Banyak orang merasa baru akan melakukan sesuatu ketika suasana hatinya sedang baik saja. Misalnya mereka hanya akan mulai memasak jika suasana hati sedang gembira. Padahal bisa jadi sebenarnya mereka merasakan suasana hati yang gembira jika mereka memasak. Itulah kira-kira yang saya rasakan ketika saya menggambar. Saat sedang menggambar, suasana hatiku jadi bagus.
Sejak masih di SMP, saya suka sekali membaca komik-komik barat seperti Spiderman dan tokoh-tokoh kepahlawanan Marvel. Tidak hanya suka ceritanya, saya mengagumi gambar yang menurut saya sangat keren. Kemudian saya pun mencoba menggambar dengan mencontoh gambar orang lain. Dari sekadar gambar sketsa, lambat laun saya beralih ke teknik pewarnaan dan seterusnya. Tanpa sadar, menggambar yang hanya sekadar hobi kini menjadi cara saya untuk mengenali diri lebih dalam. Saya bisa mengenali kepribadian diri lewat warna-warna serta subjek gambar yang dipilih. Saya suka sekali menggambar manusia. Rasanya akan sulit kalau saya diminta menggambar bebas atau abstrak. Dari sini saya memahami bahwa ternyata saya suka sesuatu yang ada aturannya, ada struktur dan sistem. Begitulah saya di pekerjaan. Saya suka pekerjaan yang sudah ada struktur dan sistem tapi tetap punya ruang untuk bebas.
Tanpa sadar, menggambar yang hanya sekadar hobi kini menjadi cara saya untuk mengenali diri lebih dalam.
Menurut saya, seni maknanya luas sekali. Tidak hanya sekadar menghasilkan sebuah karya. Seni sebenarnya identik dengan sebuah kegiatan di mana kita bisa merasa nyaman menjadi diri sendiri. Menanam pohon atau tanaman hias juga sebenarnya bisa disebut seni sebab kita melakukan sesuatu yang membuat kita bisa berkomunikasi dengan diri sendiri. Begitu juga saat kita melakukan hobi memasak, mendekor rumah, atau bahkan sesederhana memilih baju saat hendak beraktivitas. Di saat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, kita memberikan ruang untuk berdialog dengan diri sendiri dan itulah yang saya pikir bisa dipertimbangan sebagai arti seni.
Jadi seni sebenarnya berhubungan erat dengan hobi. Apapun itu. Dan saya merasa memiliki hobi jadi amat penting untuk kita bisa berkesadaran. Di era digital ini, kita terpapar oleh media sosial dan platform digital yang secara tidak sadar memberikan validasi atas apa yang sudah dipercaya. Padahal pada waktu yang sama sesungguhnya kita hanya terpapar pada sebuah realita semu. Contohnya ketika kita membuka akun medsos. Kurang dari lima menit, kita sudah terpapar dengan kehidupan orang lain yang terlihat lebih baik dari kita. Lalu munculah miskonsepsi pada benak yang berpikir hidup orang lain lebih baik dari kita meski nyatanya tidak selalu begitu. Jika kita punya hobi, kita punya cara untuk “melarikan diri” dari kegiatan-kegiatan primer di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita tidak terperangkap dalam dunia maya yang sangat misleading dan terpapar dampak negatif dari teknologi.
Jika kita punya hobi, kita punya cara untuk “melarikan diri” dari kegiatan-kegiatan primer di kehidupan sehari-hari. Sehingga kita tidak terperangkap dalam dunia maya yang sangat misleading dan terpapar dampak negatif dari teknologi.
Di masa pandemi ini khususnya, kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Banyak orang lebih memilih untuk menyelami dunia maya ketimbang berkegiatan di dunia nyata. Sedangkan algoritma di dalamnya telah dibuat sedemikian rupa supaya kita mendapatkan tipe-tipe konten yang sudah dipercaya. Sehingga sebenarnya kita bukan membuka pikiran tapi sebaliknya, menutupnya karena terfokus pada satu hal yang sudah dipercaya saja. Ini bisa membuat kita sulit berdialog dengan diri sendiri yang berpotensi juga untuk memberikan solusi atas beragam pertanyaan-pertanyaan dalam keseharian. Ketika sedang ada masalah dalam pekerjaan lalu “melarikan diri” pada seni, saya bisa tiba--tiba berpikir out of the box karena banyak berkomunikasi dengan diri sendiri. Saat menggambar saya dapat menenangkan dan menjernihkan pikiran sehingga bisa menemukan sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya sebab jauh dari kebisingan dan distraksi. Tidak seperti ketika saya berkutat dengan gadget.
Saat menggambar saya dapat menenangkan dan menjernihkan pikiran sehingga bisa menemukan sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya sebab jauh dari kebisingan dan distraksi.
Tapi mungkin kalau orang yang baru mencoba menggambar tidak akan langsung terasa. Saya menganjurkan ketika baru mulai menggambar kita harus berproses. Tidak bisa langsung ingin menggambar yang tingkat kesulitannya tinggi. Justru ini bisa membuat kita stres. Saat kita mengembangkan hobi secara bertahap kita akan sampai pada titik di mana otak akhirnya bisa fokus pada emosi yang dirasakan. Pada akhirnya, diri kita akan terhubung pada karya seni yang dihasilkan tersebut. Ini juga berlaku pada kegiatan lainnya, tidak terbatas pada menggambar. Selama hobi yang kita tekuni tidak mengikuti orang lain. Kalau tujuannya ikut-ikutan tren, kita bisa tetap mengalami stres karena ada tekanan untuk terus “berkompetisi” dengan orang yang kemampuannya lebih dari kita. Jadi kita harus memberikan waktu pada diri sendiri untuk menemukan apa hobi kita sebenarnya. Jangan merasa harus melakukan apa yang banyak orang lakukan.