Tahun 2018 sepertinya adalah titik terendah dalam hidupku, saat di mana aku kehilangan hampir seluruh kepercayaan diri. Kala itu aku baru saja bercerai dan setelahnya aku didiagnosa mengidap hipertiroidisme yang memengaruhi suaraku. Saat itu aku merasa kehilangan seluruh kepercayaan diri, karena suara adalah asetku sebagai musisi dan penyanyi, ini adalah caraku menyambung hidup, dari bernyanyi. Mengetahui bahwa mungkin aku tidak memiliki stamina yang sama untuk bernyanyi dibandingkan dengan sebelumnya itu membuatku sangat kecewa dan marah terhadap diriku sendiri. Aku bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri karir bernyanyi yang selama ini sudah aku jalani.
Saat berada pada titik terendah dalam hidup, aku belajar bahwa kamu hanya butuh satu orang yang mampu mengingatkan kenapa kamu memulai semua ini. Aku menemukan hal ini dari seorang produser yang akhirnya membantu pengerjaan album terbaruku, Aditya Andra. Saat itu kita berdua sama-sama dalam keadaan yang tidak baik. Awalnya dia hanya menawarkan satu lagu tapi akhirnya kerja sama ini berlanjut. Dari sini aku memahami bahwa ternyata aku harus mencoba untuk lebih terbuka dengan orang lain, karena sebelumnya aku selalu menyimpan semuanya sendiri. Akhirnya setelah mencoba membuka diri, aku merasa pintu kesempatan yang hadir juga jauh lebih terbuka.
Saat berada pada titik terendah dalam hidup, aku belajar bahwa kamu hanya butuh satu orang yang mampu mengingatkan kenapa kamu memulai semua ini. Akhirnya setelah mencoba membuka diri, aku merasa pintu kesempatan yang hadir juga jauh lebih terbuka.
Kita tentu akan mencoba mengatasi masalah yang sedang dihadapi, aku belajar untuk membagikan emosi yang aku rasakan. Aku juga belajar satu hal, saat kamu merasa sangat sendirian dan tidak merasa butuh cerita pada siapa pun mungkin itu karena kamu belum sepenuhnya berkomunikasi dengan baik bersama dirimu sendiri. Maka, saat itu aku berusaha berkomunikasi pada diriku sendiri, sebenarnya apa yang aku rasakan. Apakah aku marah? Apakah aku sedih?
Kemudian aku berusaha berdialog dengan diri sendiri selayaknya berbincang dengan teman. Bahwa ternyata aku memang sedang sedih, marah, atau kecewa. Saat kamu sudah bisa memahami diri kamu sendiri, kamu juga akan jadi lebih mudah untuk mengomunikasikan apa yang sebenarnya kamu rasakan. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, poin utama ketika kita hidup adalah berbagi rasa dengan orang lain. Jadi, menurutku sebelum berkomunikasi dengan orang lain, kita harus berkomunikasi dan memahami diri kita yang sebenarnya terlebih dahulu.
Pekerjaanku sebagai musisi dan juga figur publik, tentu terkadang komentar orang lain bisa memberikan pengaruh kepada pilihan yang aku ambil. Apa yang aku karyakan pada akhirnya bisa didengar dan dilihat orang lain, jadi tentu saja aku akan mendengar banyak opini terhadapnya. Terkadang aku tidak benar-benar peduli, tapi dibeberapa kesempatan ada opini yang tiba-tiba hadir tanpa aku minta dan ini juga bisa memengaruhi pikiranku.
Salah satu hal yang terjadi baru-baru ini adalah tentang album yang baru saja aku rilis, Inflammable. Salah satu artwork album ini adalah karya yang aku buat sendiri dan kemudian aku unggah di Instagram. Beberapa jam setelahnya, salah satu teman baikku berkata, “Kok cover artworknya agak dangdut, ya?”. Aku yakin sebenarnya intensinya baik, tapi mungkin cara penyampaiannya yang menurutku kurang pas. Biasanya aku akan mencoba mencerna opini dari orang lain, tapi jika aku tidak dalam keadaan siap terkadang akhirnya menjadi beban pikiran. Setelahnya aku sangat meragukan karyaku sendiri, aku meminta opini dari banyak orang untuk mengurangi keraguan terhadap diriku sendiri. Satu opini itu cukup memengaruhi perilisan album Inflammable yang akhirnya sempat tertunda. Dari pengalaman yang aku lalui, aku belajar betapa berharganya percaya pada diri sendiri. Jika kamu percaya akan sesuatu, sebanyak apa pun opini orang lain, hanya kamu yang tahu proses apa yang sudah kamu lalui. Berikan 100% kepercayaan pada dirimu sendiri ketika mengambil keputusan.
Dari pengalaman yang aku lalui, aku belajar betapa berharganya percaya pada diri sendiri. Jika kamu percaya akan sesuatu, sebanyak apa pun opini orang lain, hanya kamu yang tahu proses apa yang sudah kamu lalui. Berikan 100% kepercayaan pada dirimu sendiri ketika mengambil keputusan.
Aku juga hanya manusia biasa, selalu lebih mudah berbicara daripada bertindak. Terkadang juga aku tidak berpikir jernih saat memproses opini yang dilontarkan orang lain terhadapku, sehingga respon yang keluar tidak menyenangkan. Tapi tidak ada salahnya untuk coba luangkan waktu untuk memahami dan mencerna pendapat orang lain sebelum mengambil keputusan. Jika kamu ragu, coba berbincang dengan orang-orang yang kamu percaya. Seperti juga proses perilisan album Inflammable ini yang butuh waktu hingga 3 tahun sebelum akhirnya dirilis. Aku sempat mempertanyakan diriku sendiri apakah aku yakin dengan karya ini, apalagi tone album kali ini juga sangat berbeda dengan album sebelumnya.
Pada akhirnya aku merasa semakin banyak aku membuka diri, semakin banyak jembatan dan jalan yang muncul untuk aku menemukan hal-hal baru. Secara garis besar album ini muncul dari pengalaman pribadi saat aku merasa berada pada titik terendah dalam hidup. Sebesar apa pun beban yang sedang kamu pikul percayalah pasti akan ada jalan keluarnya. Setiap orang juga berjuang dan bahkan mungkin menderita dalam diam tapi aku harap saat kamu merasa tidak ada harapan dalam hidup, ingat kamu masih tetap hadir dan bernapas hingga hari ini. Inilah pesan yang ingin aku ceritakan dalam album Inflammable, aku harap album ini akan tersampaikan ke hatimu. Setelah kamu mendengarkan album ini, aku hanya berharap kamu bahagia dan mungkin menari bersama lagu-lagunya. Buang rasa sakit yang kamu rasakan selama ini dan berbahagialah.
Sebesar apa pun beban yang sedang kamu pikul percayalah pasti akan ada jalan keluarnya.