Self Lifehacks

Mencari Kedamaian Batin

Siti Banu Intan

@intansitibanu

Praktisi Wellbeing

Ilustrasi Oleh: Salv Studio

Ketika kecil kita pasti diajarkan untuk mengucap kata “maaf” dan “terima kasih” kepada orang lain sebagai bentuk kesopanan. Tapi tahu tidak apa yang seringkali luput dari perhatian? Kita jarang mengatakan “maaf” pada diri sendiri. Padahal selama hidup di dunia kita pasti sering melakukan kesalahan pada diri sendiri. Namun bukannya meminta maaf yang ada kita menyalahkan ego atau emosi. “Kenapa sih saya harus melakukan hal bodoh seperti kemarin?”. Ingat kan pernah berkata ini pada diri sendiri?

Kita jarang mengatakan maaf pada diri sendiri. Padahal selama hidup di dunia kita pasti sering melakukan kesalahan pada diri sendiri.

Memang kenapa kalau kita tidak pernah meminta maaf pada diri sendiri? Secara tidak sadar kita seringkali tidak dapat menerima diri sendiri. Sehingga kita tidak memiliki kedamaian batin. Kita tidak merasa nyaman dengan diri sehingga tidak bahagia dengan pribadi sendiri. Lalu bagaimana bisa berdamai dengan orang lain jika kita saja tidak bisa berdamai dengan diri sendiri? Faktanya adalah saat kita sudah menemukan kedamaian batin di mana kita sudah bisa berdamai dengan diri sendiri, kita akan menciptakan hukum tarik menarik. Orang di sekitar kita pun akan berproses bersama. Secara tidak langsung kita akan memancarkan kedamaian ke sekitar dan menarik mereka untuk berkembang bersama. Pun kita tidak hanya akan menerima diri kita pun dapat lebih mudah menerima sekaligus memaafkan orang lain.

Kemudian bagaimana caranya untuk mendapatkan kedamaian batin tersebut? Langkah utama memang dengan tidak menyangkal jika kita memiliki krisis atau konflik dari dalam diri. Akui kalau memang kita merasa ada masalah yang mengganggu. Kita akan merasa lebih nyaman, damai dan bahagia pada arti kata sesungguhnya ketika kita tidak menyangkal dan berpura-pura dalam kondisi baik-baik saja. Terdapat pula praktek-praktek mindfulness untuk meningkatkan kedamaian batin. Bagi saya pribadi, “kembali ke napas” adalah cara ampuh untuk merasakan kedamaian tersebut.

Kita seringkali tidak dapat menerima diri sendiri sehingga tidak memiliki kedamaian batin.

Pertama-tama kita harus percaya terlebih dahulu bahwa mencapai kedamaian batin atau inner peace itu harus dengan pemahaman adanya proses. Lalu disatukan dengan adanya keinginan untuk mencapai kedamaian tersebut. Barulah menyadari setiap hembusan napas yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Mindful Breathing. Kala fokus pada pernapasan kita mengembalikan diri kita pada saat ini. Waktu sekarang ini. Kita tidak memikirkan masa lalu atau masa lalu melainkan detik kita bernapas. Kita berada di sini, di waktu dan tempat sedang bernapas dengan kesadaran bahwa kita masih bisa bernapas, diberikan hidup, masih bisa makan, tertawa, memiliki tubuh yang sehat. Hal sederhana namun amat bermakna.

Selain itu kita pun harus menyadari bahwa sebagai manusia yang terus berproses, kita tidak akan bisa melewati berbagai macam krisis atau kejadian-kejadian sulit yang mungkin saja memberikan trauma tersendiri. Banyak orang yang bahkan sudah berumur saja masih memproses diri sampai akhir hayat. Setiap hari ada saja kejadian baru yang bisa memunculkan trauma di masa lampau atau justru trauma baru. Tapi agar tidak menumpuk seluruh lapisan trauma dari kecil, langkah utama adalah dengan menyadari bahwa dalam bentuk atau skala apapun itu, trauma haruslah diatasi. Banyak dari kita tidak sadar kalau kita menyimpan rasa sedih, kecewa, marah. Seringkali kita berdalih dan bilang, “Ah tidak apa sudah lewat kok. Saya sudah baik-baik saja."

Berupaya untuk merasa baik-baik saja tapi tidak membenahi trauma itu sendiri dapat memunculkan emosi negatif yang menyebabkan kita kesulitan mengatasi apa yang harusnya diatasi. Apa dampak jangka panjangnya? Hambatan untuk maju jawabannya. Kita akan menghakimi dan melabeli diri sendiri dengan trauma yang hidup dalam diri. Contohnya dengan percaya bahwa kita kurang pintar atau kurang cantik akibat trauma akan orang-orang yang berkata demikian. Selanjutnya bagaimana? Kita pun akan sulit untuk mencoba sesuatu yang baru. Kita merasa kurang percaya diri akan kemampuan yang sebenarnya.

Kita pun harus menyadari bahwa sebagai manusia yang terus berproses kita tidak akan bisa melewati berbagai macam krisis atau kejadian-kejadian sulit yang mungkin saja memberikan trauma tersendiri.

Kita memang terkadang harus lebih peka pada diri sendiri. Harus memahami krisis seperti apa yang dapat memicu timbulnya trauma karena trauma bisa lahir dalam bentuk dan skala apapun meski tidak bisa dibilang satu trauma itu besar atau kecil. Kita harus belajar mengenali hal-hal yang membuat kita tidak nyaman, yang menghambat diri memaksimalkan potensi atau yang mengurangi nilai-nilai kita sebagai individu yang baik. Sesaat menyadari, kita harus mengakui itu adalah masalah yang harus diselesaikan atau paling tidak dikurangi kadarnya dan mulailah mencari kedamaian batin sebagai penawarnya.

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024