Selayaknya manusia lain, hidup saya juga diisi dengan momen bahagia dan kesulitan. Ada banyak sekali momen bahagia yang saya lalui, salah satu yang paling berkesan mungkin saat saya diterima untuk berkuliah di Universitas Gadjah Mada.
Kala itu, bisa dikatakan situasi ekonomi keluarga saya cukup sulit. Saya mendapati nama saya tertera di koran dan dinyatakan diterima di universitas saat sedang membaca koran sembari berjualan bensin di kios. Momen tersebut sangat membahagiakan, hingga saya langsung berlari meninggalkan kios bensin itu untuk menemui ibu saya. Ibu saya kemudian menyambut dengan pelukan dan berpesan agar saya belajar dengan baik, hingga tanpa sadar kami meneteskan air mata.
Rasa bahagia dan cemas sebenarnya berkecamuk di otak saya, perkara biaya kuliah nanti siapa yang akan menanggung? Tapi kemudian saya berhasil menempuk pendidikan di universitas berkat dukungan kedua orang tua. Saat menjalani peran sebagai mahasiswa, saya sebenarnya terbilang aktif dalam memprotes kebijakan-kebijakan yang saya rasa masih bisa diperbaiki. Hingga akhirnya saya pada sampai sebuah kesimpulan, mungkin memang saya harus berkontribusi dan masuk ke dalam sistem.
Niat tersebut akhirnya mengantarkan saya pada pengalaman hidup yang benar-benar baru. Menempati jabatan publik ternyata beriringan dengan beragam tantangan serta pengambilan keputusan yang tidak mudah. Seorang pemimpin memang harus terbiasa dibully, dalam artian akan selalu ada pihak yang tidak setuju perihal keputusan yang kita ambil. Pada dasarnya, keputusan yang diambil memang tidak akan bisa menyenangkan semua orang. Saya percaya, pemimpin tidak boleh ragu. Jika sebuah keputusan sudah melalui analisis dengan mendengarkan beragam pendapat dan kemungkinan yang ada, maka tidak boleh ragu-ragu dalam memutuskan.
Sudah menjadi konsekuensi bagi saya untuk mendapat kritik atau bahkan gelombang protes yang keras, tapi selain mengemban peran sebagai pejabat publik, saya juga adalah seorang suami dan ayah. Maka, dibeberapa kesempatan saya mengungkapkan agar publik bisa fokus untuk mengajukan protes ataupun kritik kepada saya, jangan keluarga saya.
Terkadang saya merasa bersalah karena tanggung jawab yang saya miliki kini membuat waktu saya untuk keluarga menjadi terbatas. Kini menurut saya ternyata bahagia itu bukan tentang harta tapi saat saya bisa menemukan jalan pulang untuk bertemu keluarga. Saya cukup beruntung karena saya tau ke mana saya harus pulang.
Kini menurut saya ternyata bahagia itu bukan tentang harta tapi saat saya bisa menemukan jalan pulang untuk bertemu keluarga.
Di malam hari setelah selesai bekerja kadang saya juga suka merenung, tentang apa saja yang sudah saya lalui hari itu. Ternyata menjaga keseimbangan hidup menjadi hal yang menantang saat kita berada dalam jabatan publik. Untuk itu, saya juga selalu berdiskusi dengan anak dan istri saya mengenai tanggung jawab yang saya emban. Kami berdiskusi agar bisa saling memahami dan menghindari pikiran negatif di antara anggota keluarga. Sebagai ayah, saya juga berharap anak saya bisa menjadikan saya tempat bertanya dan bercerita yang paling mudah untuk dia temui.
Menjadi pemimpin artinya saya juga harus mempersiapkan ketangguhan mental. Ini hadir dari persiapan yang matang saat mengambil keputusan. Saya suka memitigasi segala kemungkinan respon serta hasil dari keputusan yang kemudian saya ambil. Saya juga percaya betul bahwa berdoa mampu membantu saya untuk bisa merasa tenang saat menghadapi situasi yang sulit. Terlepas anda mungkin percaya atau tidak, tapi saya sangat percaya akan hal ini.
Menjadi pemimpin artinya saya juga harus mempersiapkan ketangguhan mental. Ini hadir dari persiapan yang matang saat mengambil keputusan.
Sebagai manusia, bercerita adalah salah satu cara untuk melegakan pikiran. Keluarga adalah tempat saya bercerita. Tentu, saya juga harus memilah apa yang bisa diceritakan atau bagaimana saya menceritakan sebuah masalah yang saya hadapi, terutama kepada istri saya. Sudah pasti saya tidak ingin memindahkan beban yang harus saya hadapi ke orang yang penting dalam hidup saya. Maka, biasanya saya berbagi cerita kepada keluarga dengan cara yang ringan, hanya untuk berbagi.
Sebagai manusia, bercerita adalah salah satu cara untuk melegakan pikiran. Keluarga adalah tempat saya bercerita
Terkadang saya juga mengambil posisi sebagai pendengar untuk beberapa orang, termasuk rakyat. Luar biasa menurut saya, bagaimana bercerita dan mendengarkan cerita orang lain ternyata bisa berdampak begitu besar bagi hidup seseorang. Bagi saya menjadi pendengar tidak hanya bermanfaat dalam memperkaya poin pertimbangan saya dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin. Selain itu, sebagai manusia, terkadang kita bisa menolong orang lain dengan menjadi seorang pendengar. Karena pada akhirnya menjadi manusia menurut saya adalah tentang menjadi bermanfaat untuk banyak orang.
Luar biasa menurut saya, bagaimana bercerita dan mendengarkan cerita orang lain ternyata bisa berdampak begitu besar bagi hidup seseorang.