Mengenal diri adalah salah satu kemampuan yang harus kita kuasai dalam hidup. Mengetahui alasan di balik perilaku dan tindakan yang dilakukan sehari-hari dapat membuat kita bisa lebih jujur pada diri sendiri. Sehingga kita bisa memahami mana kegiatan yang memang benar kita suka dan tidak suka. Dengan begitu kita bisa membentuk nilai dalam diri dan mengerti karakter asli dan jati diri yang bertahan untuk jangka waktu panjang. Nantinya kita pun akan mengerti apa tujuan hidup kita sebenarnya.
Dalam proses mengenal diri terdapat motivasi yang membentuk alasan kita melakukan suatu tindakan. Tidak mungkin kita melakukan sesuatu tanpa alasan. Baik sekadar tindakan sederhana seperti mengusap rambut sampai yang besar seperti memutuskan ingin kuliah di mana pasti ada alasannya. Alasan tersebutlah yang membentuk karakter kita di mana bisa jadi alasan itu berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik) maupun dari faktor luar diri (ekstrinsik). Secara singkat, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dipicu oleh faktor-faktor yang tidak secara alami datang dari hasrat atau kesenangan diri. Terdapat dua faktor yang memicu motivasi ekstrinsik yaitu untuk mendapatkan sesuatu atau untuk menghindari sesuatu yang buruk. Misalnya ketika kita diminta untuk membuat laporan keuangan oleh bos di kantor. Motivasi kita mengerjakan laporan keuangan itu ada dua. Kita melakukannya supaya tidak dimarahi bos dan kedua supaya memenuhi keinginan sang bos.
Dalam proses mengenal diri terdapat motivasi yang membentuk alasan kita melakukan suatu tindakan. Tidak mungkin kita melakukan sesuatu tanpa alasan.
Sebaliknya, motivasi intrinsik adalah keinginan melakukan sesuatu berdasarkan hasrat diri. Kita melakukannya karena menyenangkan. Bahkan jika tidak dibayar, tidak ada manfaatnya sekalipun untuk diri kita tetap suka. Contohnya hobi menyanyi. Kita suka tiba-tiba bernyanyi di kamar mandi. Itu terlebih karena kita suka saja, karena menyenangkan. Bukan karena ingin didengarkan orang lain apalagi dibayar oleh orang lain. Kegiatan yang berasal dari motivasi intrinsik adalah kegiatan yang memiliki sisi rewarding meskipun tidak ada penghargaan yang didapatkan diri. Tapi memang untuk memahami apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang murni dari dalam diri atau tidak kita perlu mengetahui faktor apa saja yang dapat memicu motivasi tersebut menjadi sebuah tindakan.
Pertama adalah faktor tantangan. Jika kegiatan yang hendak dilakukan memiliki sifat yang menantang dan kita tidak mencari keuntungan atas apa yang dilakukan. Bisa juga adanya faktor penasaran. Misalnya kita merasa penasaran untuk mencoba menu makanan yang belum pernah dirasakan. Tidak peduli apakah rasanya enak atau tidak, kita secara alami ingin mencobanya. Kalau memang enak akan dikonsumsi kembali, kalau tidak nantinya tidak akan dicoba lagi. Kemudian ada juga faktor kendali. Sejatinya manusia tidak suka merasa tidak berdaya dan tidak punya kendali. Sehingga banyak tindakan yang kita lakukan berasal dari dalam diri agar bisa memegang kendali. Meski sebenarnya tindakan tersebut tidak ada nilainya untuk kita. Seperti ketika kita menyetir. Kita suka rasanya bisa mengendalikan sebuah kendaraan. Memahami caranya menyetir dan merupakan sebuah kepuasan tersendiri kalau mampu menyetir mobil. Sekalipun sebenarnya bisa saja kita tidak perlu menyetir dan tidak ada manfaat apapun yang didapatkan dari kita bisa menyetir.
Sejatinya manusia tidak suka merasa tidak berdaya dan tidak punya kendali. Sehingga banyak tindakan yang kita lakukan berasal dari dalam diri agar bisa memegang kendali.
Tidak berhenti di sana, motivasi intrinsik bisa juga dipicu dengan adanya keinginan kita untuk bekerja sama. Banyak orang yang lebih memilih untuk bekerja sama ketimbang bekerja sendiri. Terkadang perasaan ingin bekerja sama itu datang bukan karena ingin mendapatkan sesuatu dari orang tersebut. Kehendak bekerja sama itu muncul karena kita senang bila melakukan sesuatu bersama-sama. Sebaliknya, ada pula orang-orang yang senang berkompetisi. Bukan untuk mencari kemenangan. Melainkan hanya untuk merasakan sisi kompetitif pada saat berada di satu lomba atau kompetisi saja. Terakhir adalah faktor pengakuan. Faktor ini sebenarnya cukup rancu untuk menuntun kita pada motivasi ekstrinsik sebab bisa jadi kita tidak menyadari bahwa keinginan diakui bisa saja supaya kita mendapatkan sesuatu. Pengakuan yang berasal dari motivasi intrinsik dapat ditunjukkan dari keinginan kita melahirkan karya yang dibagikan pada orang lain. Walaupun orang lain mungkin tidak suka, tidak masalah. Yang terpenting karya yang benar-benar kita lahirkan dari kemampuan diri sendiri itu dilihat orang lain.
Jadi sebenarnya motivasi intrinsik tidak bisa dibuat-buat. Namun sudah pasti kita semua punya motivasi ini sedari lahir hingga sekarang. Pasti ada tindakan atau perilaku yang berdasar pada motivasi intrinsik. Hanya saja setelah kita mengenal nilai uang dan penghargaan, seringkali motivasi yang tadinya murni dari dalam diri lama-lama berubah menjadi motivasi ekstrinsik. Meskipun begitu bukan berarti motivasi ekstrinsik akan selalu mengarahkan pada nilai yang negatif. Banyak juga perilaku atau kebiasaan kita sehari-hari yang awalnya harus dipicu oleh motivasi ekstrinsik terlebuh dahulu. Seperti misalnya olahraga supaya hidup seimbang, supaya sehat. Bagi beberapa orang olahraga mungkin bukan kegiatan favoritnya. Sehingga tidak mungkin ada motivasi intrinsik dalam melakukannya. Akan tetapi mereka tahu itulah kebutuhannya sebagai manusia sehingga dia harus memberikan “reward” pada diri sendiri untuk melakukannya. Dalam hal ini "hadiahnya" adalah memiliki tubuh yang sehat. Lama-kelamaan, ketika sudah menjadi kebiasaan mungkin saja akhirnya kegiatan berolahraga berdasar pada motivasi intrinsik. Ketika dia akhirnya menyukai olahraga dan tidak lagi memikirkan untuk sehat. Melainkan untuk memenuhi kepuasan dan menyenangkan hatinya saja. Dengan demikian sebenarnya kita tetap harus memahami dan mengetahui motivasi intrinsik dalam diri agar bisa mempertahankan perilaku, kebiasaan dan identitas diri yang dapat bertahan dalam waktu lama.
Hanya saja setelah kita mengenal nilai uang dan penghargaan, seringkali motivasi yang tadinya murni dari dalam diri lama-lama berubah menjadi motivasi ekstrinsik.