Self Art & Culture

Melawan Stigma Wanita Bertato

Ade Putri

@misshotrodqueen

Pencerita Kuliner

Fotografi Oleh: Ayunda Kusuma Wardani

Saya mulai menghias tubuh dengan tato sejak usia 18 tahun. Sewaktu itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Tato bagi saya lebih seperti aksesoris tubuh – kalau ada desain yang menurut saya bagus, ya saya tato saja di tubuh.

Namun sayangnya belum banyak orang di negara ini yang memandang tato seperti halnya saya memaknai tato. Mereka masih menganggap orang bertato, terutama wanita, memiliki kesan yang negatif. Padahal saya sendiri tidak pernah memandang orang dari penampilan luarnya.

Ini lah cerita saya tentang tato dan stigma dari masyarakat.

 

Related Articles

Card image
Self
Perbedaan dalam Kecantikan

Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak akan pernah terpisahkan. Cantik kini bisa ditafsirkan dengan beragam cara, setiap orang bebas memiliki makna cantik yang berbeda-beda sesuai dengan hatinya. Berbeda justru jadi kekuatan terbesar kecantikan khas Indonesia yang seharusnya kita rayakan bersama.

By Greatmind x BeautyFest Asia 2024
01 June 2024
Card image
Self
Usaha Menciptakan Ruang Dengar Tanpa Batas

Aku terlahir dalam kondisi daun telinga kanan yang tidak sempurna. Semenjak aku tahu bahwa kelainan itu dinamai Microtia, aku tergerak untuk memberi penghiburan untuk orang-orang yang punya kasus lebih berat daripada aku, yaitu komunitas tuli. Hal ini aku lakukan berbarengan dengan niatku untuk membuat proyek sosial belalui bernyanyi di tahun ini.

By Idgitaf
19 May 2024
Card image
Self
Perjalanan Pendewasaan Melalui Musik

Menjalani pekerjaan yang berawal dari hobi memang bisa saja menantang. Menurutku, musik adalah salah satu medium yang mengajarkanku untuk menjadi lebih dewasa. Terutama, dari kompetisi aku belajar untuk mencari jalan keluar baru saat menemukan tantangan dalam hidup. Kecewa mungkin saja kita temui, tetapi selalu ada opsi jalan keluar kalau kita benar-benar berusaha berpikir dengan lebih jernih.

By Atya Faudina
11 May 2024