Dalam kehidupan, ada banyak emosi yang kita rasakan. Bahagia, kecewa, bangga, terharu, dan juga sedih. Kali ini Greatmind berbincang bersama Hursa, sebuah grup musik bergenre pop turbo yang memulai karir di 2019. Kali ini mereka menghadirkan sebuah karya tentang merasakan dan melalui kesedihan.
Greatmind (GR): Halo, sebelumnya selamat untuk lagu barunya “Dilarani” yang sudah dirilis. Mungkin kita bisa dengan bagaimana proses penemuan inspirasi awal dalam lagu kali ini?
Gala: Sebenarnya ketika menulis lagu, saya selalu berangkat dari pengalaman pribadi. Entah itu momen yang pernah saya alami sendiri atau cerita yang pernah didengar. Dari situ, saya membuat lagu “Dilarani”. Bercerita tentang bagaimana laki-laki terkadang merasa sulit untuk mengekspresikan emosi. Dalam konteks ini, sedih, kecewa, bingung, dan sebagainya. Dari kecil lebih familiar dengan petuah bahwa laki-laki tidak boleh cengeng.
Entah kenapa ini terasa agak memberatkan, karena pada satu titik tertentu, entah laki-laki atau perempuan, kita pasti pernah sedih. Itu sangat manusiawi. Menurut saya, seharusnya kalau memang ingin menangis ya dilepaskan saja. Toh, sekuat apapun kita tahan, nantinya akan pecah juga.
Menurut saya, seharusnya kalau memang ingin menangis ya dilepaskan saja. Toh, sekuat apapun kita tahan, nantinya akan pecah juga.
GR: Kalau begitu, untuk proses pembuatan musiknya sendiri bagaimana?
Gala: Kalau mengenai musik dan notasi nada, pengerjaannya cukup berbeda dari album pertama dan kedua. Kemarin sempat ada obrolan juga dengan Pandji kalau kita ingin memulai pendekatan yang lain. Kita mencoba agar lagunya juga bisa lebih mudah untuk diterima oleh teman-teman yang mendengarkan. Jadi nada-nada yang keluar pun lebih bernuansa pop.
GR: Apakah setiap member punya andil dalam lagu kali ini?
Pandji: Kalau dari notasi itu semua sudah ada dari Gala. Tapi ketika proses kreatif pengerjaan masing-masing instrument musik, kita masing-masing berusaha explore lebih banyak. Secara keseluruhan, lagu “Dilarani” sudah ada guidenya juga dai Gala, kita hanya menambahkan sesuai instrumen yang kita mainkan aja.
GR: Nah, untuk pemilihan judulnya sendiri kenapa akhirnya muncul “Dilarani”? dan menggunakan Bahasa Jawa?
Gala: Memang sempat ada diskusi juga untuk pemilihan judul lagu kali ini. Mungkin bagi sebagian orang juga kata “Dilarani” itu tidak terlalu familiar, tapi argument saya waktu itu adalah justru bagaimana kita menarik perhatian lebih banyak pendengar dengan kosa kata yang tidak sering dipakai. Di album kedua sebenarnya saya juga pernah membuat lagu dengan Bahasa Jawa, waktu itu judulnya “Rumangsa”.
Melihat tema lagunya juga tentang sakit hati dan rasa putus asa, sepertinya “Dilarani” bisa menggambarkan cerita lagu ini dengan baik. Pelafalannya juga enak didengar. Dilarani itu artinya disakiti dalam Bahasa Indonesia. Akhirnya kami sepakat untuk memakai judul ini.
GR: Di akhir lagu ada lirik yang cukup sering diulang, ‘akhirnya tangismu pecah juga’. Menahan rasa sedih memang sepertinya relate untuk banyak orang. Menurut teman-teman kenapa hal ini jadi lumrah saat ini?
