Self Planet & People

Menavigasi Stress Bagi Orang Tua Baru

Damar Wahyu Wijayanti

@damarwijayanti

Praktisi Pendidikan Anak dan Parenting

Sebagai seseorang yang memiliki perhatian lebih terhadap edukasi dan perkembangan anak, saat ini aku sedang membangun sebuah platform belajar online, Good Enough Parent. Platform ini ditujukan bagi para orang tua agar bisa memenuhi kebutuhan kemampuan dan ilmu sebagai pendamping anak. Salah satu topik yang sering kali aku bahas adalah mengenai montessori. Mungkin sebagian dari kita mengetahui montessori sebagai sebuah kurikulum pendidikan anak, padahal sebenarnya lebih luas dari itu. 

Montessori sebenarnya adalah sebuah filosofi atau pendekatan dalam mendampingi tumbuh kembang anak-anak. Konsep ini memiliki tiga pilar yang disebut dengan montessori triad. Pilar pertama adalah the child yaitu tentang natural law of development pada anak-anak. Maka observasi menjadi tonggak utama dari montessori agar ktia memahami cara alami anak-anak tumbuh dan berkembang. Kedua yaitu prepared adults, orang dewasa yang mendampingi anak juga sebenarnya harus mempersiapkan diri. Saat menjadi orang tua, justru kita harus memenuhi kebutuhan kita terlebih dahulu sebelum kita bisa memberikan pendampingan terbaik bagi anak.

Pilar terakhir adalah prepared environment, montessori percaya bahwa anak-anak mengembangkan dirinya melalui eksplorasi lingkungan. Sehingga dengan mempersiapkan lingkungan yang tepat kita bisa memberikan ruang bagi anak untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri sesuai natural law of development tadi.

Saat menjadi orang tua, justru kita harus memenuhi kebutuhan kita terlebih dahulu sebelum kita bisa memberikan pendampingan terbaik bagi anak.

Salah satu akibat jika orang tua kurang mempersiapkan diri untuk menjadi pendamping anak adalah parental burnout. Istilah burnout dalam konteks menjadi orang tua sebenarnya mengambarkan kondisi kelelahan yang teramat sangat dalam menjalankan peran sebagai orang tua baru. Sebagai penggambaran, jika toleransi stress kita ada pada level lima lalu ternyata tekanan dan stress yang kita dapatkan melebihi level tersebut dan tidak mendapatkan jeda untuk beristirahat, kondisi inilah yang menyebabkan orang tua baru mengalami burnout.

Burnout pada orang tua baru biasanya memiliki ciri-ciri yang bisa dirasakan, namun seringkali sebagai orang yang mengalami burnout, ibu baru justru tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami burnout. Beberapa indikasi, yang paling umum adalah rasa lelah yang tetap berat meski telah tidur cukup, adanya upaya menghindar secara fisik maupun emosional dengan anak, kecemasan atau perasaan tidak cukup berusaha sebagai orang tua, hingga perubahan emosi yang lebih fluktuatif dan mudah meledak. 

Burnout sendiri bisa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, ketidakmampuan kita memahami batas stress yang bisa kita regulasi. Kedua, terlalu banyak tugas yang diemban tanpa diimbangi dengan ketersediaan waktu, bantuan, dan ekosistem lingkungan yang mendukung. Ketiga, pemenuhan kebutuhan diri yang terlupakan. Bagi teman-teman yang sedang mengambil peran sebagai pendamping atau merawat orang lain, seringkali kita lupa untuk merawat diri kita sendiri dan hal ini rentan sekali membuat kita mengalami compassion fatigue. Sebuah istilah yang menggambarkan kelelahan yang teramat sangat dalam mengasihi atau merawat orang lain. Maka penting sekali untuk tetap memprioritaskan perawatan diri sendiri untuk bisa merawat orang lain. 

Three Principal to Optimise Outcome adalah sebuah prinsip yang dapat membantu ibu atau ayah baru dalam menavigasi perannya sebagai orang tua. Intinya ada tiga prinsip yang perlu dipahami yaitu Reduce Source of Stress, Support Responsive Relationship, dan Strengthen Core Skill. Pertama, mengurangi sumber stress kita. Seperti yang sudah kita pahami, bahwa salah satu alasan munculnya burnout adalah karena tingkat stress yang berlebih. Kedua, hubungan yang kuat dan baik di sekeliling ibu baru agar ia bisa mendapatkan bantuan yang memang dibutuhkan. Terakhir, kita butuh memperkuat skill-skill inti yang diperlukan oleh manusia. Biasanya berkaitan dengan executive function, yang salah satunya mengatur  kemampuan kita untuk meregulasi emosi dan stress. Kita bisa mulai dari pilar manapun yang paling memungkinkan karena pada akhirnya setiap pilar akan saling memengaruhi satu sama lain. 

