Dunia seni rasanya memang sudah menjadi bagian hidup saya sedari kecil. Ketertarikan akan dunia seni, termasuk seni lukis dan fotografi sudah dimulai sejak saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saya memulai hobi fotografi dengan menggunakan roll film hingga akhirnya sekarang mulai eksplorasi dengan perangkat fotografi digital termasuk ponsel pintar.
Berawal dari sebuah hobi, akhirnya fotografi menjadi salah satu jalan karir saya hingga hari ini. Di tahun 1997 saya pernah bekerja di majalah Foto Media, sayang sekali sekarang majalah tersebut sudah berhenti terbit. Setelahnya saya juga masih bekerja di bidang fotografi, termasuk bekerja sebagai tukang cuci cetak foto hitam putih. Sampai akhirnya mulai motret sendiri sampai sekarang.
Selayaknya orang-orang lain yang menekuni hobi fotografi, saya juga suka hunting foto. Termasuk street photography hingga human interest, melihat bagaimana dinamika sosial melalui lensa foto. Hingga akhirnya di tahun ini saya melanjutkan kolaborasi bersama Xiami dan menghadirkan instalasi foto bertajuk “Face-to-Face” yang ikut meramaikan acara Art Jakarta Gardens di tahun 2024 ini.
Ide instalasi foto luar ruang ini sebenarnya berasal dari keinginan untuk menghadirkan instalasi yang interaktif. Lalu ide ini diaplikasikan dengan menampilkan foto figur seseorang yang bisa kita llihat sambil duduk berhadap-hadapan di taman. Maka hadirlah design foto yang menyatu dengan bench yang tidak bisa dipindah-pindahkan, jadi kalau pengunjung ingin duduk, mereka bisa beristirahat sejenak sambil berhadapan dengan foto figur-figur yang kamu kenal di dunia seni.
Kali ini saya bekerja sama dengan nama-nama seperti Andra Matin, Chitra Subyakto, Dolorosa Sinaga, FX Harsono, Indra Leonardi, Jay Subyakto, Marcella FP, dan Naufal Abshar. Beberapa figur ini saya pilih sendiri untuk mewakili dunia seni lintas generasi. Kenapa akhirnya ditampilkan hitam putih? Sebenarnya alasannya sangat sederhana, karena saya pikir foto hitam putih akan lebih stand out saat karya ini dihadirkan di taman.
Menurut saya, fotografi bukan hanya tentang alat yang digunakan, melainkan tentang rasa yang ingin disampaikan. Tidak masalah jika ingin memotret menggunakan handphone atau kamera, foto bukan hanya tentang hal-hal teknis melainkan juga cerita, komposisi, estetika, konsep, dan komposisi. Selama kita memahami kelebihan dan kelemahan gawai yang kita gunakan, kita tetap bisa mendapat foto yang bagus.
Menurut saya, fotografi bukan hanya tentang alat yang digunakan, melainkan tentang rasa yang ingin disampaikan.
Lalu apa itu foto yang bagus? Ini tentu sangat subjektif. Bagi saya, foto yang bagus adalah foto yang membuat fotografernya senang. Ketika foto tersebut bisa ditampilkan pada orang lain, tentu saya akan makin senang. Jadi karya seni yang bagus versi saya adalah karya yang dapat membawa kebahagiaan bagi seniman yang membuatnya. Tidak selalu harus ada pesan yang disisipkan, selama membawa kebahagiaan menurut saya itu adalah sebuah karya seni yang bagus.
Jadi karya seni yang bagus versi saya adalah karya yang dapat membawa kebahagiaan bagi seniman yang membuatnya. Tidak selalu harus ada pesan yang disisipkan, selama membawa kebahagiaan menurut saya itu adalah sebuah karya seni yang bagus.