Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan ekspektasi dari orang lain hingga kita takut untuk menjadi diri sendiri. Terutama bagi mereka si twenty-something, generasi muda yang mulai memasuki usia dewasa, yang akan mulai panik dan mencoba menerka-nerka jalan hidup mana yang harus dipilih. Apakah mengikuti ambisi untuk mengejar karir atau justru berhenti dan memulai kehidupan berkeluarga. Dan sayangnya, banyak keputusan yang pada akhirnya diambil justru bukan karena pilihan hati namun karena mengikuti apa yang dianggap wajar oleh orang-orang sekitar.
Semakin dewasa (atau mungkin menua), kita semakin takut mengecewakan orang yang kita cintai sampai-sampai terkadang rela menyembunyikan jati diri kita yang sesungguhnya. Kita kubur mimpi-mimpi, minat, serta passion dalam-dalam, dan membenamkan diri dalam pekerjaan dan fokus pada mencari uang untuk penghidupan. Saat nanti uang kita telah cukup untuk ‘membeli’ kebebasan yang kita inginkan dulu, mungkin waktunya sudah terlambat.
Banyak manusia modern yang jiwanya seaakan terkungkung dan tak dapat membebaskan diri hanya karena apa yang dipikirkan atau dikatakan oleh orang lain. Hey, apa saja yang akan kita lakukan orang-orang pasti selalu punya celah untuk berpendapat melawanmu. Mungkin memang sudah menjadi naluri manusia untuk selalu kontra – just for the sake of it. Di mata orang lain, pasti ada saja kurangnya. Apalagi saat seseorang sudah mencapai kesuksesan dan kebahagiannya, pasti ada saja mereka yang mencoba untuk meruntuhkannya.
Sepanjang masa remaja, kita telah banyak berjuang untuk mengaktualisasikan diri dan mendapatkan identitas yang pada akhirnya menjadi penentu masa depan – siapa kita sebenarnya dan akan menjadi apa nantinya. Kini saat telah menginjakkan di usia pertengahan duapuluhan, kita kembali lagi berjuang. Kini kita berjuang untuk mendapatkan kebebasan dalam mengekspresikan siapa kita yang sebenarnya, terlebih jika diri kita bukan seperti apa yang kebanyakan orang pikir dan inginkan kita untuk menjadi. Masa-masa seperempat baya ini lah waktu di mana mereka akan mencoba menempatkan kita dalam kotak agar menjadi sosok ideal dalam bayangan mereka, meski itu bukanlah kita yang sejati.
Jika saat ini kamu tengah dalam situasi krisis seperti itu, teruslah berjuang. Perjuangkan dirimu dan lakukan apa yang ingin kamu lakukan tanpa perlu memikirkan opini orang-orang tentangmu. Ini adalah hidupmu, kamu yang seharusnya memegang kendali.
Apa pun yang ingin kamu lakukan dalam hidupmu, lakukanlah sekarang. Menjelajah ke tempat-tempat yang belum pernah dilihat sebelumnya. Menyantap kue-kue manis tanpa memikirkan kalorinya. Lompat dari tebing pinggir pantai. Menyelam ke dasar-dasar samudera. Cat rambutmu dengan warna-warni. Ikut lomba lari maraton. Menari di klub diiringi lagu favoritmu. Naik ke atas bukit di malam hari dan menghitung bintang. Berkumpul dengan keluarga dan sahabat-sahabat. Lakukan apa yang kamu mau. Jadi lah dirimu sendiri. Tunjukan pada dunia warnamu yang sebenarnya.
Perjalanan ini pasti tidak akan mudah. Kamu akan kehilangan beberapa orang di sekitarmu yang ternyata tidak menyukai saat kamu melepaskan ‘topeng’ dan menjadi dirimu sendiri. Tenang saja, that’s fine.
Pada akhirnya, kamu tahu bahwa kamu telah memenangkan pertarungan hidup ini saat kamu memulai hari dan menghadapi dunia tanpa peduli apa yang orang pikirkan atau katakan tentangmu. Kamu pun tak butuh orang lain untuk bangga padamu, karena yang terpenting adalah kamu bangga pada dirimu sendiri. Bangga telah dapat menjalani hidup sesuai rencana Tuhan untukmu – dan itu lah makna kebebasan sebenarnya.