begitu banyak.
Lagu ini bercerita tentang seseorang yang sedang mencari pelarian dari perasaan yang ia rasakan tapi ternyata dia masih mabuk karena memikirkan seseorang yang pernah ada dalam hidupnya. Secara melodi dan musik, rasanya lagu ini bisa menggambarkan warna musik Jordan Susanto ke depannya. Sekaligus juga sebagai pembuka perjalanan albumku dalam waktu dekat.
Berkaca dari pengalamanku sendiri, sebenarnya ada banyak cara dalam menghadapi momen patah hati. Bagiku terkadang kalau dilalui dengan benar-benar sendirian, aku justru takut pikiranku melayang entah ke mana, sehingga tak jarang aku berusaha mencari tempat yang lebih berisik dari pikiranku sendiri. Mungkin tidak benar-benar berisik dalam artian yang sesungguhnya, sesederhana seorang teman yang bisa hadir dan berbincang akan banyak hal.
Musik juga menjadi salah satu hal yang membantuku untuk bisa menyalurkan perasaan yang ada di dalam diri. Saat bisa mencurahkan banyak hal melalui musik dan karya rasanya sangat melegakan. Mungkin memang butuh waktu yang lama, tapi ini salah satu caraku untuk berdamai dengan perasaan yang aku hadapi dalam berbagai momen di hidup.
Melalui lagu ini aku hanya ingin berbagi bahwa it’s okay to be sad but still dance. Kadang hidup dan perasaan kita meman terlalu rumit untuk dipahami. Kita bisa sedih karena satu hal lalu beberapa saat kemudian kita bisa bersuka cita karena hal lain. Jadi menurutku, hidup itu sangat dinamis dan mencari pelarian dari rasa sedih itu wajar selama kita bersedia kembali dan menghadapi perasaan kita hingga tuntas.
It’s okay to be sad but still dance. Kadang hidup dan perasaan kita meman terlalu rumit untuk dipahami. Kita bisa sedih karena satu hal lalu beberapa saat kemudian kita bisa bersuka cita karena hal lain.