Orang yang peka secara sederhana bisa dijelaskan sebagai seseorang yang dapat merasakan situasi di sekitarnya. Ia juga adalah seseorang yang bisa membaca kondisi lawan bicaranya. Kami percaya setiap orang dianugerahkan kepekaan terhadap sesuatu atau seseorang. Hanya setiap orang memiliki kadarnya masing-masing dalam mengasah kepekaan dirinya. Ada orang yang memilih untuk menyadari kepekaan dan mengimplementasikan di keseharian. Ada pula orang yang mungkin kurang peka tapi bukan karena tidak mau atau tidak peduli melainkan memilih untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Dan itu adalah pilihan setiap orang untuk menggunakan kepekaannya atau tidak.
Pada dasarnya, menjadi peka memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positifnya tentu saja kita bisa menumbuhkan empati yang lebih pada orang lain. Kita bisa menjadi seseorang yang mudah membaca emosi atau sifat orang lain atau situasi yang sedang terjadi. Tapi di saat yang sama, terlalu peka bisa merugikan diri sendiri. Kita bisa menjadi seseorang yang terlalu mengurusi, memerhatikan siapapun yang ada di hadapan hingga akhirnya mengorbankan diri sendiri. Maka, kepekaan pun harus berada dalam keseimbangan sebab sesuatu yang berlebihan tidak pernah baik.
Dalam hidup, kepekaan memang dibutuhkan. Meski kita harus tahu bahwa kita tidak harus selalu menjadi seseorang yang peka dan berempati pada semua orang. Sesekali, kita boleh untuk menjadi orang yang antipati. Menurut kami, jika kita memiliki kepekaan yang eksesif, mencoba untuk merasakan yang semua orang rasakan bahkan sampai harus merespon setiap orang yang meminta perhatian, kita hanya akan membuat diri tidak bahagia.
Aku masih belajar peka terhadap orang lain, mencoba membaca apa yang mereka rasakan atau lalui. Bekerja di dunia hiburan, khususnya saat berakting, aku harus melatih rasa empati tersebut. Tapi di saat-saat tertentu aku sesekali butuh untuk melenyapkan kepekaan sesaat," -Sheila Dara
Peka bisa jadi sangat baik untuk kita belajar memahami orang lain. Namun, kita tidak bisa menuntut orang lain peka ke kita. Jika begitu, sama saja artinya bahwa kita menaruh ekspektasi terhadap orang lain. Akhirnya kita mengukur perasaan orang lain dengan perasaan sendiri. Padahal tingkat kepekaan orang berbeda-beda dan ada batasnya. Adalah tanggung jawab kita untuk memberitahu apa yang kita rasakan atau pikirkan.
Kalau untuk kepentingan diri sendiri, menurut saya mengasah kepekaan itu penting. Tapi, saya tidak akan menuntut kepekaan pada orang lain. Bukan salah orang lain ketika kita tidak menyampaikan maksud isi hati dan pikiran kepadanya. Tapi salah saya karena tidak menyampaikan apa yang diraskaan kepada orang tersebut," -Donne Maula
Meskipun begitu, jika kita mau menyadari lebih dalam, kepekaan kita terhadap orang-orang yang dekat bisa menjadi tolak ukur atas seberapa jauh kita mengenal dan memahami orang tersebut. Contohnya terhadap pasangan. Jika kita mengenal dan memahami betul pasangan, kita akan peka terhadap perubahan yang terjadi pada diri pasangan. Kita bisa membaca suasana hatinya atau bahkan terkadang apa yang dipikirkannya. Walaupun bukan pikiran yang spesifik seperti tahu setiap kata yang hendak diucapkan.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kepekaan pasangan harus belajar bersama-sama untuk memahami satu sama lain. Tapi juga tidak lupa untuk selalu berupaya menyampaikan apa yang sedang dirasakan. Apabila pasangan tidak peka terhadap apa yang kita rasakan, ada baiknya kita membuka pintu toleransi selebar-lebarnya karena bukan tanggung jawab mereka untuk peka terhadap perasaan kita. Ini pun tidak hanya berlaku pada pasangan untuk hubungan asmara saja melainkan segala hubungan dekat dengan keluarga, teman, atau bahkan teman kerja.
Untuk meningkatkan kepekaan pasangan harus belajar bersama-sama untuk memahami satu sama lain.
Jika seseorang menuntut orang lain untuk mengerti perasaan atau pikiran kita, mungkin yang jadi masalah adalah komunikasi di antara keduanya. Sebab kita tidak bisa meminta orang lain untuk selalu mengerti apa yang kita maksud. Dari awal berkolaborasi, kami setuju mengangkat tema komunikasi di antara manusia. Hingga akhirnya memutuskan lagu “Peka” yang dirilis bukanlah tanpa alasan. Menurut kami, masalah kepekaan adalah masalah yang cukup mendesak untuk diangkat, dibicarakan, dan disebarkan. Kepekaan bisa jadi masalah yang rumit karena banyak orang sesungguhnya masih kebingungan atas hak dan kewajibannya. Di realita kita sehari-hari, kepekaan seringkali jadi pemicu berbagai konflik baik di hubungan asmara, pertemanan, pekerjaan, hingga masyarakat. Kenapa? Karena adanya tuntutan kepekaan terhadap orang lain yang mana disebabkan oleh buruknya pola komunikasi. Ketika komunikasi antar manusia baik, tidak mungkin kita menyuruh orang lain untuk peka terhadap apa yang mungkin tidak diketahui karena kita tidak menyampaikannya.