Setiap orang memiliki keresahan yang berbeda-beda. Bagi saya salah satunya adalah pendidikan anak. Kebetulan saya, kakak, serta adik saya sering mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Banyak waktu yang kami habiskan bersama anak-anak yang kemudian membuat kami memiliki keinginan untuk berkontribusi pada dunia pendidikan, khususnya bagi anak-anak. Pada dasarnya kami memang senang mengajar. Maka, berangkat dari keinginan ini akhirnya kami memulai Rumah Dongeng Mentari pada tahun 2010 di Jogjakarta.
Kami memilih dongeng sebagai medium untuk menyampaikan pembelajaran bagi anak. Dongeng memiliki pendekatan yang lebih menyenangkan untuk belajar, sehingga tidak terkesan memberatkan. Kami meyakini bahwa dongeng dapat memberikan banyak hal, tidak hanya cerita tetapi juga nilai-nilai baik yang dapat terus dibawa hingga dewasa.
Kami meyakini bahwa dongeng dapat memberikan banyak hal, tidak hanya cerita tetapi juga nilai-nilai baik yang dapat terus dibawa hingga dewasa.
Budaya mendongeng sendiri rasanya bukan hal yang betul-betul asing di Indonesia. Menurut saya, mendongeng adalah salah satu cara mengajarkan tanpa menggurui. Ini bisa menjadi pilihan untuk menanamkan karakter baik pada seseorang dengan medium yang lebih variatif. Selain itu, mendongeng dan mendengarkan dongeng juga dapat merangsang kreativitas. Kita tentu akan memiliki imajinasi sendiri terhadap sebuah cerita yang diberikan. Tidak hanya itu, budaya mendongeng juga dapat meningkatkan minat baca dan tulis, terlebih saat mendongeng dari buku. Secara tidak langsung ini akan menambah kecintaan seseorang terhadap buku dan cerita.
Setelah berjalan selama tiga belas tahun hingga saat ini, tentu ada perubahan yang kami rasakan bersama Rumah Dongeng Mentari dalam melihat budaya mendongeng di Indonesia. Dibandingkan dengan tahun 2010, saat ini gerakan mendongeng sudah lebih banyak dilakukan di berbagai daerah. Walaupun budaya mendongeng saat ini masih belum terlalu masif dan lestari, tapi saya yakin perubahan dari cara orang tua mengajarkan dan mendongeng pada anak sudah semakin baik dari hari ke hari. Kini, medium untuk mendongeng juga semakin beragam. Baik itu secara langsung dalam sebuah pertunjukan hingga dengan menggunakan gadget dan sarana informasi lain yang memungkinkan.
Saya juga menjumpai beberapa miskonsepsi tentang mendongeng yang saya kira juga butuh diluruskan. Pertama, orang sering beranggapan bahwa saat mendongeng kita harus bisa menirukan suara seperti tokoh pada cerita, hal itu sangat bagus jika dilakukan. Tapi terkadang hal ini kemudian membuat banyak orang berasumsi bahwa mendongeng adalah hal yang sulit dilakukan. Padahal, mendongeng bisa dilakukan dengan sangat sederhana. Kita hanya perlu memaksimalkan panca indra yang kita miliki. Jadi, mendongeng bukanlah sesuatu yang rumit.
Kedua, dongeng bukan hanya untuk anak-anak. Mendongeng itu untuk siapa saja, karena setiap orang butuh cerita dan diceritakan. Nilai-nilai baik yang sering kali disisipkan dalam cerita dongeng tidak hanya berlaku bagi anak-anak melainkan untuk semua manusia yang hidup berdampingan dalam kehidupan bermasyarakat.
Mendongeng itu untuk siapa saja, karena setiap orang butuh cerita dan diceritakan.
Kami memulai Rumah Dongeng Mentari dengan harapan dapat berkontribusi pada pendidikan dan pengembangan manusia di Indonesia. Paling tidak di lingkungan sekitar kami tinggal. Kami harap Rumah Dongeng Mentari bisa kian mempopulerkan budaya mendongeng di Indonesia. Membiasakan agar anak bisa duduk bersama dengan orang tua atau pendidik bisa duduk bersama anak didiknya.
Kalau bisa dirangkum ada lima hal yang ingin kami hadirkan dengan Rumah Dongeng Mentari. Pertama, mengajari tanpa menggurui. Kedua, meningkatkan minat baca dan tulis. Ketiga, merangsang imajinasi anak. Keempat, mempopulerkan dongeng sebagai cara belajar yang menyenangkan. Terakhir, melekatkan kembali hubungan antara orang dan anak. Kami berharap dengan kolaborasi dengan lebih banyak pihak, kita bisa lebih mendorong ekosistem kegiatan mendongeng di lebih banyak tempat di Indonesia.