Setiap manusia pasti memiliki mimpi. Harapan yang ingin dikejar dan impian yang ingin diwujudkan. Sedari kecil kita telah dibiasakan untuk bermimpi. Ingat saja momen di sekolah di mana kita ditanya, “Ingin menjadi apa nanti setelah besar?” Ada yang harapannya menjadi pilot, menjadi dokter, atau menjadi polisi. Saat kemudian beranjak dewasa, mimpi-mimpi itu bukan lagi hanya kata-kata kehilangan makna – namun berubah menjadi sebuah titik tujuan dalam perjalanan kehidupan seseorang.
Tak mudah memang untuk mewujudkan sebuah mimpi. Karena dalam perjalanannya akan banyak rintangan yang datang mencoba untuk mematahkan asa kita. Namun mimpi yang tumbuh dari sebuah passion akan lebih kuat ibarat pohon yang sanggup menahan tiupan angin. Begitu banyak definisi passion yang beredar di luar sana. Tapi bagiku, passion adalah sebuah panggilan hati. Sesuatu yang saat kita lakukan bukannya terasa seperti keharusan atau rutinitas tapi justru menjadikan hidup kita ‘lebih hidup’ dan bersemangat. Passion ini lah yang kemudian memupuk mimpi-mimpi kita. Menguatkannya dan menjaganya tetap tumbuh hingga kelak membuahkan hasil.
Aku cukup beruntung telah menemukan passion dalam waktu singkat. Tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang mencintai musik serta dunia seni, menjadikanku memiliki passion yang sama dengan mereka. Kedua hal Itulah yang menjadi passion untukku – bahan bakar dalam menjalani hidup. Sayangnya, masih banyak di luar sana mereka yang hingga kini belum mengetahui passion-nya dan akhirnya hidup dengan rasa tertekan karena menjalani apa yang bukan menjadi panggilan hatinya.
Bukan suatu hal yang sulit untuk bisa mencari apa yang sebenarnya menjadi passion bagi diri kita. Semudah kembali bernostalgia ke masa kecil dan mengingat hal-hal apa saja yang dulu membuat kita bahagia melakukannya. Buka diri dan buka hati untuk kembali diselami, rasakan kembali setiap momen mulai dari yang monumental hingga terkecil sekalipun. Cari di antaranya yang hingga kini masih membuat jiwa kita merasa puas dan terpenuhi.
Buka diri dan buka hati, rasakan kembali setiap momen. Cari di antaranya yang hingga kini masih membuat jiwa kita merasa puas dan terpenuhi.
Dari sebuah panggilan hati, passion lalu akan berkembang menjadi setapak yang menopang langkah-langkah kaki kita. Selanjutnya terserah kita apakah mau menjalani hidup berdasarkan passion atau justru menolaknya jauh-jauh dan berjalan ke lain arah. Kecintaanku pada berbagai hal – mulai dari musik, kimia analis, hingga olahraga tenis – pada awalnya menjadi semacam jalan bercabang yang menanti untuk dipilih. Singkat cerita, aku akhirnya memilih menjalani passion dalam bermusik sebagai jalan hidup.
Saat memutuskan untuk mencoba mencapai mimpi melalui passion, ada suatu tanggung jawab yang kemudian menyertainya. Selain tanggung jawab pada lingkungan sekitar seperti keluarga yang telah membesarkan kita, namun yang terpenting adalah tanggung jawab pada diri sendiri. Bentuk tanggung jawab ini adalah dengan selalu memegang teguh keyakinan atas apa yang dijalani dan belajar menjadi tahan banting karena tak pernah ada yang bilang bahwa mewujudkan mimpi adalah hal yang mudah. Dunia dengan segala hitam-putihnya pasti punya cara untuk merintangi. Bisa lewat waktu yang tidak tepat, situasi yang tidak mendukung, hingga orang-orang yang memang dengan sengaja ataupun tidak mencoba menggagalkan. Tak mengapa, karena memang begitulah hidup ini bekerja.
Dalam perjalananku meraih mimpi, kerikil-kerikil kecil tak jarang menyandung langkahku. Ia hadir dalam sosok orang yang mencoba merintangi, membuatku terkungkung, sengaja membatasi, dan menghalang-halangi. Tak banyak yang tahu bahwa sesungguhnya dua tahun belakangan ini merupakan titik terendahku. Bagaimana setiap orang menyikapi rintangan dalam perjalanannya mewujudkan mimpi memang berbeda-beda. Ada yang seketika langsung gentar dan berpikir bahwa mungkin jalan ini bukan untuknya. Namun ada juga yang tak mudah menyerah. Berkali-kali dijatuhkan, sebanyak itu pun ia akan bangkit dan kembali berjalan. Dalam realitanya mungkin tak banyak orang yang sanggup untuk dapat seperti ini. Termasuk aku – saat berada di titik terendah itu, sering terpikir untuk berhenti saja dari semua ini.
Terkadang, untuk bisa bangkit dan merakit kembali mimpi dibutuhkan sebuah tamparan dari realita. Tamparan bagiku hadir saat bernyanyi untuk rekan-rekan tunanetra di Bandung. Di sana aku bertemu dengan salah satu sahabat tunanetra yang hafal dengan lagu-laguku. Ia bercerita bahwa dengan keterbatasannya, ia mencoba untuk bisa menjadi sepertiku yang dapat bernyanyi dan membahagiakan banyak orang dengan bekerja menjadi penyanyi di sebuah kafe. Seketika aku tersadar bahwa dengan segala keterbatasan, ia tetap punya spirit yang luar biasa. Sementara aku yang diberikan kelebihan oleh Tuhan, mengapa justru lebih mudah patah semangat?
Belajar dari sana, perlahan dan dengan penuh keyakinan aku kembali merakit mimpi. Kuncinya ada pada bersyukur – mengingat lagi berkah Tuhan yang telah membawa kita hingga bisa berada di titik saat ini. Mengingat lagi bahwa rintangan bukanlah sesuatu untuk mematahkan asa, namun sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas diri kita untuk dapat melaju lebih jauh dalam menggapai mimpi.
***
Busana: Tangan
Aksesori: KAR Jewellery
MUA: Ferry Fahrizal
Penata Rambut: Rangga Yusuf
Pengarah Gaya: R. Radhitio Anindhito
Lokasi: House of Fritz Hansen