Pandji: Mungkin kalau di zaman saya dulu ya, saya diajarkan oleh orang tua bahwa laki-laki tidak boleng menangis. Padahal, terkadang menangis karena sedih bisa sangat melegakan. Khususnya pada laki-laki ada banyak juga di luar sana yang malu kalau menangis atau takut maskulinitasnya berkurang karena menunjukkan bahwa dia sedang bersedih. Jadi rasanya lagu “Dilarani” ini pas untuk jadi soundtrack segala macam kesedihan.
Gala: Kalau saya, ada setujunya dengan Pandji. Mungkin ada yang takut atau malu kalau menangis. Selain itu, ada juga yang memang tidak punya pilihan selain menahan kesedihan yang dia punya sendirian. Katakanlah, dia seorang tulang punggung di keluarga. Ketika usahanya belum berhasi, saat dia stress, atau kalit, dia tidak mungkin di depan anak atau istrinya. Takut karena kalau dia mengeluarkan ekspresi sedih dia akan menghancurkan harapan orang-orang yang selama ini bergantung pada dirinya. Takut kalau dia akan membuat orang lain menangis saat dia bilang bahwa dia sedang bersedih. Terkadang, bukan kita yang tidak ingin menangis, tapi kita menahan itu semua demi menjaga orang-orang yang kita sayangi. Ini yang berat sebetulnya.
Terkadang, bukan kita yang tidak ingin menangis, tapi kita menahan itu semua demi menjaga orang-orang yang kita sayangi.
GR: Ini akan jadi pertanyaan terakhir, kalau begitu menurut teman-teman bagaimana sedih seharusnya diselesaikan?
Gala: Saya juga nggak bilang ini jawaban paling benar. Menurut saya, sedih tidak harus dirayakan. Mungkin ini hanya pemilihan kata aja, menurut saya kita tidak harus sebegitunya merayakan kesedihan. Kita hanya perlu jujur dengan apa yang sebenarnya kita rasakan. Jadi, kita tidak harus memberi tau semua orang bahwa kita sedang sedih, tapi juga jangan bohong pada diri sendiri. Kalau sedang sedih atau bahkan hancur, juju raja. Kelihatannya mudah memang, tapi justru ini yang kadang sulit. Kita harus menyadari dan menerima bahwa memang sedang sedih atau ingin menangis.
Pandji: Terlepas dari cerita di lagu ini tentang memproses kesedihan. Kalau dari saya, setiap orang punya cara yang berbeda dalam menanggulangi sedihnya. Ada yang dengan menyendiri atau liburan, tapi menurut saya pada dasarnya seiring dengan waktu kita pada akhirnya akan selesai dengan rasa sedih. Nantinya kesedihan kita di hari ini bisa menjadi sebuah cerita yang menarik atau bahkan lucu. Walaupun menyedihkan proses melewati masa sulit ini ternyata seru juga. Sebagai musisi, beberapa juga meluapkan kesedihannya menjadi lagu atau tulisan.
Nantinya kesedihan kita di hari ini bisa menjadi sebuah cerita yang menarik atau bahkan lucu.
Goldy: Menurut saya intinya komunikasi, sih. Cerita dan jangan dipendam sendirian. Berdasarkan pengalaman, memendam kesedihan sendiri ternyata malah lebih sakit.
Irvan: Kadang kita suka menolak perasaan sedih dan bersikeras untuk selalu baik-baik saja, padahal kita sedang terpuruk. Menurut saya, hal pertama yang harus dilakukan untuk melalui kesedihan adalah dengan menerima bahwa kita sedang sedih. Memang tidak semudah itu dilakukan, tapi semakin sering kita berusaha kabur, akan semakin sulit kita keluar dari kesedihan.
Menurut saya, hal pertama yang harus dilakukan untuk melalui kesedihan adalah dengan menerima bahwa kita sedang sedih. Semakin sering kita berusaha kabur, akan semakin sulit kita keluar dari kesedihan.