Coba bayangkan hari-hari ketika kita merasa lebih lelah daripada biasanya. Pekerjaan rasanya terasa berat dilakukan. Chat kamu dengan pasangan dihiasi dengan amarah. Lalu saat berjalan pulang di malam hari, sembari menunggu moda transportasi pilihanmu, datanglah seorang ibu. Dengan lirih meminta sedikit uang untuk kembali ke rumah. Kamu mencoba memahami permohonannya dengan raut wajah bingung tanpa mencoba mencurigainya. Kamu pun memutuskan untuk merogoh sedikit uang dari dompet dan memberikannya. Ibu itu mengucapkan terima kasih dan mendoakan dirimu, lalu melangkah pergi. Tiba-tiba, entah dari mana, perasaanmu menjadi sedikit lebih ringan.
Ini yang mau aku ceritakan. Pernahkah kita merasa lebih baik setelah memberikan sesuatu yang kita miliki? Ternyata, dalam artikel ini diceritakan bahwa ketika kita menggeser fokus dari diri sendiri kepada kesejahteraan orang lain, kita dapat merasa lebih enteng dan terdorong untuk memberikan versi terbaik kita untuk mereka. Mengapa ini bisa terjadi? Rupanya, kekhawatiran kita ada hubungannya dengan penyebab stres dan keresahan lainnya.
Pernahkah kita merasa lebih baik setelah memberikan sesuatu yang kita miliki?
Satu lagi, ketika kita menjadikan aktivitas memberi sebagai pusat dari tujuan kehidupan (life purpose), hidup kita secara umum menjadi lebih baik. Studi ini membuktikan bahwa memiliki tujuan kehidupan dengan memberi untuk orang lain, membuat tidur kita lebih nyenyak. Riset yang ini menyatakan bahwa keuntungan dari memberi adalah membuat pikiran dan ingatan menjadi lebih tajam. Bahkan menurut laporan ini, hidup kita bisa menjadi lebih panjang dengan memberi.
Ketika kita menjadikan aktivitas memberi sebagai pusat dari tujuan kehidupan (life purpose), hidup kita secara umum menjadi lebih baik.
Apa yang bisa kita lakukan untuk memberi? Bukan hanya dengan harta, kita juga dapat memberikan waktu dan energi. Caranya bagaimana? Salah satunya adalah dengan menjadi sukarelawan untuk inisiatif dengan kepedulian yang sama dengan dirimu. Menjadi sukarelawan bukan saja memberikan kita keuntungan yang baik untuk kesehatan mental, tapi juga dapat memperluas lingkup pertemanan. Atau kalau kita merasa sebagai orang yang introvert, minimal kita jadi lebih tahu proses berorganisasi yang bisa diaplikasikan dalam keseharian hingga pekerjaan. Bukan saja kita dapat berkontribusi, kita juga memiliki kanal baru untuk having fun.
Apalagi kalau pandemi seperti ini yang mengubah cara kita hidup dan membuat kita lelah. Waktu kita menatap layar menjadi lebih meningkat, sedangkan waktu kita untuk bersentuhan dengan manusia lain berkurang secara drastis. Beberapa riset seperti laporan yang diulas dalam tulisan ini dan ini menyatakan bahwa naiknya tingkat stres kebanyakan orang mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Pandemi ini nyata dan semua orang di muka bumi mengalami dampak buruknya.
Sayangnya, kita masih belum tahu persis kapan pandemi akan segera berakhir. Hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah dengan berusaha bertahan hidup dan juggling apa yang membuat kita stres dan apa yang membuat kita lebih baik. Beberapa orang menemukan hobi baru untuk mengurangi stres. Beberapa orang lebih aktif berolahraga untuk merasa lebih nyaman dengan dirinya. Beberapa orang memilih untuk berkontribusi dan memberikan nilai tambah ke lingkungan terdekatnya dengan menjadi sukarelawan. Mungkin ini dapat menginspirasi kita bersama untuk memberi. Karena bukan saja baik untuk diri kita sendiri, tapi baik untuk orang-orang di sekeliling kita. Karena kita menerima, dalam memberi.