Self Lifehacks

Kita Bisa Tidak Baik-Baik Saja

Dari dulu, sebenarnya aku adalah tipe orang yang suka memendam masalahku sendiri. Bisa jadi karena takut. Semua orang punya harga dirinya sendiri kan? Buatku dulu rasanya malu saat ingin menceritakan masalah atau kegelisahan yang aku miliki kepada orang lain. Setelah aku pikirkan, mungkin aku takut akan penilaian orang lain terhadap masalah yang aku hadapi, takut dinilai cupu atau menyedihkan. Sampai ada suatu kejadian yang memicuku meledakan semua emosi yang tadinya aku simpan sendiri. Ternyata, kalau perasaan yang kita simpan meledak, hasilnya akan jadi jauh lebih runyam.

Buatku dulu rasanya malu saat ingin menceritakan masalah atau kegelisahan yang aku miliki kepada orang lain. Setelah aku pikirkan, mungkin aku takut akan penilaian orang lain terhadap masalah yang aku hadapi, takut dinilai cupu atau menyedihkan.

Dari pengalaman itu aku belajar bahwa seremeh apa pun masalah kita tidak ada salahnya untuk menceritakannya sedikit demi sedikit pada orang yang kita percaya atau mentor kita. Di ranah rohani, kita juga punya sosok yang memang akan selalu sayang dengan kita yaitu Tuhan. Selalu ada tempat untuk kembali. Aku merasa aku bisa cerita apa saja pada Tuhan. Aku rasa ini juga salah satu cara yang bisa digunakan untuk meringankan beban pikiran. 

Untuk bisa berbagi cerita, tentu setiap orang akan punya cara ternyamannya sendiri-sendiri. Kalau aku pribadi, pertama aku pasti cerita dulu sama Tuhan. Lalu kemudian biasanya aku bercerita lewat lagu. Aku punya buku catatan yang cukup tebal, berisi beberapa lagu hasil curhatku yang memang kebanyakan belum dirilis. Menulis lagu buat aku selayaknya seperti menulis jurnal. Aku juga sangat bersyukur punya pasangan yang seperti sahabat, jadi aku pasti cerita apa pun sama suami. Kalau memang masalahnya dia nggak paham, aku juga punya mentor yang membantu aku untuk menguraikan masalah dan mencari solusi. 

Ketika bercerita lewat lagu, aku biasanya memang menulis lagu sesuai momen apa yang sedang aku rasakan kala itu. Ketika aku menulis lagu “Pulang”, mungkin hampir dua tahun lalu, juga mencerminkan momen yang aku lalui. Lagu ini berawal dari penulisan lirik baru dilanjutkan dengan aransemen musiknya. Ketika proses rekaman aku juga harus menahan air mata saat harus menyanyikan lirik “jangan pikul bebanmu sendiri, kita bawa bersama-sama”. Aku sampai butuh waktu untuk menenangkan diri karena lagu ini sebelum diniatkan untuk didengar orang lain adalah untuk berbicara pada diriku sendiri. 

Saat proses rekaman lagu “Pulang” aku juga sedang mengalami satu waktu yang cukup berat dan bisa dikatakan di luar zona nyamanku. Aku juga tersadar bahwa kita tidak perlu memikul semua beban sendiri, ada orang-orang seperti teman, pasangan, atau kelurga yang dengan tulus bersedia mendengarkan bahkan membantu kita. Lagu ini pada dasarnya benar-benar seperti bicara pada diriku sendiri. 

Beberapa waktu lalu aku juga melalui sebuah fase yang membuatku menarik diri dari lingkungan, menjadikanku merasa tidak bisa mengerjakan apa pun, bahkan mungkin sampai agak trauma. Aku merasa ada yang salah dengan diriku dan aku harus memperbaiki ini sebelum bisa berinteraksi dengan orang lain. Sampai tiba-tiba aku melihat sebuah berita ada seorang anak yang kecil yang mengakhiri hidupnya sendiri dan tanpa alasan jelas aku menangis. Aku merasa sebenarnya masih banyak hal yang bisa aku syukuri dalam hidupku sekarang, aku masih punya orang yang bersedia hadir dan mendengarkanku. Mungkin bahkan anak itu tidak punya siapa pun, karena saat kita banyak masalah kita tidak bisa berpikir dengan jernih. Lewat lagu “Pulang” aku mau bilang bahwa kamu tidak sendirian.

Saat aku memendam semua masalah sendiri, aku merasa justru aku jadi melampiaskannya pada orang yang salah dan tentu saja malah memperburuk keadaan. Dengan cerita, pikiran kita kan lebih jernih, cara pandang kita ke depan akan lebih jelas.

Kesalahan itu tidak akan jadi identitas kita, itu hanya bagian dari proses kita belajar menjadi manusia yang lebih baik. 

Coba pelan-pelan mulai biasakan diri kita cerita akan apa yang kita rasakan dan pikirkan. Bisa dengan curhat ke Tuhan, menulis jurnal, cerita ke orang yang kamu percaya, atau cara ternyaman apa pun yang kamu miliki. Akan ada orang yang sayang dan tulus dengan kita, walaupun hanya satu orang. Kita tidak perlu harus cerita semua detailnya, cukup dengan bilang bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Pasti ada satu sosok yang menunggu kamu untuk pulang, dalam artian datang dan cerita apa yang kamu rasakan. Jangan berjuang sendirian, kita harusnya berjuang bersama-sama.

Akan ada orang yang sayang dan tulus dengan kita, walaupun hanya satu orang. Kita tidak perlu harus cerita semua detailnya, cukup dengan bilang bahwa kita sedang tidak baik-baik saja.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024