Seiring berjalannya waktu kita pasti berubah. Lalu apakah kita harus takut dengan perubahan? Tidak. Perubahan tidak selamanya selalu berkonotasi negatif. Bisa jadi justru perubahan bisa membuat hidup kita lebih baik. Dulu sebelum menikah, di umur yang masih cukup belia aku bermimpi ingin punya apartemen indah di salah satu gedung di Jakarta. Namun ternyata saat aku menikah dan memutuskan pindah ke Bali bersama suami (Andrew White) dan anak justru aku memiliki mimpi yang lain. Kalau ditanya sekarang aku malah mengidamkan tempat tinggal yang lebih jauh dari keramaian dengan banyak ruang bebas nan hijau untuk berjalan santai.
Perubahan tidak selamanya selalu berkonotasi negatif. Bisa jadi justru perubahan bisa membuat hidup kita lebih baik.
Setelah bertahun-tahun tinggal di Bali — meninggalkan kehidupanku di Jakarta, aku memahami arti kedamaian yang amat sangat. Sedari dulu dalam diriku memang sudah memiliki jiwa yang bebas. Tapi entah bagaimana kehidupan ibu kota seakan membuatku kurang mengekspresikannya. Semenjak di Bali aku baru mengerti bagaimana meluapkan jiwa bebas itu. Sepertinya memang pengaruh alam begitu dalam untuk kehidupanku secara personal dan berkeluarga. Memang, alasan utama aku dan suami pindah ke Bali adalah untuk Jason, anak pertama kami. Aku dan suami suka sekali dengan alam dan saat Jason kurang lebih berusia tiga tahun, kami berpikir sepertinya mendekatkan alam akan baik untuk perkembangan dirinya. Apalagi kami punya akses untuk tinggal di Bali mengingat orang tua Andrew menetap di sana. Tanpa terlalu pikir panjang kami pun meninggalkan kehidupan di ibu kota dan pindah.
Bukan keputusan mudah. Apalagi untukku yang notabene bekerja di dunia hiburan. Aku harus berkorban mengurangi hingga akhirnya perlahan melepaskan karier berakting. Tapi aku pun tahu bahwa keputusanku menikah dan punya anak memberikan tanggung jawab lain yang harus aku penuhi. Aku sadar bahwa aku sudah menjadi seorang ibu dan istri sehingga di saat Andrew mengutarakan keinginannya untuk pulang ke kampung halaman aku pun berkompromi. Ditambah memang aku berpikir kepindahan kami akan baik untuk Jason sendiri. Benar saja, alam memang baik untuk jiwa manusia. Dekat dengan alam mengajarkan kita banyak hal. Belajar mencintai alam dengan merawatnya dapat melatih kita untuk peduli pada aspek lain dalam hidup. Terutama peduli pada manusia lainnya.
Alam memang baik untuk jiwa manusia. Dekat dengan alam mengajarkan kita banyak hal.
Dulu di Jakarta aku merasa lebih self-minded. Memiliki kecenderungan untuk memikirkan hidupku sendiri. Akan tetapi saat tinggal di bali aku merasa kepedulianku lebih tinggi pada alam dan orang lain. Mungkin ini juga karena pengamatanku pada teman-temanku yang asli Bali. Budaya Bali yang masih kental membuat masyarakat asli Bali begitu berdedikasi dengan adatnya. Mereka masih bisa bersenang-senang tetapi ketika waktunya melakukan kegiatan adat, mau sepagi apapun itu tetap dilakukan. Aku mengakui langkahku beraktivitas jauh lebih lambat di pulau ini ketimbang di Jakarta. Ketika masih shooting aku pergi pagi-pagi sudah membawa perlengkapan dan pakaian untuk sampai malam. Sedangkan aku melihat mereka yang tinggal di Bali bekerja keras tanpa menghilangkan waktu untuk bersantap malam bersama keluarganya. Masih mementingkan kualitas hidup yang seimbang antara bekerja, budaya, dan keluarga.
Mengamati itu membuatku meyakini bahwa setiap orang memang punya cara hidup masing-masing. Aku mendekatkan anak-anakku dengan alam, tinggal di daerah, semata-mata untuk memberikan pengalaman masa kecil yang berharga untuk kedua anakku. Aku percaya dengan memberikan pengalaman masa kecil di lingkungan yang baik niscaya dapat membantu kedua anakku bertumbuh menjadi pribadi yang baik pula. Nantinya kalau mereka dewasa, letih dengan pekerjaan atau dengan masalah hidup, mereka dapat “melarikan diri” ke tengah alam. Mendapatkan kembali ketenangan dan kedamaian hidup. Aku tidak begitu khawatir jika kami akan ketinggalan zaman dengan tinggal jauh dari ibukota. Menurutku, kalau dari diri sendiri sudah bisa merasa bahagia rasanya tidak membutuhkan validasi untuk terus up to date. Ini caraku sebagai orang tua dan sebagai pribadi menjalani hidup.
Setiap orang memang punya cara hidup masing-masing.
Bicara begini tidak berarti Jakarta adalah tempat yang buruk. Tapi mungkin Jakarta bukan untukku lagi. Apalagi setelah sudah terbiasa tinggal di Bali. Aku sudah terbiasa dengan kehidupan yang terasa lebih lambat ini. Ada kalanya juga aku merindukan keluargaku di Jakarta. Terutama saat melihat adik-adikku membagikan foto berkumpul bersama kedua orang tua. Begitu juga saat menyadari ternyata orangtuaku sudah lanjut usia. Meskipun aku merasa sepertinya adanya jarak justru membuat ikatan kami lebih kuat. Ternyata adanya jarak kami jadi punya waktu untuk merindukan satu sama lain. Membuatku dapat lebih menghargai nilai waktu. Sehingga ketika pulang ke rumah seakan tidak mau kehilangan waktu untuk berinteraksi dengan mereka.