Ketika kecil, kita memang tidak bisa memilih nama yang diberikan orang tua. Sekalipun nama tersebut tidak memiliki makna yang diharapkan, kita harus tetap menghargai pemberian tersebut. Sayangnya, orang tuaku ternyata tidak memiliki alasan tertentu menamaiku Angga Adhitya. Tidak ada makna mendalam yang sengaja mereka sematkan di dalamnya. Oleh sebab itu, beranjak dewasa aku berpikir untuk menambahkan nama yang dapat sekaligus menjadi doaku.
Perjalananku menambahkan nama yang buatku juga menjadi doa tidaklah singkat. Semua berawal dari pengalamanku yang sering menderita penyakit. Sebenarnya, aku bukan seseorang yang percaya takhayul. Tapi karena sakit yang aku alami terbilang sangat sering, akhirnya Papaku mengajakku untuk melakukan rukiah. Percaya tidak percaya, aku merasa seperti menjadi seseorang yang baru dan ingin memulainya dengan sesuatu yang baru. Meninggalkan masa lalu.
Di saat yang sama, aku berpikir bahwa apapun yang menempel pada diriku harus memiliki arti. Terutama soal nama. Aku ingin namaku memiliki makna yang mencerminkan doaku, orang tua dan aspirasi. Sebelumnya aku berpikir untuk mengganti keseluruhan nama menjadi Fritz Ardhana Dylan Prabawa. Namun setelah berdiskusi dengan orang tuaku, sepertinya aku harus tetap menghargai pemberian nama dari mereka. Maka, aku memutuskan untuk menambahkan nama Angga Adhitya dengan padanan Fritz Ardhana.
Aku ingin namaku memiliki makna yang mencerminkan doaku, orang tua dan aspirasi.
Nama Fritz berasal dari nama Jerman yang artinya pemimpin yang membawa kedamaian. Sementara Aradhana berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti kebaikan, kedamaian, dan kebijaksanaan. Inilah yang menggambarkan aspirasiku. Aku ingin menjadi seorang pemimpin yang membawa kedamaian, kebaikan, dan kebijaksanaan. Inilah yang menjadi doaku di setiap perjalanan hidup. Dengan menambahkan nama ini, secara personal aku ingin terus diingatkan oleh makna nama itu sendiri, untuk membawa kedamaian. Aku menyadari sebelum menambahkan nama banyak sekali kejadian yang kurang menyenangkan menimpa. Kebanyakan juga berasal dari diriku sendiri seperti memendam akar pahit dan sering menghakimi orang lain dengan penilaianku sendiri. Aku mau melepaskan keburukan-keburukan tersebut dan mengubah diriku ke arah yang lebih baik.
Aku mau melepaskan keburukan-keburukan tersebut dan mengubah diriku ke arah yang lebih baik.
Sedari menambahkan nama banyak hal yang mengubahku. Aku bisa lebih bersyukur karena sampai sekarang masih diberikan karier yang baik. Dalam tatanan sosial juga aku seperti selalu diingatkan untuk membawa kebahagiaan dan kedamaian, menciptakan harmoni di lingkungan. Hubunganku dengan keluarga juga jauh lebih baik sejak itu. Dulu sebenarnya aku sangat berjarak dengan keluarga. Untuk sekian lama aku merasa berada di dalam keluarga yang kurang harmonis hingga meninggalkan bekas sampai aku dewasa.
Namun suatu hari setelah aku memutuskan kembali ke Jakarta, aku berpikir sepertinya harus menyelesaikan perasaan-perasaan tidak nyaman tersebut. Diskusi kami soal aku ingin mengganti nama pun jadi pintu komunikasi. Aku menceritakan alasan dan perjalanan spiritual kepada mereka, berusaha transparan dan apa adanya. Ternyata mereka mengerti dan kami pun jadi lebih dekat. Jadi, keputusanku menambahkan nama punya dampak yang besar sekali untuk diriku. Tidak hanya hubunganku dengan diri sendiri, diriku dengan keluarga, dan diriku dengan Tuhan.
Aku tahu mungkin di sekitarku banyak yang mempertanyakan dan mungkin juga menghakimi keputusanku menambah nama. Tapi aku merasa setelah menambahkan nama, aku semakin didekatkan dengan orang-orang yang pikirannya terbuka. Sebagian orang yang ingin tahu alasanku dan mendengar cerita perjalananku, cukup menghargai keputusanku. Aku pun menyatakan bahwa aku tetap menjadi diriku sendiri. Jika ada dari mereka yang masih tetap ingin memanggilku Angga, aku tetap akan menoleh. Tapi kalau ditanya, aku lebih memilih dipanggil Fritz.