Melepaskan amarah dalam perjalanan hidup ini bukanlah suatu hal yang mudah, karena ada luka yang sempat tergores, dan yang paling sering kita tak sadari adalah begitu kerasnya ego itu berteriak yang membuat kita kehilangan cara pikir serta pandang yang benar. Kita lebih ingin membuat manusia lain yang kita pikir telah melukai kita untuk mendapatkan bayarannya atas apa yang mereka lakukan, dan sejak saat itulah lahirlah sebuah kisah dendam. Kisah yang sama sekali tidak berguna ketika kita menelaahnya dengan penuh kesadaran hati dan pikiran yang lebih bijak.
Amarah yang kemudian bertransformasi menjadi dendam itu pada dasarnya membuat kita melupakan bahwa kita sebagai manusia biasa pun mungkin saja melakukan hal yang sama namun berbeda bentuk.Tapi pada dasarnya, semuanya adalah sama persis, kita hanya tidak menyadari dengan sadar-sesadarnya, sehingga ketika ego kita berteriak, kita mendengarkannnya dengan sepenuh jiwa.
Mari kita lihat sekilas sebuah contoh sederhana yang biasanya terjadi di manusia urban. Anggaplah X seorang pekerja yang luar biasa, kaya akan ide dan senantiasa bergerak cepat dalam karirnya. Kemudian di dalam dunia kerja ia merasa bahwa banyak manusia lain yang menghalangi atau tidak setuju dengan apa yang dilakukannya.Iia merasa bahwa manusia lain tidak menggunakan hati ketika mereka bekerja di dalam organisasi, hanya mencari kemenangannya sendiri. Kini, mari kita lihat X dalam kehidupan di keluarganya. Sebagai pekerja yang sukses dan sibuk, ia selalu ingin dimengerti di dalam lingkungan keluarganya, karena merasa sudah bekerja demikian hebatnya untuk mereka. Ia merasa sering tidak memiliki banyak waktu karena waktu luangnya dihabiskan hanya untuk bekerja, jarang berinteraksi, serta seringkali mudah tersulut emosi. Ketika kita menyadarinya dengan sadar seutuhnya, bukankah hal yang dilakukan X di dalam lingkup keluarganya sama saja dengan manusia lain yang ia temukan di dunia kerja? Sama-sama tidak menggunakan hati. Hanya ingin dimengerti karena ego nya berkata ia telah melakukan banyak hal untuk keluarganya. Padahal, dalam kehidupan antar manusia, bukan hanya ketenangan finansial yang dibutuhkan. Tetapi juga membutuhkan adanya interaksi bicara, rasa, dan kasih yang seharusnya dipupuk dengan baik agar semua yang berada di dalam lingkungan terdekat itu bisa merasakan sebuah kehangatan.
Lantas, ketika kita coba sampaikan, banyak manusia seperti X yang akan mengatakan, “Tentu itu adalah berbeda, antara saya dengan manusia lain di tempat saya bekerja.” Ketika ini terjadi, ini adalah suatu hal wajar dan sangat manusiawi, karena memang kita tidak dibesarkan dengan cara melihat seperti ini. Sekedar mengingatkan, bahwa sebuah aturan sederhana tentang energi akan menyadarkan kita, bahwa energi baik akan mendatangkan energi baik. Apabila kita berbuat baik, maka manusia lain akan melakukan perbuatan baik untuk kita. Apabila kita memberikan bantuan pada manusia lain yang membutuhkan, seringkali itu akan mendatangkan rezeki atau hal baik dalam hidup kita. Jikalau kita memberikan waktu untuk diri kita, mengamati hal ini dengan lebih sadar, pasti kita akan menganggukkan kepala, dan menyadari bila ini bukanlah suatu hal yang luar biasa, aturan hidup memang demikianlah adanya.
Apabila kita berbuat baik, maka manusia lain akan melakukan perbuatan baik untuk kita. Apabila kita memberikan bantuan pada manusia lain yang membutuhkan, seringkali itu akan mendatangkan rezeki atau hal baik dalam hidup kita.
Ketika sebuah amarah kita biarkan menjadi bagian dalam kisah sehari-hari, menurut sebuah aturan sederhana energi, maka kita akan mendatangkan amarah dalam hidup kita. Bisa jadi nantinya ada hal yang membuat kita lebih marah, atau kita melakukan sebuah kesalahan sehingga ada manusia lain yang memberikan amarahnya untuk kita. Sebuah kisah klasik nan sederhana, yang bila kita menyempatkan waktu untuk jeda sejenak, kita akan diingatkan bahwa hal ini bukanlah suatu hal yang baru dalam perjalanan umat manusia. Seringkali ego membuat kita buta mata dan hati dalam sebuah periode hidup. Bukan suatu hal yang aneh, tapi memang dalam hidup, kita perlu belajar beberapa hal sederhana yang sesungguhnya sudah kita mengerti. Bahasa sederhananya, mungkin kita sedikit lupa saja. Dan ketika kita diingatkan kembali, tidak ada salahnya kita mengevaluasi perjalanan hidup ini dengan lebih perlahan dan pikiran yang lebih terbuka.
Melepaskan amarah memang butuh waktu, butuh jeda sejenak dari hiruk pikuk kehidupan yang hanya melihat hidup dari sebuah nominal, dan penerimaan dari manusia lain. Bersama, kita biarkan kita mengerti mengapa amarah itu terjadi? Apakah kita melihat amarah melalui ego kita? Apakah amarah yang menyulut kita juga kita lakukan hanya saja dalam bentuk yang lain? Mari bersama melepaskan amarah dengan kembali kepada diri kita, sejenak saja, untuk melihat dan merasakan. Sesekali, jujurlah pada diri sendiri dan yakinlah ketika kita melakukan ini, tak perlu ada manusia lain yang harus mengetahui prosesnya. Hanya diri kita yang paling dalam, semesta, dan Sang Pencipta yang jadi saksinya. Tarik nafas, hembuskan perlahan, dan marilah kita mulai perjalanan evaluasi sederhana melepaskan amarah ini. Terus berproses, ya…