Kecemasan datang dari ketakutan akan masa depan, akan sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup. Padahal kita tidak pernah bisa mengendalikan masa depan. Oleh sebab itu, kita sebenarnya butuh belajar untuk menerima keadaan yang dapat membantu menuntun kepada kedamaian hati dan pikiran. Belajar menerima juga merupakan latihan untuk kita mempertahankan kesehatan mental. Semakin kita melatih diri untuk menerima, kita akan semakin terlatih untuk menerima apapun yang akan terjadi di masa depan. Baik atau buruk.
Semakin kita melatih diri untuk menerima, kita akan semakin terlatih untuk menerima apapun yang akan terjadi di masa depan
Diri kita di masa depan sebenarnya berasal dari segala “baggage” atau beban dan pengalaman masa lalu. Beban ini akan mempersulit jalan kita di masa depan jika tidak diselesaikan karena ia akan membentuk reaksi atau perilaku kita di masa depan. Contohnya, seseorang bisa melakukan kekerasan di masa depan karena “beban” yang dibawanya di masa kecil seperti berada dalam keluarga dengan kekerasan. Jika kita tidak belajar untuk menerima dan memproses apa yang terjadi di masa lalu, siklus itu akan terus berulang. Maka, bagi saya pribadi, menerima adalah sesuatu yang harus selalu saya latih setiap waktu karena masa lalu akan selalu jadi bagian diri. Suka atau tidak suka.
Refleksi tersebut berasal dari pengalaman saya di masa lalu. Sewaktu kecil hingga remaja, saya harus mengalami culture shock, beradaptasi dengan perubahan budaya dalam kurun waktu cukup sering. Di lingkungan tempat tinggal saya di Australia waktu itu, keluarga saya adalah satu-satunya keluarga berdarah Asia. Ketika masuk sekolah pertama kali pun, saya tidak bisa berbicara bahasa Inggris. Kemudian kejadian tersebut terulang ketika kami harus berpindah ke negara lain dengan budaya yang sangat berbeda.
Pengalaman tersebut membuat saya kesulitan memiliki hubungan dekat dengan seseorang. Baik dalam konteks hubungan asmara atau pertemanan. Akhirnya, terkadang dalam hubungan saya bisa sangat berjarak dengan seseorang atau terlalu dekat dan sulit lepas. Menyadari ini, saya belajar untuk terus melatih penerimaan akan pengalaman di masa lalu agar saya bisa mengalami hubungan normal tanpa perlu khawatir akan kesulitan berteman.
Setiap kali melatih diri untuk terus berkesedaran atas pentingnya penerimaan, meditasi berperan amat penting. Dalam proses meditasi, saya melatih pernapasan dan berada dalam keheningan yang membuka berbagai perspektif baru. Salah satunya perspektif tentang manusia yang tak bisa mengubah masa lalu. Dalam meditasi itu pula, saya berkesempatan untuk bisa merasakan segala emosi yang dialami. Entah itu stres, khawatir, atau emosi apapun yang memicu pergolakan jiwa. Meditasi membantu saya untuk jeda, memberikan waktu pada diri sendiri untuk mundur ke belakang dan merefleksikan apa yang terjadi. Kemudian, saya bisa memikirkan kembali cara yang lebih baik untuk merespon satu masalah.
Meditasi membantu saya untuk jeda, memberikan waktu pada diri sendiri untuk mundur ke belakang dan merefleksikan apa yang terjadi.
Dari segala permasalahan hidup yang pernah dihadapi, saya beruntung tidak pernah mengalami titik terendah. Saya juga beruntung karena memiliki support system yang amat baik. Beberapa teman yang dapat saya andalkan juga orang tua yang amat dekat dengan saya. Mereka adalah orang tua yang sangat empatik, yang memberikan saya ruang untuk merasa, membiarkan saya menyadari segala emosi yang dimiliki. Saya dibiarkan untuk menjadi sensitif dan memproses sehingga saya bisa memutuskan sesuatu dengan kepala yang jernih.
Musik juga menjadi salah satu hal yang membantu saya untuk memproses segala emosi. Layaknya menulis jurnal, menulis musik adalah salah satu cara untuk mengekpresikan diri, untuk mempertahankan keadaan pikiran yang tenang. Setiap kali saya sedang berada dalam kecemasan atau panik, biasanya musik menjadi pelarian ketenangan. Di saat itulah tercipta lagu “Our story” juga. Lagu ini merupakan refleksi dari saya dan tim yang membantu dalam pembuatan lagu. Kami berbicara tentang kesulitan yang dialami, termasuk tentang hubungan di mana tidak ada hubungan yang sempurna. Setiap orang memiliki reaksi tersendiri terhadap satu masalah dalam hubungan karena mereka hidup dengan “baggage” masing-masing.
Akhirnya, “Our Story” tercipta dengan harapan untuk memberikan kesadaran bagi para pendengar bahwa konflik adalah bagian dari hidup. Dalam hubungan, misalnya, kita tidak bisa menghindari konflik, pertengkaran, dan perjuangan. Yang bisa kita lakukan adalah menerima konflik tersebut sebagai bagian dari hidup kita. Saya juga berharap dengan melodi yang menenangkan dalam lagu ini bisa membawa ketenangan bagi para pendengar sementara merefleksikan pesan hidup yang mungkin cukup berat.
Kita tidak bisa menghindari konflik, pertengkaran, dan perjuangan. Yang bisa kita lakukan adalah menerima konflik tersebut sebagai bagian dari hidup kita