Ketika awal mencoba untuk membuat konten di media sosial sebenarnya aku mencoba banyak topik. Mulai dari diet dan olahraga, kepercayaan diri, hingga topik seputar persuasi dari pengalamanku sebagai sales. Sayangnya ketiga topik tersebut rasanya tidak terlalu mendapat tanggapan dari teman-teman di media sosial. Akhirnya sembari belajar, aku ikut kursus digital marketing. Melalui kelas itu aku belajar tentang target audiens. Akhirnya aku mencoba melihat sebenarnya siapa saja orang yang biasanya membaca konten yang aku buat. Setelahnya aku menemukan ternyata secara garis besar pembacaku punya kepribadian yang kurang lebih serupa yaitu introvert.
Dari situ aku coba untuk belajar dan memahami sebenarnya apa itu introvert, ekstrovert, ambivert, dan apa bedanya dengan pemalu. Sejauh ini aku paling setuju dengan pendapat Carl Jung, seorang psikolog yang pertama kali mengemukakan topik ini. Ia mengungkapkan bahwa introversion dan extroversion itu seperti spektrum. Jadi, sebetulnya kita semua tidak ada yang sepenuhnya introvert atau ekstrovert, tapi seberapa pun seimbangnya diri kita, kita tidak pernah berada tepat di tengah. Aku biasanya menggunakan analogi dari penggunaan tangan kita. Manusia punya dua tangan, kanan dan kiri, tapi kita punya kecenderungan satu tangan yang lebih dominan. Kalau kita lebih dominan tangan kanan bukan lantas berarti kita tidak bisa menggunakan tangan kiri.
Introversion dan extroversion lebih mengarah pada fokus kita dalam mengisi energi diri. Orang dengan kecenderungan introvert mendapat energi dari dalam dirinya sendiri, makanya mereka lebih suka menyendiri. Saat mereka memang butuh mengisi ulang energi maka mereka akan memutuskan dengan sengaja untuk sendirian. Di lain sisi, ekstrovert mengisi energinya dengan berkumpul bersama orang lain.
Perbedaan antara introvert dan pemalu adalah kerelaan untuk sendiri. Introvert dengan suka rela memutuskan untuk menyendiri jika memang merasa lelah, sedangkan pemalu mungkin sebenarnya tidak ingin sendiri tapi mereka takut dengan kehadiran orang lain. Ketika seseorang menjadi pemalu sebenarnya bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu yang paling umum adalah dari pola asuh orang tua. Sementara itu introvert biasanya muncul karena genetik dan lingkungan hidup.
Perbedaan antara introvert dan pemalu adalah kerelaan untuk sendiri. Introvert dengan suka rela memutuskan untuk menyendiri jika memang merasa lelah, sedangkan pemalu mungkin sebenarnya tidak ingin sendiri tapi mereka takut dengan kehadiran orang lain.
Orang yang pemalu bisa juga seorang ekstrovert dan sebetulnya mereka butuh banget untuk berinteraksi dengan orang lain tapi mereka mungkin takut akan penilaian orang terhadap mereka. Manusia pada dasarnya diberikan kemampuan untuk beradaptasi. Misalnya saja saat pertama kali belajar naik sepeda atau mengendarai mobil, apakah kita dibilang terlahir tidak bisa naik sepeda? Tentu tidak, biasanya kita akan dibilang belum bisa. Sama halnya dengan kemampuan berinteraksi sosial bagi orang-orang yang pemalu. Mereka bukan tidak bisa ngobrol tapi hanya belum terbiasa, perlu waktu untuk bisa lebih nyaman dalam berbicara.
Kalau sudah meluangkan waktu lebih banyak untuk latihan berbicara dengan orang lain, lama kelamaan kita juga akan sadar bahwa orang lain tidak semenakutkan itu. Buat orang yang belum terbiasa ngobrol, biasanya mereka takut akan keheningan. Umumnya kalau ada jeda dalam sebuah percakapan mereka akan mulai gelisah, padahal keheningan dalam obrolan itu hal yang biasa. Banyak juga yang bertanya-tanya kenapa orang yang cukup mahir public speaking ternyata gelisah saat harus basa-basi atau ngobrol. Kemungkinan besar karena memang ini tidak bisa kita persiapkan dari jauh-jauh hari. Kalau kita stress dengan keheningan saat berbincang dengan orang lain, kita nggak akan bisa berpikir jernih dan mendengarkan dengan baik untuk memberikan respons yang tulus. Jadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah membiasakan diri dalam keheningan.
Buat orang yang belum terbiasa ngobrol, biasanya mereka takut akan keheningan. Umumnya kalau ada jeda dalam sebuah percakapan mereka akan mulai gelisah, padahal keheningan dalam obrolan itu hal yang biasa.
Punya wawasan yang luas juga penting karena ketertarikan setiap orang tentu berbeda-beda. Kalau kita hanya punya pengetahuan akan hal yang kita suka, mungkin kita akan kesulitan saat harus membuka pembicaraan dengan orang lain. Beda halnya kalau kita memang datang ke komunitas dengan ketertarikan yang sama. Mau nggak mau kita harus mencoba untuk lebih banyak membaca dan update akan berita yang sedang terjadi untuk memperkaya topik pembicaraan kita. Tapi kalau memang malas membaca atau mencari tahu, memang mungkin ruang interaksi kita akan terbatas dalam komunitas yang memiliki ketertarikan serupa saja.
Ketika kita melihat teman yang merasa canggung dalam bersosialisasi, sebenarnya mereka biasanya bingung kapan mereka harus masuk dalam percakapan. Kalau kita sadar ada teman kita yang seperti itu, kita bisa juga berinisiatif untuk bertanya tentang hal yang dia kuasai. Biarkan dia punya kesempatan untuk berbicara. Aturan tentang berbincang dan berinteraksi dengan orang lain memang tidak pernah tertulis, tapi dengan membiasakan diri untuk berlatih bercakap dengan orang lain lama kelamaan kita juga akan lebih paham dan nyaman untuk bisa ngobrol bersama teman-teman baru. Selamat berlatih!
Aturan tentang berbincang dan berinteraksi dengan orang lain memang tidak pernah tertulis, tapi dengan membiasakan diri untuk berlatih bercakap dengan orang lain lama kelamaan kita juga akan lebih paham dan nyaman untuk bisa ngobrol bersama teman-teman baru.