Penafsiran rasa sepi bagi setiap orang bisa saja berbeda-beda. Spektrum rasa sepi juga sebenarnya sangat luas. Menurutku rasa sepi sangat bergantung kepada bagaimana kita memosisikan diri kita sendiri. Tanpa rasa sepi juga kita tidak akan bisa memahami apa itu rasa rindu dan tidak menghargai waktu menunggu saat kita menginginkan hal ataupun kehadiran orang yang kita butuhkan dalam hidup. Menurutku dalam kadar yang cukup, sebenarnya rasa sepi bisa dinikmati. Aku percaya setiap orang tetap memerlukan waktu-waktunya sendiri untuk bisa lebih memahami diri, belajar apa yang sebenarnya kita inginkan, berusaha mengintrospeksi diri. Jadi untuk bisa berbicara lebih banyak dengan diri sendiri, pada dasarnya kita membutuhkan waktu yang lebih intim bersama diri sendiri.
Menurutku dalam kadar yang cukup, sebenarnya rasa sepi bisa dinikmati. Aku percaya setiap orang tetap memerlukan waktu-waktunya sendiri untuk bisa lebih memahami diri, belajar apa yang sebenarnya kita inginkan, berusaha mengintrospeksi diri.
Aku berbicara dengan diri sendiri melalui tulisan. Ketika aku merasa pikiranku sudah terlalu penuh dan aku merasa ada hal-hal yang perlu aku keluarkan dari kepala biasanya aku menulis. Aku akan bercerita atau membuat surat untuk diri sendiri. Isinya mungkin sederhana, seputar apa yang terjadi hari ini atau apa yang sedang aku rasakan. Aku juga berusaha mencari solusi apa yang mungkin bisa aku pilih untuk mengatasi masalah atau kegelisahan yang sedang aku alami saat itu.
Ketika aku memutuskan untuk menunggu sesuatu, biasanya aku sudah tahu bahwa hal tersebut memang cukup berharga untuk aku nantikan. Jadi, ketika aku menunggu seharusnya aku sudah tahu apa timbal balik yang aku dapatkan dari kesabaran aku dalam menunggu. Jika aku benar-benar yakin untuk menunggu sesuatu aku rasa sudah sewajarnya aku juga paham situasi apa yang akan aku hadapi setelahnya. Maka dengan alasan tersebut aku merasa aku bisa tetap baik-baik saja saat harus menunggu. Bagiku semua emosi yang bisa kita rasakan adalah hal yang valid.
Walaupun aku tahu dan sudah memperkirakan timbal balik yang aku dapatkan dari sebuah penantian, terkadang takdir bisa saja berkata lain. Selalu ada kemungkinan bahwa hal yang kita tunggu pada akhirnya ternyata tidak datang. Saat aku sudah yakin dengan keputusanku untuk menanti, pada akhirnya yang aku lihat bukan hanya hasil akhir tetapi proses penantian yang aku lalui. Tidak hanya ujung cerita dari menunggu. Rasa yang aku dapatkan dari menunggu dan kesediaanku untuk menunggu juga merupakan sebuah pencapaian untuk diriku sendiri. Kembali lagi, sebenarnya rasa yang aku proyeksikan pada seseorang atau sesuatu pada akhirnya sebenarnya bercerita tantang bagaimana aku mengambil keputusan saat berada dalam situasi tertentu.
Saat aku sudah yakin dengan keputusanku untuk menanti, pada akhirnya yang aku lihat bukan hanya hasil akhir tetapi proses penantian yang aku lalui. Tidak hanya ujung cerita dari menunggu. Rasa yang aku dapatkan dari menunggu dan kesediaanku untuk menunggu juga merupakan sebuah pencapaian untuk diriku sendiri.
Ketika sedang menulis lirik untuk lagu “Dahaga”, aku membaca buku kumpulan cerpen dari Djenar Maesa Ayu ada satu sematan puisi yang menurutku menarik. Buku SAIA ada sebuah kumpulan puisi, di dalamnya ada puisi yang bunyinya “Air dapat memelukmu tapi tak akan membelenggumu, air dapat pantulkan cahayamu tapi tak dapat jadikanmu nyata”. Aku menafsirkan ini seolah membahas mengenai sesuatu yang seakan dapat kita miliki tapi nyatanya tidak. Lagu dahaga bercerita tentang sepi dan penantian. Rasa sepi terkadang mengarahkan kita kepada penantian akan kehadiran seseorang. Jika sepi tersebut tidak dipuaskan dengan kehadiran orang lain, akhirnya kita menginginkan hal yang lain untuk bisa mengatasi rasa sepi yang kita alami. Perasaan sepi ini menjelma menjadi “rasa haus” yang tidak kunjung terobati.
Proses penantian tidak hanya sebuah fase yang harus kita lewati saat menginginkan sesuatu tetapi juga pembelajaran hidup. Saat menghadapi segala situasi yang terjadi di dunia kita membutuhkan banyak kesabaran. Ada kalanya mungkin kita dituntut untuk mengungkapkan opini ataupun perasaan terhadap seseorang atau situai tetapi jawabannya tidak datang secara instan. Di sinilah menurutku proses menunggu menjadi salah satu pembelajaran yang berharga dalam menjalani kehidupan secara general. Menunggu menawarkan kita kesempatan untuk bisa melakukan lebih banyak hal jika bisa dihadapi dengan baik. Banyak hal sebenarnya bisa kita rasakan dengan secukupnya di antaranya adalah rasa sepi dan penantian, lalu selanjutnya terserah pada kita bagaimana kita menggunakan rasa tersebut untuk belajar menjadi individu yang lebih baik di masa mendatang.
Menunggu menawarkan kita kesempatan untuk bisa melakukan lebih banyak hal jika bisa dihadapi dengan baik. Banyak hal sebenarnya bisa kita rasakan dengan secukupnya di antaranya adalah rasa sepi dan penantian.