Pernyataan “don’t judge a book by its cover” banyak dilontarkan untuk menghindari adanya penilaian sesaat akan seseorang dari tampak luar saja. Meskipun begitu, penampilan luar dapat menjadi jendela bagi orang lain untuk menyambut baik diri kita dalam tujuan tertentu. Pakaian adalah bentukan di awal di mana menampilkan diri kita secara visual sehingga lawan bicara setidaknya memiliki bayangan seperti apa berkomunikasi dengan kita. Secara tidak sadar saat kita melakukan interaksi dengan seseorang untuk pertama kali, saat adanya kontak mata, jabat tangan, lawan bicara dapat menangkap sekilas kemampuan diri kita. Di tahap inilah penampilan dapat mengambil peran untuk meningkatkan impresi lawan bicara.
Secara tidak sadar sebenarnya cara kita berpakaian menjadi salah satu strategi diri untuk melancarkan aksi tertentu. Misalnya seperti saat ini saya bekerja di perusahaan yang mempromosikan budaya Indonesia, untuk melancarkan misi saya sebagai representasi perusahan tersebut tentu saja saya membawanya dalam penampilan sehari-hari. Hampir setiap hari saya menggunakan batik atau tenun atau produk-produk lokal yang dirancang oleh desainer lokal. Dengan demikian secara tidak langsung saya memberikan kesadaran bagi orang lain untuk mulai mengenal budaya Indonesia. Begitulah akhirnya pesan yang ingin saya sampaikan pada masyarakat atau orang lain dapat secara tidak langsung dijelaskan oleh penampilan saya.
Provokatif Tidak Melulu Berarti Negatif
Saat mendengar kata ‘provokatif’ banyak orang mengasosiasikannya pada hal yang negatif. Padahal provokatif dapat berarti ‘berpengaruh’ atau memberikan pengaruh pada orang lain akan suatu hal yang ingin disampaikan. Dalam berpakaian saya bisa dibilang cukup nyentrik. Saya tidak suka dengan pakaian yang normal dalam artian keluar dari warna-warna atau motif-motif senada. Karena saya memiliki misi saat berpakaian jadi saya sengaja menggunakan pakaian yang provokatif untuk dapat menarik perhatian orang lain demi memulai sebuah percakapan.
Sebagai contoh, ketika saya berada di luar negeri saya seringkalli menggunakan tas batik atau aksesori etnik khas Indonesia. Hal ini mengundang mata orang lain dan mendorong mereka untuk bertanya dari mana asalnya barang-barang yang saya kenakan. Kemudian terucap buatan asli Indonesia di mana saya akhirnya memperkenalkan identitas negeri secara singkat. Sebaliknya saat di dalam negeri saya sering mix and match merek internasional yang berkelas dengan produk lokal. Tujuannya adalah untuk memberikan perhatian pada orang lain bahwa produk lokal dapat disejajarkan dengan produk global.
Berikan Energi Pada Penampilan
Percaya atau tidak, cara kita berpakaian sehari-hari dapat memberikan energi pada diri sendiri. Jelas energi utama pada pakaian adalah untuk memberikan kepercayaan diri. Saat kita menggunakan pakaian yang bagus dan nyaman kita akan jadi lebih percaya diri saat mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Pakaian juga dapat memberikan energi positif lainnya pada saat situasi psikis sedang tidak baik. Contohnya ketika sedang merasa sedih atau sedang banyak pikiran, pakaian yang lebih berwarna dapat membantu kita untuk menyeimbangi situasi sendu. Secara tidak langsung pakaian yang dikenakan memberikan semangat untuk menjalani keseharian.
Jadikan Bentuk Adaptasi Terhadap Lingkungan
Sebelumnya saya bekerja di sebuah perusahaan minuman beralkohol. Melihat penampilan saya dulu sangat bertolak-belakang dengan sekarang. Dahulu saya hampir tidak pernah menggunakan rok dan berpenampilan tomboy. Bukan hanya karena kepribadian saya dulu yang memang agak sedikit tomboy, cara berpakaian saya dulu menyesuaikan lingkungan kerja. Bayangkan jika saya harus pergi dari satu bar ke bar lain, menawarkan produk dengan menggunakan rok atau high heels atau produk branded. Yang ada saya akan mengarahkan impresi klien ke jalur yang salah. Berbeda dengan sekarang, saya menjadi representasi budaya Indonesia sehingga untuk meyakinkan orang lain untuk mencintai budaya Indonesia, saya pun harus memulai dari diri sendiri.
Akan tetapi untuk beradaptasi terhadap lingkungan tentu saja membutuhkan proses. Jika tidak, kita hanya akan membebankan diri sendiri saat mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kepribadian diri. Oleh karena itu kita dapat mengubah cara berpakaian demi mendukung pekerjaan namun tetap harus disesuaikan dengan gaya sendiri dan harus memastikan kenyamanan saat mengenakannya. Selama proses pengubahan penampilan kita harus pintar menemukan gaya apa yang cocok dengan kepribadian dan lingkungan tanpa harus berpura-pura.
Sebagai Pelengkap, Bukan yang Utama
Meski penampilan dapat menjadi salah satu faktor penentu penilaian diri, tapi harus diingat bahwa penampilan hanyalah pelengkap bukan yang utama. Akan terasa percuma saat kita sudah sangat percaya diri dengan penampilan dan apa yang kita suguhkan di luar sudah sangat baik tapi pribadi atau kemampuan diri tidak mendukung first impression tersebut. Cara berpakaian yang berpengaruh dapat menjadi poin lebih dan membuat kita memiliki “paket” lengkap ketika interior diri membuktikan bahwa kita tidak hanya sekadar baik dari tampak luar saja.