Sebagai manusia biasa, perasaan insecure telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Sepertinya tak ada satu orang pun yang belum pernah merasakan itu setidaknya sekali dalam hidup. Nama-nama besar yang ada di dunia sekalipun pasti pernah merasakannya. Perasaan insecure itu juga tak bisa tiba-tiba hilang seutuhnya dari diri meski sudah pernah disembuhkan. Kita, manusia, terus bertumbuh dengan tantangan baru. Sehingga sewaktu-waktu bukannya tidak mungkin perasaan gusar, takut, dan khawatir itu muncul kembali. Namanya saja hidup. Pasti ada naik dan turun. Sungguh sangat manusiawi jika nanti bisa berjumpa lagi dengan perasaan insecure asal kita tak menjadikannya benalu. Sebaliknya, kita bisa merayakan kegusaran dalam diri dan mengubahnya menjadi motivasi untuk bergerak maju.
Sungguh sangat manusiawi jika nanti bisa berjumpa lagi dengan perasaan insecure asal kita tak menjadikannya benalu. Sebaliknya, kita bisa merayakan kegusaran dalam diri dan mengubahnya menjadi motivasi untuk bergerak maju.
Beberapa waktu lalu, aku menceritakan segala perasaan yang biasanya kusimpan sendiri. Segala perasaan khawatir akan masa depan serta ketakutan akan masa lalu yang mungkin bisa menghantui masa kini. Aku menemukan bahwa ternyata setelah membagikan pengalaman dan perasaan itu pada orang lain, aku jadi lebih lega. Aku merasa tidak lagi sendiri karena tahu orang lain juga punya perasaan insecure dalam dirinya. Kemudian aku juga mulai menyadari bahwa perasaan insecure ternyata bisa membuat kita tidak mindful. Sulit merasakan apa yang terjadi hari ini, detik ini. Selalu dirundung kegalauan yang mungkin bisa mengurangi optimisme. Apalagi di masa pandemi ini kita tiba-tiba harus menghadapi sesuatu yang tidak pasti. Aku sempat berpikir banyak orang, termasuk aku, pasti memiliki banyak kekhawatiran akan masa depan. Entah itu kekhawatiran karena tidak bisa bertemu dengan keluarga dan orang-orang dekat, ataupun memikirkan soal waktu. Apakah kita masih punya banyak waktu untuk membahagiakan orang-orang di sekeliling kita?
Setelah menyadari itu, aku mulai menuliskan satu demi satu kegelisahan yang kumiliki. Selain ketakutan tidak punya banyak waktu untuk menghabiskan hari-hari dengan orang yang dicintai, aku juga jadi mempertanyakan apakah selama ini sudah melakukan yang terbaik atau belum. Belum lagi adanya perasaan insecure dengan standar yang disematkan masyarakat terhadap seorang figur publik untuk terlihat sempurna. Harus aku akui, pekerjaanku menutut untuk tampil cantik ketika di atas panggung. Meski aku tumbuh besar di lingkungan yang apa adanya, tapi ada masanya aku merasa kurang percaya diri kalau bertemu banyak orang. Terlebih karena aku memiliki masalah hormonal imbalance yang terkadang membuat penampilan fisik kurang prima. Sesuatu yang tak bisa aku kendalikan.
Lambat laun aku menemukan bahwa kunci dari masalah insecurity bukanlah dari luar tapi dari dalam diri sendiri. Seperti dalam menghadapi kekhawatiranku terhadap masalah hormon. Ternyata yang bisa menyelesaikannya adalah dengan menjadi lebih sadar. Sesederhana lebih sadar dalam pola konsumsi. Aku belajar untuk menyadari apa yang aku makan dan berada di masa sekarang ketika sedang makan. Tidak melakukan kegiatan lain selagi menyantap hidangan. Aku menyadari bahwa ternyata apa yang masuk ke dalam tubuh sangat menentukan jati diri kita. Yang masuk ke dalam tubuh kita memengaruhi jiwa dan raga. Setelah menjadi lebih sadar akan pola konsumsi, memilih makanan yang baik dan tidak untuk tubuhku, masalah hormon pun teratasi. Hampir tidak pernah dialami lagi hingga kini.
Lambat laun aku menemukan bahwa kunci dari masalah insecurity bukanlah dari luar tapi dari dalam diri sendiri.
Pengalaman itu membuatku menyadari hal lain tentang mengenal diri sendiri. Bahwa solusi atas perasaan khawatir, gusar, dan takut, bukanlah sekadar merelakan apa yang sudah terjadi dan berusaha untuk menjalani hari-hari. Kita juga harus bisa merasuk ke dalam diri, dan mengenalnya lebih dalam lagi. Lewat single terbaruku yang berjudul Hoolala, aku mencoba untuk memperlihatkan diriku yang rentan serta yang kuat dalam waktu bersamaan. Aku menjadikan setiap kata di dalamnya seakan bagai mantra: You betta be bold and strong enough. You betta be tough and brave it out. Lewat lagu ini pun aku ingin bilang bahwa kita sebagai manusia harus menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Walaupun begitu jangan sampai kita terlena hingga melupakan apa yang menjadi tujuan hidup.
Bahwa solusi atas perasaan khawatir, gusar, dan takut, bukanlah sekadar merelakan apa yang sudah terjadi dan berusaha untuk menjalani hari-hari. Kita juga harus bisa merasuk ke dalam diri, dan mengenalnya lebih dalam lagi.
Perasaan insecurity tidak harus selalu jadi negatif. Kita dapat mengubahnya menjadi motivasi diri agar dapat jadi lebih baik lagi.Jika tidak ada perasaan insecure aku mungkin tidak pernah sadar untuk mengubah gaya hidupku jadi lebih sehat. Tidak akan mengubah pola makan yang membuatku tak menyadari esensi dalam hidup. Selama ini banyak dari kita lebih mudah fokus terhadap sisi negatif dari insecure. Padahal perasaan insecure bisa menjadi kuda-kuda untuk kita jadi lebih cepat tanggap dalam mencari solusi. Tidak perlu juga kita langsung berharap mengalami perubahan besar dalam sekali waktu. Perubahan kecil saja yang terus berproses, lama kelamaan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.