Sejak kecil, ibuku suka sekali mendengarkan radio. Ia tidak bisa sehari saja tidak mendengarkan radio. Bahkan sampai sekarang di dapurnya masih ada radio zaman dulu dan masih menyala sampai sekarang. Secara tidak sadar, mungkin ini yang membuatku tertarik dengan dunia radio. Dulu seakan aku bisa membayangkan situasi di radio meski hanya lewat suara para penyiar. Hingga akhirnya membuatku merasa dunia radio sangatlah seru. Tidak aneh ketika orang tua menanyakan aku ingin menjadi apa kelak, aku menjawab menjadi penyiar. Mereka pun sudah mengarahkan sedari kecil sehingga aku tidak perlu bingung saat harus memilih jurusan.
Dulu aku tidak terlalu memusingkan besaran penghasilan. Yang aku tahu, dunia siaran adalah dunia di mana aku bisa bekerja dengan passion. Tapi kemudian aku juga berpikir bahwa pekerjaan menjadi penyiar adalah pekerjaan yang memudahkanku untuk mengatur waktu. Kebetulan aku memang seseorang yang sangat mementingkan keluarga. Jadi, aku ingin punya pekerjaan yang tetap bisa membuatku membagi waktu dengan keluarga di rumah.
Tapi dalam perjalanannya, tujuanku berubah. Siaran memang passion-ku. Tapi saat berkeluarga, akhirnya tujuanku adalah untuk berkeluarga sambil berkarier. Seiring berjalannya waktu aku berpikir bahwa berkarier hanyalah “pekerjaan sampingan” dari berkeluarga. Jika terus berada dalam sebuah institusi, aku tidak bisa mengatur waktu sendiri. Akhirnya, aku merasa tidak mungkin ada perusahaan yang memahami bagaimana seorang Anka ingin membagi waktunya. Maka, aku memutuskan untuk bekerja sendiri walaupun tetap saja semua pekerjaan yang aku punya sekarang juga memiliki aturan waktu tertentu.
Buatku, memiliki passion amatlah penting. Passion bisa mengarahkan tujuan hidup kita. Aku sendiri bisa dibilang mengejar tujuanku dengan passion. Aku berupaya mencapai tujuan hidup dengan apa yang disenangi. Rasanya kalau tidak ada passion, aku tidak tahu akan ke mana arah hidup ini karena ia adalah salah satu hal yang memberikan kesenangan dalam melakukan sesuatu. Dengan adanya tujuan, aku sanggup menjalani dunia penyiaran bertahun-tahun lamanya.
Buatku, memiliki passion amatlah penting. Passion bisa mengarahkan tujuan hidup kita.
Menjadi penyiar ibaratnya seperti menjadi pilot. Untuk menjadi seorang pilot profesional, dibutuhkan jam terbang tertentu. Semakin banyak jam terbangnya, semakin berpengalaman. Begitu juga seorang penyiar. Di usia sekarang, aku sudah bisa banyak cerita tentang pengalaman kerjaku dulu. Tapi kalau diminta untuk mengulang kehidupan di radio, mungkin jawabanku adalah “tidak”. Aku mendapatkan banyak sekali pelajaran dari dunia radio. Tapi fase itu sudah lewat. Aku sudah super nyaman dengan situasi sekarang. Apalagi sekarang tujuanku sudah tercapai. Aku tetap bisa melancarkan aktualisasi diri, berbagi cerita dan ilmu dengan banyak orang lewat podcast, dan di saat yang sama bisa mengurus keluarga di rumah. Tidak berbeda dengan membuat karya untuk Rapot. Terlibat di dalamnya tidak hanya bisa menyalurkan passion tapi juga menjalin hubungan dengan sahabat-sahabat yang sudah selayaknya keluarga. Apalagi perkembangannya juga bisa memberikan rezeki. Ini adalah berkat yang luar biasa.
Aku memang tipikal orang yang selalu punya rencana dan tahu apa yang ingin dilakukan. Tidak terbayang jika tidak tahu akan melakukan apa besok. Bisa dibilang ini adalah didikan orang tuaku. Mereka selalu mengarahkan tujuanku supaya aku tahu apa yang diinginkan dan bagaimana cara mencapainya. Jadi, aku bisa konsisten dalam menjalankan apapun itu. Sewaktu aku hendak ulang tahun ke-3, mereka sudah menanyakan hadiah apa yang aku mau jauh sebelum tanggal ulang tahun. Aku harus sudah tahu hadiah apa yang diinginkan dan sebelum sampai di hari ulang tahun, ada hal-hal yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Meskipun begitu, aku bukanlah orang yang memaksakan. Jika memang rencana yang sudah dibuat tidak terjadi, tidak masalah. Tapi aku akan tetap punya tujuan yang jelas di kemudian hari. Memiliki tujuan membuatku lebih mudah fokus agar aku bisa tetap memenuhi kebutuhanku sendiri sebagai individu. Dalam keseharian, sebenarnya fokusku bisa mudah sekali terpecah karena ada segelintir pihak yang aku perhatikan. Mulai dari suami, anak, orang tua, hingga keluarga selain orang tua. Aku ingin berupaya memenuhi kebutuhan mereka, tapi di saat yang sama aku juga tidak mau melupakan kebutuhanku. Oleh sebab itu, aku butuh tujuan agar bisa mencapai hal-hal yang bisa membuatku merasa penuh sebagai individu. Aku melihat hidup bagaikan tangga yang harus terus dinaiki. Selama masih punya tujuan, aku bisa lega melihat perjalananku sudah sampai mana sehingga bisa melihat pencapaian apa saja yang sudah dilewati.
Aku butuh tujuan agar bisa mencapai hal-hal yang bisa membuatku merasa penuh sebagai individu.