Self Lifehacks

Menyingkap Lembaran Baru

Vanessa Budiharja

@chillibean

Praktisi Wellness dan Wellbeing

Dalam hidup seseorang pasti ada satu masa di mana ia mengalami banyak sekali perubahan yang akhirnya menghadirkan transisi besar. Dua tahun lalu, aku mengalami itu. Entah bagaimana aku merasa banyak sekali tanda yang mendorong untuk pindah dari Jakarta ke Bali. Hingga pada pertengahan tahun, munculah kesempatan itu. Tentu saja tanpa menunggu lama dan banyak pertimbangan, aku mengambil peluang tersebut dan memulai hari-hari baru di Pulau Dewata. Sampai saat ini, keputusan tersebut adalah keputusan terbaik yang pernah aku buat dalam hidup. 

Keinginanku pindah juga bukan semata-mata karena aku sudah lelah dengan semarak ibu kota. Bukan juga dalam rangka pelarian dari hal-hal sulit di sana. Aku adalah seseorang yang lahir dan besar di kota besar dan sangat bersyukur atas waktu-waktu yang dihabiskan di sana, mendapatkan berbagai pelajaran dan pengalaman hidup yang berharga. Kalau sekarang berkunjung ke Jakarta pun masih jadi hal yang menyenangkan untukku. Jadi aku meninggalkan Jakarta dalam kondisi baik-baik saja. Semua hanya soal waktu.

Setelah tiga puluh tahun lebih menjalani hari-hari sebagai orang kota, aku menyadari bahwa sebenarnya aku ingin hidup dekat dengan alam. Sedari kecil aku punya jiwa berpetualang yang besar. Hati dan jiwa selalu mengarahkanku pada kegiatan alam seperti mendaki dan berselancar. Berada di Jakarta membuatku kesulitan mendapat akses tersebut dan rasanya seperti ada yang hilang dari dalam diri. Belum lagi dengan visi hidupku ketika sudah berkeluarga. Aku seringkali membayangkan untuk berkeluarga di sebuah tempat dekat dengan alam di mana aku bisa dengan mudah mengajarkan anak berselancar. Keinginan ini sudah tertanam dari sejak lama. Sehingga kepindahanku ke Bali seperti sebuah manifestasi mimpi yang telah aku upayakan dari dulu. Aku selalu ingin mendapatkan kebebasan. Baik kebebasan secara finansial, pekerjaan juga spiritual. Saat itu adalah waktu yang tepat untuk mencapai kebebasan-kebebasan tersebut. 

Sehingga kepindahanku ke Bali seperti sebuah manifestasi mimpi yang telah aku upayakan dari dulu. Aku selalu ingin mendapatkan kebebasan. Baik kebebasan secara finansial, pekerjaan juga spiritual.

Terutama berbicara soal spiritual. Aku adalah seseorang yang sangat spiritual. Dibesarkan di keluarga Kristen garis keras. Seiring berjalannya waktu, aku menemukan bahwa aku butuh lebih hingga akhirnya aku menyelami praktik-praktik kesadaran (mindfulness) seperti kundalini yoga dan meditasi. Aku merasa butuh beresonasi dengan jiwaku dan Bali menjadi tempat yang amat tepat. Kita tahu Bali masih menjadi salah satu pusat spiritualitas di dunia. Ketika kita tiba di pulau ini, seolah-olah kita didorong untuk melihat ke dalam diri dengan energi-energi spiritual yang tinggi. Sehingga di Bali aku merasa menemukan berbagai akses untuk memperkuat sisi spiritual dalam diri. Tentu saja aku masih belajar banyak sampai sekarang dan sepertinya tidak ada kata berhenti. Namun itulah yang membuatku percaya keputusan pindah ke Bali jadi keputusan yang tepat. Di sini aku bisa menemukan begitu banyak praktik penyembuhan mulai dari crystal healing hingga sound healing. Semuanya sungguh membantuku melakukan eksplorasi agar dapat melepaskan trauma-trauma di masa lalu.

Ketika kita tiba di pulau ini, seolah-olah kita didorong untuk melihat ke dalam diri dengan energi-energi spiritual yang tinggi. Sehingga di Bali aku merasa menemukan berbagai akses untuk memperkuat sisi spiritual dalam dir

Aku juga sangat menghargai para umat Hindu di Bali dengan ritual keagamaannya. Bahkan bisa dibilang aku cukup mengagumi praktik dan kepercayaan mereka. Mereka bisa hidup berdampingan dengan roh-roh yang biasanya dianggap jadi sesuatu hal buruk. Keyakinan mereka mengajarkanku bahwa kita harus bisa saling menghargai keberadaan segala makhluk dan tidak mengganggunya. Keberadaan jiwa-jiwa tidak bisa dihindarkan tapi kita bisa coexist atau hidup berdampingan dengan mereka. Cara bisa dengan memberikan persembahan, berdoa, dan lain-lain. Di rumah aku melakukan ini dan entah bagaimana rasanya jadi lebih tenang. Seolah aku telah berdamai dengan segala sesuatu yang ada di dalam semesta. 

Kini semenjak menikah, aku justru merasa lebih spiritual lagi. Kami selalu saling mengingatkan untuk melakukan praktik-praktik kesadaran sebisa mungkin. Kalau suamiku (Dipha Barus —red) sedang dalam masa-masa yang intens seperti sebulan belakangan mempersiapkan rilis lagu, aku akan mengingatkannya untuk mengusahakan meditasi. Begitu juga sebaliknya. Aku merasa seperti memiliki support system yang tidak pernah berhenti untuk membuatku tetap berada dalam jalur yang benar. Dan aku sungguh bersyukur bersama dia yang juga memiliki visi hidup serupa. Padahal kami baru saja berhubungan tiga minggu sebelum aku pindah ke Bali. Aku bilang padanya, “Hey, aku memiliki perasaan terhadapmu dan aku tahu kamu pun begitu. Tapi aku tidak bisa tinggal di Jakarta dan aku tidak ada yang bisa mengubah rencanaku ini. Aku ingin sekali melanjutkan hubungan kita, meski harus berjarak. Kalau kamu mau, ini akan jadi realita kita untuk sekarang.” Ternyata segalanya berjalan lancar sejak itu, kami menikah kurang dari setahun berhubungan dan dia pindah ke Bali. Ternyata dia juga punya visi yang sama: ingin bangun pagi-pagi untuk mengajak anak-anaknya berselancar, mendaki gunung, berkemah atau aktivitas lain di alam. Betapa beruntungnya kami bisa bersama mencapai harapan-harapan hidup itu di sini. 

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024