Kita semua pasti punya masa lalu. Dari masa lalu, kita bisa belajar banyak untuk mengubah masa kini dan masa depan. Sekalipun masa lalu tersebut pernah menyisakan trauma dalam hidup yang membangun diri kita ketika dewasa. Beberapa waktu lalu, aku pernah mengalami serangan kecemasan atau anxiety attack. Sampai sekarang pun aku rasa belum benar-benar terlepas dari gangguan tersebut, meski sudah cukup berkurang. Pengalaman tersebut sangatlah berat untukku karena aku tidak benar-benar menyadari apa yang terjadi pada diri sendiri. Hingga akhirnya aku mulai merasa seperti kehilangan banyak momen-momen penting dalam hidup. Merasa seperti tidak hidup di masa sekarang.
Setelah menyadari ketidaknyamanan itu, aku pun bertekad untuk keluar dari belenggu kecemasan. Aku tidak bisa terus-terusan berada dalam situasi tersebut dan harus belajar mengendalikan pikiranku sendiri. Menurutku, apa yang dipikirkan menentukan bagaimana kehidupan kita selanjutnya. Tapi pada saat itu aku merasa tidak bisa menyelesaikannya sendiri. Aku butuh bantuan. Memang, ada orang-orang yang mungkin sudah bisa lega setelah bercerita dengan orang lain. Namun kala itu, aku merasa butuh seorang ahli. Aku meyakini bahwa kalau kita memang tidak bisa menyelesaikan masalah kesehatan mental sendiri, janganlah malu untuk meminta bantuan.
Akhirnya, setelah rajin ikut terapi aku pun jadi banyak membaca buku-buku self-help dan mulai praktik meditasi sebelum serta setelah bangun tidur. Ternyata praktik-praktik tersebut dapat membantuku untuk lebih present, lebih menghidupi masa sekarang. Aku mulai menyadari ternyata kecemasan datang ketika kita tidak bisa melepaskan masa lalu dan terlalu mengkhawatirkan masa depan. Jadi, dengan kita bisa lebih sadar terhadap keadaan sendiri sebenarnya sudah bisa jadi langkah pertama untuk menolong diri.
Aku mulai menyadari ternyata kecemasan datang ketika kita tidak bisa melepaskan masa lalu dan terlalu mengkhawatirkan masa depan.
Jujur, dulu aku kurang menyadari hal-hal tersebut. Seringkali aku menilai diriku buruk sampai pernah ada masa tidak suka dengan diri sendiri. Entah bagaimana, aku sering merasa gagal meski sebenarnya sudah banyak pencapaian yang didapatkan. Tapi aku selalu tidak bisa memberikan apresiasi pada talenta yang dimiliki. Kesadaran ini baru aku dapatkan setelah mendapatkan bantuan profesional. Aku dapat mengeluarkan beban-beban yang tidak aku sadari hidup dalam benak. Menurutku jika kita mau menjadi lebih baik, terlebih lagi mau sembuh dari luka-luka masa lalu, penting sekali untuk bisa menelaah akar permasalahannya. Inilah yang aku dapatkan saat berada dalam terapi.
Kita semua pasti punya beban emosional. Mungkin sebagian dari kita kerap kali merasa belum banyak melakukan sesuatu. Perasaan-perasaan yang membuat kita seolah tidak mengenali diri sendiri. Seperti dua orang yang berbeda. Dulu, aku juga sering menyalahkan diri sendiri. Menghakimi dan memiliki ekspektasi pada diri yang terlalu tinggi. Tapi akhirnya aku menyadari bahwa aku akan hidup dengan diriku sendiri. Oleh sebab itu, aku harus bisa belajar mencintainya sehingga aku harus berupaya menjadi versi yang lebih baik setiap harinya. Tentu tidak mudah dan tidak bisa langsung berubah secara instan. Butuh upaya yang konsisten. Aku percaya setiap kali kita berjalan lima langkah ke depan lalu kita ternyata harus melangkah tiga kali ke belakang, sebenarnya kita sudah tetap akan maju. Maksudnya adalah setiap hal kecil yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki diri pasti ada manfaatnya. Jangan pernah putus asa karena tidak pernah ada kata terlambat untuk berubah. Semua yang terjadi di masa lalu, termasuk penyesalan dan kegagalan, sebenarnya memberikan kesempatan untuk kita belajar lebih baik lagi. Untuk melihat apa yang bisa kita ubah agar tidak lagi mengulanginya.
Semua orang pantas mendapatkan kesempatan kedua dan semua orang pasti bisa berubah. Jangan karena kita pernah melakukan kesalahan atau kegagalan di masa lalu kemudian kita memasukkan diri dalam kotak dan menguncinya rapat-rapat hingga tidak bisa keluar. Semua orang pasti punya kesempatan untuk berubah. Meskipun mungkin harus memulai semuanya dari nol. Ini juga yang aku rasakan. Seakan keinginanku untuk berubah menuntunku untuk mengulang semuanya dari awal. Aku merasa seperti punya misi baru yaitu untuk memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitarku dengan belajar untuk mencintai diri sendiri. Menurutku, kita baru bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain ketika kita sudah bahagia dengan diri sendiri.
Semua orang pantas mendapatkan kesempatan kedua dan semua orang pasti bisa berubah.
Pengalaman tersebut juga ternyata memberikan pengaruh cukup besar dalam karya. Kini aku ingin karya-karya yang dibuat memiliki dampak besar bagi banyak orang. Tidak hanya sekadar memberikan hype saja. Aku berharap lewat karyaku, para pendengar bisa mendapatkan pesan-pesan yang membuat mereka merasa lebih baik tentang dirinya. Seperti lagu “Say I’m Sorry” yang bicara tentang penyesalan, masa lalu, kekecewaan dan kegagalan. Lewat lagu ini, aku ingin berpesan bahwa penyesalan mengajarkan sesuatu yang penting bagi hidup. Mengajarkan kita untuk bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi dan tidak pernah ada upaya yang sia-sia. Kalau kita bisa menyadari ini, menurutku hal yang menyakitkan sekalipun bisa jadi pelajaran berharga bagi hidup.
Setelah melewati masa-masa tersulit dalam hidupku, kini aku bisa merasa lebih tenang, tidak ngoyo dan terus berupaya mengenal diri lebih banyak. Aku berusaha juga untuk tidak memiliki ekspektasi tinggi tapi tetap melakukan yang terbaik semampuku setiap harinya. Aku ingin memberikan 100% di setiap harinya tanpa menaruh ekspektasi apapun. Aku tidak mau menggantungkan kebahagiaan terhadap faktor-faktor eksternal lagi sebab aku menyadari bahwa kebahagiaan yang nyata datang dari dalam diri. Dan jika aku bisa bilang kepada diriku di masa lalu, aku ingin menyampaikan:
“It’s okay. Jangan terlalu khawatir tentang banyak hal karena pada akhirnya semua akan baik-baik saja. Segala hal yang diinginkan akan terjadi pada waktunya. Tidak perlu memaksakan dan biarlah semua berjalan begitu saja. Cobalah untuk relaks, berhenti mengkhawatirkan sesuatu yang membuatmu terperangkap dalam rasa takut. Sebab ketika kamu membuat keputusan karena ketakutan, hasilnya tidak akan baik.”
Ini juga yang ingin aku sampaikan pada kalian: stop letting fear influence your decision. Terkadang kita tidak menyadari bahwa pilihan yang kita buat bukanlah berdasar pada nilai-nilai diri yang sebenarnya. Melainkan berdasar pada rasa takut.
Stop letting fear influence your decision.