Ketika kita berpikir untuk keluar dari zona nyaman, pasti ada ketakutan yang berujung pada pertanyaan, “Bagaimana hidupku nanti? Apakah berhenti dari pekerjaan ini bisa membuat hidupku lebih baik? Bagaimana kalau ternyata tidak berhasil?”. Hanya saja, ada kalanya kita harus memberikan kesempatan pada suara hati (God’s feeling) dan kenekatan untuk membuat keputusan. Sebab tinggal berlarut-larut di zona nyaman bisa berpotensi membuat kita tak lagi belajar hingga tak lagi berkembang.
Tinggal berlarut-larut di zona nyaman bisa berpotensi membuat kita tak lagi belajar hingga tak lagi berkembang.
Pada awalnya, zona nyaman memang terasa enak. Dalam batas tertentu pun aku merasa tidak ada salahnya. Tapi seharusnya kita sebagai manusia bisa merasa tidak nyaman saat mulai merasa terlalu nyaman. Apalagi saat sudah menyadari apa yang dilakukan sudah tidak lagi memberikan pelajaran, tidak membangun kita untuk jadi pribadi yang lebih baik. Itulah tanda zona nyaman telah menjadi terlalu nyaman dan sebenarnya membuat hidup kita tidak nyaman.
Keputusanku meninggalkan dunia korporasi juga berdasarkan perasaan tidak nyaman pada zona nyaman tersebut. Posisiku sebagai pembawa berita terasa begitu nyaman hingga membuatku resah karena merasa situasi tersebut bisa membuatku terjebak dan tidak lagi berkembang. Aku pun berusaha untuk jujur pada diri sendiri dan mempertanyakan, “Apakah aku bahagia dengan situasi tersebut?”. Kemudian aku pun berpikir jauh ke depan. Aku mempertanyakan apakah posisi tersebut bisa membawaku ke pekerjaan yang lebih besar atau mengembangkan kemampuanku lebih lagi atau tidak. Aku mempertimbangkan sepertinya lima sampai sepuluh tahun lagi aku tidak akan beranjak ke mana-mana jika tetap di posisi tersebut. Keinginanku menjadi pembawa berita sudah tercapai. Setelah itu apa lagi? Ternyata jawabannya menuntunku untuk melangkah di jalan yang lain. Instingku berkata untuk mengikuti tujuan hidup.
Konsep tujuan hidup adalah konsep yang belum banyak orang tahu dan sadari. Aku pun terbilang baru menemukan visi dan misi hidup. Seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa aku diciptakan untuk menggunakan apa yang dimiliki untuk menyuarakan apa yang dipercaya. Entah itu soal kesetaraan, pemberdayaan perempuan, atau isu-isu berkesadaran lainnya. Sejauh ini selain memang punya tanggung jawab itu di pekerjaan sebagai jurnalis, aku juga menyuarakannya lewat akun media sosial pribadi dan dalam kegiatan sehari-hari. Jika dulu sebagai jurnalis di salah satu media aku masih memiliki batasan, kini aku bisa menyampaikan pesan, kebenaran, serta mengedukasi dengan caraku sendiri. Aku ingin mengubah sesuatu, mengubah paradigma tentang sesuatu yang dianggap tabu atau salah seperti tentang orientasi seksual, pernikahan, atau bahkan agama. Menurutku setelah mengetahui tujuan hidup, kita bisa mengkaryakan apa yang dimiliki dan menghubungkannya pada semua kegiatan dan aspek hidup.
Menurutku setelah mengetahui tujuan hidup, kita bisa mengkaryakan apa yang dimiliki dan menghubungkannya pada semua kegiatan dan aspek hidup.
Aku merasa bersyukur sekali mengambil keputusan itu karena ternyata aku bisa eksplor hal-hal lain yang selama ini tidak pernah terbayangkan. Aku bisa punya waktu untuk mendapatkan sertifikasi menyelam, membuat bisnis-bisnis yang sesuai dengan minat dan menjadi seorang wirausaha yang dulu tidak pernah terbayangkan. Aku juga membuktikan bahwa ternyata aku masih dipercayakan beragam pekerjaan. Masih tetap bisa bertahan meski ada tantangan dan hambatan akibat pandemi. Kini aku memiliki apa yang ada dalam kendali yaitu jadi seorang pebisnis. Menurutku jika ingin jadi pebisnis yang berhasil, semua tergantung kemauan kita sendiri dan bagaimana kita memegang kendali. Jika kita tidak memulai, bisnis tidak akan jalan.
Belakangan aku sedang mengembangkan sebuah speaking school, Sepikul, bersama beberapa teman. Aku melihat prospek yang besar dari bisnis ini dan cukup yakin untuk membesarkannya. Lewat Sepikul aku ingin mengubah persepsi tentang menjadi public speaking. Selama ini kita beranggapan bakat adalah hal utama untuk bisa bicara di publik. Kenyataannya, tidak ada seorang pun yang terlahir untuk langsung menjadi public speaker yang hebat. Semua orang harus mengasah kemampuannya berbicara dan butuh proses untuk mampu berbicara di publik dengan baik. Semua orang juga butuh belajar public speaking apapun profesinya sebab di segala jenis pekerjaan kita butuh belajar berbicara dengan baik. Faktanya belajar public speaking selalu menguntungkan untuk hidup kita.