Self Art & Culture

Langkah Belajar Mandiri

Belajar secara mandiri atau self-education mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Meskipun sebenarnya sedari kecil, itulah yang selalu kita lakukan secara alamiah sebagai manusia. Layaknya seorang bayi yang bertumbuh, ia cepat sekali belajar sendiri. Orang tua hanya memberi contoh bagaimana cara makan dan minum, tapi kemudian sang bayi yang akan memahami gagasan tersebut. Saat mulai belajar sendiri, muncul pula rasa ingin tahu yang tinggi hingga akhirnya ia akan terus eksplorasi hal baru sendiri dan memelajarinya.

Memahami konsep tersebut, saya bisa menyimpulkan bahwa proses ini adalah proses belajar manusia secara alamiah. Kita seringkali tidak belajar secara mandiri karena terbiasa disediakan. Padahal ilmu bisa dipelajari sendiri tanpa harus menunggu diajarkan oleh orang lain. Dulu ketika kuliah, saya menganggap pelajaran adalah semata-mata sesuatu yang tertulis dalam buku dan diajarkan oleh dosen. Namun setelah merenungkan kembali, ternyata tidak harus seperti itu. Kejadian spontan di jalan juga bisa jadi pelajaran untuk kita. 

Kita seringkali tidak belajar secara mandiri karena terbiasa disediakan. Padahal ilmu bisa dipelajari sendiri tanpa harus menunggu diajarkan oleh orang lain.

Sebelum kita ingin mencoba belajar secara mandiri, saya meyakini kita harus mengetahui posisi kita saat ini. Artinya, kita tahu apa kelebihan dan kekurangan diri, apa yang kita tahu dan tidak. Setelah mengetahui apa yang perlu dipelajari, kita pun sebaiknya mengetahui arah dan tujuan serta memiliki target yang ingin dicapai. Setelah mengetahui dan percaya diri dapat mencapai target tersebut, biasanya kita akan mengembangkan rasa ingin tahu yang berujung pada keinginan untuk belajar lebih banyak. 

Dalam pembelajaran formal, biasanya kita lebih banyak diminta untuk belajar teori terlebih dahulu, bertemu dengan masalah (diberikan soal), kemudian mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menariknya, di dunia nyata konsep pembelajaran tersebut tidak benar-benar terjadi. Di keseharian, kita lebih banyak dipertemukan dengan masalah terlebih dahulu baru kemudian mencari solusi yang paling tepat untuk menyelesaikannya. Inilah proses belajar secara mandiri yang berbasis pada masalah yang terjadi di sekitar kita. 

Untuk bisa belajar sendiri, kita pun perlu menerapkan proses berpikir jernih atau clear thinking. Kita sebagai manusia memiliki kabut di sekitar yang dapat membuat polusi dalam pikiran hingga akhirnya berpikir kurang logis. Ini pula yang nantinya membuat kita terbatas dengan bias yang ada dalam pikiran tersebut. Misalnya saat kita menganggap bahwa orang yang pintar adalah seseorang yang lebih baik, atau ketika kita sepakat bahwa pendapat mayoritas adalah hal yang mutlak. Padahal tidak selalu seperti itu. Dengan memahami berpikir jernih, kita bisa melihat masalah serta mencari solusinya tanpa menyematkan bias yang kita punya. Kalau tidak, nantinya kita hanya akan belajar ilmu yang bias. 

Dengan memahami berpikir jernih, kita bisa melihat masalah serta mencari solusinya tanpa menyematkan bias yang kita punya.

Berpikir jernih juga jadi faktor penting ketika kita dihadapkan dengan informasi digital yang tumpah ruah dalam rangka belajar mandiri. Kita bisa tergiring pada informasi yang kurang tepat, bahkan berdampak negatif jika tidak berusaha untuk memikirkan kembali apakah informasi tersebut terbukti akurat. Menurut saya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk terhindar dari informasi kurang akurat.

Pertama adalah menciptakan sistem untuk diri sendiri dalam dunia digital. Contohnya dengan melakukan kurasi pada media sosial dan memilah mana yang harus dan tidak harus diikuti. Lalu, saat konsumsi informasi, cobalah untuk memeriksa definisi yang pasti hingga tidak salah tafsir. Jangan lupa juga untuk mempertimbangkan konteks dalam informasi: (1) apakah informasinya relevan, dan (2) konteks informasi saat dipublikasi. Konteks yang berbeda bisa melahirkan makna berbeda. Terakhir, analisis sumber informasi. Pastikan tidak ada agenda tersembunyi dan terdapat data yang mendukung informasi yang disampaikan. 

Belajarlagi sendiri hadir karena saya melihat adanya materi kuliah yang tidak semuanya relevan atas apa yang dipelajari mahasiswa. Pelajaran yang diterima tidak semua bisa terpakai. Penyebabnya ada tiga hal:

Pertama, akselerasi teknologi semakin cepat sehingga tidak semua kampus tidak bisa beradaptasi dengan hal tersebut. Kedua adalah adanya ketidakseimbangan ilmu antara kuliah dan dunia kerja. Banyak ilmu di perkuliahan tidak terpakai di dunia kerja hingga masyarakat harus belajar ulang. Ketiga adalah kurangnya pengenalan diri. Bahkan data menunjukkan bahwa 76% mahasiswa berada dalam jurusan yang salah. Penyebabnya pun banyak. Salah satunya adalah sejak sekolah, murid tidak dipaparkan jurusan-jurusan yang cocok dengan minat dan bakatnya. Seringkali, para mahasiswa masuk di jurusan yang tidak selaras dengan aspirasinya. 

Oleh sebab itu, fase eksplorasi perlu ditingkatkan saat masih di bangku sekolah menengah. Kita mungkin bisa mencontoh kurikulum Skandinavia yang memberikan pelajaran berupa pengalaman atau yang berbasis proyek. Dengan begitu, individu dapat lebih mengenali potensi dalam dirinya untuk nanti berkompetisi di dunia kerja. Inilah yang juga menjadi visi misi Gratisin Belajar agar dapat membantu para mahasiswa belajar secara mandiri hal-hal yang dapat menunjang kemampuannya di dunia kerja. Tentunya sebagai tambahan ilmu di samping yang diajarkan di perkuliahan.

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024