Selain itu, sebenarnya juga ada peran dari pihak luar, meski memang ini sulit untuk kita kendalikan. Namun alangkah baiknya jika sistem di masyarakat juga dapat mendukung ibu baru untuk beradaptasi dengan tahapan baru yang ia hadapi. Misalnya dengan aturan pemerintah yang memberikan paternal leave yang lebih panjang sehingga stress yang dirasakan ibu baru tidak terlalu tinggi karena bisa mendapatkan pendampingan dari suami. Bisa juga pemberian maternity leave yang diperpanjang menjadi enam bulan, sehingga para ibu bisa mendapatkan waktu yang cukup untuk beradaptasi.

Kalau memang sudah merasakan burnout, hal sederhana yang bisa mulai dilakukan adalah dengan mengurangi beban yang ditanggung. Bagi individu yang memang sedang mengalami burnout mungkin sulit untuk menyadari bahwa stress yang kita rasakan bisa dikurangi. Misalnya, dengan menentukan prioritas. Aku biasanya menyarankan menulis jurnal, coba urutkan hal apa yang harus kita kerjakan dan bagi menjadi tiga kelompok. Pertama, hal yang penting dan mendesak. Kedua, pekerjaan yang penting dan tidak mendesak. Terakhir tidak penting dan tidak mendesak. Dengan menuliskan pekerjaan yang ingin kita lakukan kita jadi bisa melihat bahwa terkadang tidak semua hal harus kita selesaikan hari ini juga.

Selain itu aku juga menyarankan untuk sedikit demi sedikit melatih kemampuan kita meregulasi emosi, regulasi diri dan komunikasi. Terkadang mungkin tekanan yang kita hadapi tidak bisa dikurangi tapi dengan menambah kemampuan kita mengelola emosi kita bisa meningkatkan toleransi diri kita akan stress. Sehingga potensi burnout bisa kita tanggulangi.

Terkadang mungkin tekanan yang kita hadapi tidak bisa dikurangi tapi dengan menambah kemampuan kita mengelola emosi kita bisa meningkatkan toleransi diri kita akan stress. Sehingga potensi burnout bisa kita tanggulangi.

Penting pula bagi kita sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab terhadap makhluk hidup lain, ada yang bergantung pada kita untuk kita tetap belajar mengasah skill utama yang dibutuhkan untuk menjalankan peran kita. Terakhir, jika tanda-tanda burn out yang dirasakan bertahan hingga lebih dari 2 minggu, segera konsultasikan dengan psikolog untuk bisa mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

Related Articles

Card image
Self
Perbedaan dalam Kecantikan

Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak akan pernah terpisahkan. Cantik kini bisa ditafsirkan dengan beragam cara, setiap orang bebas memiliki makna cantik yang berbeda-beda sesuai dengan hatinya. Berbeda justru jadi kekuatan terbesar kecantikan khas Indonesia yang seharusnya kita rayakan bersama.

By Greatmind x BeautyFest Asia 2024
01 June 2024
Card image
Self
Usaha Menciptakan Ruang Dengar Tanpa Batas

Aku terlahir dalam kondisi daun telinga kanan yang tidak sempurna. Semenjak aku tahu bahwa kelainan itu dinamai Microtia, aku tergerak untuk memberi penghiburan untuk orang-orang yang punya kasus lebih berat daripada aku, yaitu komunitas tuli. Hal ini aku lakukan berbarengan dengan niatku untuk membuat proyek sosial belalui bernyanyi di tahun ini.

By Idgitaf
19 May 2024
Card image
Self
Perjalanan Pendewasaan Melalui Musik

Menjalani pekerjaan yang berawal dari hobi memang bisa saja menantang. Menurutku, musik adalah salah satu medium yang mengajarkanku untuk menjadi lebih dewasa. Terutama, dari kompetisi aku belajar untuk mencari jalan keluar baru saat menemukan tantangan dalam hidup. Kecewa mungkin saja kita temui, tetapi selalu ada opsi jalan keluar kalau kita benar-benar berusaha berpikir dengan lebih jernih.

By Atya Faudina
11 May 2024