Self Lifehacks

Membentuk Cara Pandang

Setiap orang punya bom waktunya masing-masing. Di 2017 lalu, bom waktuku adalah hubungan yang aku jalankan. Sebuah hubungan di mana aku pun paham bahwa ini tidak akan bertahan selamanya dan pada akhirnya akan berakhir dengan buruk.

Aku sempat ada di fase saat aku merasa kalau memang hubungan ini akan berakhir buruk, kenapa kita harus mengkhawatirkan itu? Ya sudah jalani saja apa yang ada dan keep going.

Setelah waktu berselang, aku kembali merasa bom waktu yang lain. Di tahun 2019, aku sempat merasa kehilangan jati diri, mungkin karena aku terlalu banyak mengikuti kemauan orang lain. Ketika akhirnya aku harus menentukan pilihan terjadi pergulatan dalam diriku sendiri. Aku merasa tidak pernah cukup dan pikiran-pikiran ini sebenarnya sudah menjadi tanda bahaya dan sempat membuatku merasa rendah diri. Keluarga dan sahabatku juga sempat khawatir tapi untungnya aku tidak melakukan hal-hal buruk. 

Cerita kegelisahan akan batasan dan ketakutan dalam diri aku tuangkan dalam lagu “Time Bomb”. Lagu ini aku tulis sudah cukup lama memang, di tahun 2017. Setelah memutuskan lagu ini sebagai single pertama, aku agak kesulitan untuk kembali menemukan rasa keputusasaan yang sama karena kondisi pikiranku juga sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Ketika aku harus rekaman, aku memaknai lagu ini dengan momen ketika aku merasa harus bisa lebih baik tetapi di saat bersamaan aku juga berusaha merasa cukup akan diriku sendiri.

Aku juga menggambarkan lagi ini dengan hubunganku bersama orang-orang terdekat terutama keluarga. Terkadang aku merasa tidak pernah memberikan cukup untuk keluarga. Sebagai anak dan saudara, tentu aku ingin memberikan yang terbaik tapi entah mengapa rasanya aku tidak pernah puas. Proses untuk akhirnya bisa merasa cukup sebenarnya sangat panjang dan masih terus berjalan hingga kini.

Terkadang aku merasa tidak pernah memberikan cukup untuk keluarga. Sebagai anak dan saudara, tentu aku ingin memberikan yang terbaik tapi entah mengapa rasanya aku tidak pernah puas. Proses untuk akhirnya bisa merasa cukup sebenarnya sangat panjang dan masih terus berjalan hingga kini.

Kalau boleh jujur, titik balik yang kurasakan adalah justru ketika kau merasa benar-benar sendirian. Aku merasa putus asa dan menutup diri dari orang lain. Teman dan sahabatku akhirnya mencoba merangkulku dan membuatku perlahan-lahan kembali mau membuka diri pada orang lain. Temanku juga akhirnya bertambah, dan aku bersyukur menemukan teman yang bersedia mendengarkan apa yang telah aku alami dan lalui.

Sebenarnya aku justru sering diomeli oleh sahabat-sahabatku, tentu dengan niat yang baik. Mereka adalah orang-orang yang tau apa yang ingin mereka lakukan dan punya determinasi tinggi terhadap apa yang mau mereka kejar, dan aku banyak belajar akan hal itu. Rasanya aku mendapat banyak tips and tricks tentang bagaimana cara mempertahankan jati diri dan ide yang aku punya. Pelan-pelan aku kembali melihat diriku berharga. Aku bersyukur punya teman yang selalu mengingatkan bertapa berharganya kehadiranku di mata mereka, ini juga yang membuatku bisa bertahan hingga saat ini. Daripada terjebak di pikiranku sendiri aku memutuskan keluar dan menemukan cara pandang baru dengan berbicara bersama orang lain.

Pelan-pelan aku kembali melihat diriku berharga. Aku bersyukur punya teman yang selalu mengingatkan bertapa berharganya kehadiranku di mata mereka, ini juga yang membuatku bisa bertahan hingga saat ini.

Kembali menemukan jati diri sebenarnya tricky. Ketika aku merasa sangat sendirian dan bahkan mungkin tidak tau mau apa, aku merasa buku atau video self-help cukup membantu. Menulis jurnal juga bisa menjadi pilihan kalau kita mungkin belum mau atau belum bisa berbicara dengan orang lain. Sebenarnya, yang paling nyaman kita juga bisa mencoba berkonsultasi dengan profesional karena keahlian mereka adalah mendengarkan dan membantu kita menyelesaikan masalah yang ada di pikiran.

Ketika teman-teman mendengarkan lagu “Time Bomb” sebenarnya pertanyaan besar yang muncul adalah apa bom waktumu? Kalau aku ketika menulis lagu ini, bom waktu yang kumiliki digambarkan sebagai persoalan atau hubungan yang aku miliki.

Menurutku tidak ada istilah tidak bisa. Hanya ada mau atau tidak mau.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024