Kalau saat ini kamu harus membuat suatu keputusan, bagaimana caramu menimbangnya? Berhitung dengan pikiran atau percaya dengan suara hati? Hampir setiap saat kita harus memilih, mulai dari hal-hal kecil seperti urusan perut sampai hal-hal besar yang menentukan jalan masa depan kita; "Apakah aku harus tetap bertahan di perusahaan yang sama?" "Mau lanjut studi di mana?" Atau kamu lagi mencoba merealisasikan mimpi pribadi jadi entrepreneur di kala kondisi keuangan keluarga yang belum cukup pasti? Semua pilihan yang kita miliki saling tarik-menarik di dalam kepala dan akhirnya kita harus membuat keputusan yang mungkin saja belum tentu benar.
Mungkin pilihan yang kamu buat tidak selalu benar, tetapi setidaknya kamu berani memutuskan – dan akhirnya keputusanmu membenarkan pilihanmu.
Jika akal sehatmu berkata bahwa masa depanmu bukan di tempatmu yang sekarang dan ditambah lagi dengan hatimu yang berkecamuk, meyakini bahwa memang sudah waktunya kamu berubah – akankah kamu berani berpijak pada pilihanmu? Itulah pengalaman pribadi saya di tahun ini – sebuah pencobaan.
Pencobaan bukanlah suatu hal yang remeh, yang dapat diputuskan seperti mau pakai sepatu apa pagi ini atau naik kendaraan apa hari ini. Pencobaan membuat kita kembali bertanya pada diri kita – "Puaskah kamu?" "Bukankah seharusnya kamu bisa mendapatkan yang lebih baik?" dan pertanyaan-pertanyaan lain yang mendadak muncul untuk menggoda dirimu kembali merenungkan egomu – mempertanyakan masa depanmu.
Here’s a thing about wishes: the more you have, the more you want. – Genie (Aladdin The Movie, 2019)
Namanya juga manusia, selalu berharap lebih dan tidak pernah puas. Inilah yang mengakibatkan pencobaan pada umumnya selalu diwarnai dengan hal-hal yang negatif: hawa nafsu, perselingkuhan, keserakahan, bohong ‘putih’ dan semacamnya. Seperti judul artikel ini, saya justru mau ajak dirimu untuk berani mencicipi pencobaan. Menilik pencobaan dari sisi yang lebih positif. Saya percaya bahwa pencobaan juga bermanfaat. Sebagai gambaran sederhana, saya yakin kamu pernah sekolah dan pernah mengikuti yang namanya ujian. Dan dari ujian tersebut, hasil jawabanmu akan menentukan apakah akan naik kelas atau tidak. Lewat ilustrasi ini, coba kita renungkan bersama – pencobaan seperti apa yang seringkali mengetuk pintumu dan akhirnya kamu selalu terjatuh di dalamnya? Kelemahanmu dalam segi finansial yang membuatmu selalu jatuh dalam lubang hutang, atau kegagalan untuk menerima satu kekalahan, sehingga kamu hari ini masih hidup di masa lalumu? Kamu mungkin saja sudah terlarut terlalu lama, tapi percayalah, masa depan masih menunggumu.
Pencobaan sebetulnya menunjukkan siapa kita yang sebenarnya. Di saat kejujuran dan keterbukaan diri terjadi, ada ruang perubahan yang siap menyambutmu masuk.
Pencobaan atau ujian muncul untuk menguatkan hati dan membesarkan kapasitas diri. Hidup tak lagi iri, tapi berani mensyukuri. Akan banyak hal-hal yang lebih besar lagi datang di hidup kita, selayaknya ujian di tingkat SD dan SMA akan sangat berbeda. Segala pilihan dan keputusan yang kamu buat, jadikan itu sebagai latihan untuk memperbaiki diri.
Jadi apa pilihanmu sekarang? Apakah kamu mau lari jauh dari pencobaanmu, atau sekarang kamu mau mencoba untuk mencicipinya? Karena pada akhirnya, kita semua harus membuat keputusan yang mungkin tidak selalu benar, tetapi pasti menumbuhkanmu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Kedewasaanmu akan menentukan pilihanmu. Dan segala pilihanmu akan mendewasakanmu.