Di era modern seperti saat ini kehidupan dan pikiran kita sudah sangat riuh; semuanya menjadi serba cepat dan serba punya tuntutan. Hal seperti ini membuat kita akhirnya terpaksa beradaptasi dengan kondisi dan zaman dengan cara berusaha memacu diri bergerak lebih cepat untuk dapat meraih pencapaian yang lebih banyak. Usaha-usaha ambisius semacam itu rupanya membuat kita yang memiliki 'mesin' dalam tubuh, otak, serta perasaan lebih cepat terkuras daripada ritme kerja biasanya.
Pada saat yang bersamaan perkembangan informasi dari mulai sosial media, internet, dan berita mengalir deras bagaikan nutrisi yang dicerna sekaligus oleh sistem saraf kita. Itulah yang kadang-kadang membuat kita menjadi lebih mudah penat, pikiran seperti tidak jernih, dan tubuh menjadi letih.
Ada tiga kondisi yang kemudian menjadi pangkal dari masalah hidup modern. Kita rata-rata terlalu sibuk, terlalu letih yang kemudian berujung pada penyakit, dan juga terlalu stres.
Untungnya, semua permasalahan tadi bukanlah sebuah problematika tanpa solusi. Ketiganya punya obat penawar yang sesungguhnya bukan sesuatu yang mutakhir. Obatnya sederhana: memperlambat diri. Mungkin bagi kita sebagai manusia modern yang telah terbiasa 'berlari' terus-terusan, memperlambat diri kemudian menjadi suatu tugas yang cukup sulit. Untuk itu, bisa dimulai dengan memberi jeda bagi hidup kita. Berhenti sejenak dan beristirahat.
Tiga kondisi yang menjadi pangkal dari masalah hidup modern: terlalu sibuk, terlalu letih, dan juga terlalu stres.
Jeda menjadi suatu ruang kosong yang mampu mengembalikan kondisi tubuh ke dalam status normalnya. Dengan memberi jeda dalam hidup, pikiran yang awalnya kurang jernih akan kembali pulih. Kemudian, jika tubuh terasa letih, saat memberi jeda kita seakan sedang mengisi ulang tenaga sehingga tubuh nantinya akan kembali penuh stamina.
Selain itu, jika kita sudah terlalu banyak yang diurus, maka dalam keadaan jeda kita akan bisa memfokuskan kembali apa yang benar-benar penting atau melihat prioritas dalam hidup kita. Sesungguhnya memang kita memiliki kecenderungan untuk melakukan banyak hal dalam waktu yang terlalu singkat, dengan baterai yang tidak penuh, sehingga hasilnya menjadi kurang maksimal.
Manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan banyak hal dalam waktu yang terlalu singkat, dengan baterai yang tidak penuh, sehingga hasilnya menjadi kurang maksimal.
Semua manusia tanpa terkecuali perlu jeda atau berhenti sejenak dalam hidupnya. Indikator paling spesifik untuk tahu kapan kita harus memberi jeda adalah saat kita terlalu stres. Yakni saat di mana kita sudah terlalu lelah dan terlalu sibuk sehingga kekurangan waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Bisa juga saat kuantitas dan kualitas tidur malam memburuk hingga kita merasa butuh asupan kafein yang banyak di pagi harinya. Itu semua merupakan pertanda yang bisa menjadi alarm tubuh.
Jeda sebaiknya dilakukan di awal hari saat kita baru bangun dan di akhir hari sebelum tidur. Bisa saja sebenarnya memberi jeda dengan rehat sejenak di saat sudah mulai beraktivitas. Namun tentunya waktu jedanya akan lebih pendek. Sementara saat memberi jeda bagi tubuh di pagi dan malam hari dengan waktu yang lebih panjang, rehatnya bersifat kontemplatif dan restoratif.
Rehat tidak melulu artinya adalah duduk diam karena setiap orang punya kebutuhan rehat yang berbeda-beda. Pada dasarnya, latihan hening dan relaksasi itu penting, tapi juga tak kalah penting untuk mampu berlatih perenungan diri. Bentuknya beragam, ada yang melakukannya dengan menulis jurnal, ada yang melakukan dengan meditasi, dan masih banyak lagi. Karena pada prinsipnya jeda atau rehat adalah meluangkan waktu untuk bersama dengan diri sendiri – apa pun bentuk aktivitasnya.
Saat menjalani rehat dengan benar, tubuh kita akan melepaskan kepenatan, ketegangan, dan keletihan. Saat semua itu lepas maka otomatis kita akan mendapatkan kejernihan, energi dan vitalitas, semangat, relaks, dan siap untuk kembali beraktivitas.
Pada prinsipnya jeda atau rehat adalah meluangkan waktu untuk bersama dengan diri sendiri – apa pun bentuk aktivitasnya.