Self Love & Relationship

Kembali Percaya Pada Cinta

Tidak semua hubungan yang berakhir menyisakan kesedihan yang berkepanjangan. Namun jika kita sulit melupakan suatu kejadian di hubungan masa lampau bisa jadi hubungan tersebut menyisakan trauma. Hubungan traumatik terjadi pada mereka yang pernah mengalami kekerasan di dalam hubungan. Baik kekerasan verbal maupun fisik. Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi trauma bagi seseorang karena masih tersimpan dalam otak dan belum diproses dengan baik. Hingga sampai kurun waktu tertentu ketika ada hal yang memicu ingatan ia akan merasa amat terganggu secara intens. Misalnya seseorang mengalami kekerasan saat pacaran. Katakan orang tersebut sempat dipukul di dalam mobil berwarna merah. Saat sudah putus, ia bisa merasa panik saat melihat mobil berwarna merah sebab timbul ketakutan dipukul. Yang dapat merasakan ini bukan hanya mereka yang disakiti tetapi juga mereka yang menyakiti. Kebanyakan, bagi yang menyakiti trauma itu berupa perasaan bersalah yang tak hilang. Bisa sampai membuatnya tidak berani berhubungan dengan orang lain karena merasa dapat membahayakan. Hanya saja tidak semua orang bisa mengalami ini karena kepribadian tertentu tidak memiliki perasaan menyesal yang tinggi. 

Saat seseorang sempat terjebak hubungan traumatik ia bisa tetap mengingat pasangannya di masa lalu di masa kini. Walaupun sebenarnya sudah berlalu cukup lama. Meskipun begitu ia tidak bisa dikatakan belum move on atau masih memiliki perasaan padanya. Besar kemungkinan ia terjebak dalam pemikiran dan perasaannya di pengalaman tersebut. Apalagi jika terbentuk afirmasi negatif yang ia berikan pada dirinya sendiri. Misalnya setelah putus ia menyatakan bahwa dirinya tidak layak dicintai. Nantinya saat hendak berhubungan dengan orang lain pemikiran itu bisa muncul kembali shingga membuatnya sulit membuka hati karena merasa tidak layak. Kerap kali dalam hubungan baru ia melakukan sabotase pada hubungannya. Merasa paranoid sewaktu-waktu pasangannya akan menyakiti.

Akan tetapi tidak perlu takut. Trauma akan hubungan masa lampau bukannya tak akan pernah hilang. Utamanya dari diri sendiri harus punya keinginan untuk menjalani kembali hidup, berhubungan kembali dengan orang lain. Percaya kembali pada cinta. Ia tak perlu melibatkan dia yang ada di masa lalu untuk meminta kejelasan atau meminta maaf. Ia bisa melibatkannya dalam bayang-bayang.

Utamanya dari diri sendiri harus punya keinginan untuk menjalani kembali hidup, berhubungan kembali dengan orang lain. Percaya kembali pada cinta

Contohnya dengan menumpahkan apa yang ingin dikatakan lewat surat tanpa perlu mengirimkan padanya. Yang paling penting adalah ia bisa mengolah pengalaman yang tidak tercerna dengan baik dan perlahan belajar menerima apa yang sudah dilalui. Lebih jauh lagi, terdapat tiga tahap yang perlu diingat dalam rangka menyelesaikan trauma hubungan di masa lalu:

Mengenali. Seseorang perlu mengenali pengalaman traumatik di masa lalu. Caranya adalah dengan mengingat kembali pengalaman apa yang paling mengganggu hingga sekarang. Sehingga ia bisa mengenali pemicu yang mungkin muncul nantinya. Akan tetapi jika pengalaman traumatik tersebut cukup berat, seperti kekerasan seksual, lebih baik mengenalinya bersama seorang profesional. Dalam ruang terapi ia akan lebih mudah mengolah perasaan yang mengganggu itu. Kalau memang tidak begitu berat ia bisa belajar teknik relaksasi terlebih dahulu sebelum mengingat kembali pengalaman tak menyenangkan di masa lalu. Jadi ia bisa memahami bagaimana mengatasi emosi yang muncul kala mengingat. Dalam prosesnya juga dibutuhkan dukungan dari orang terdekat untuk membantu penyembuhan lebih cepat. Saat kita menceritakan perasaan pada seseorang sebenarnya kita sedang memroses perasaan dan memori yang dulu belum sempat terolah dengan baik..

Saat kita menceritakan perasaan pada seseorang sebenarnya kita sedang memroses perasaan dan memori yang dulu belum sempat terolah dengan baik.

Refleksi. Langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap hubungan tersebut. Munculkan berbagai pertanyaan pada diri sendiri. Pertanyaan pertama adalah “Mengapa dulu saya bisa jatuh cinta padanya?” Kadang seseorang bisa tidak menghiraukan red flags atau “tanda bahaya” pada perilaku pasangan karena sedang berada dalam kondisi rapuh, sedang merasa sendiri, kesepian. Kemudian munculkan juga pertanyaan, “Apa yang telah saya lakukan sampai memicu adanya kejadian tersebut?” Pertanyakan di titik mana hubungan melibatkan kekerasaan. Juga apa yang membuatnya berani putus. Pertanyaan ini berguna agar orang tersebut bisa belajar tentang diri sendiri. Mencatat kesalahan apa saja yang dibuat di masa lampau sehingga bisa diingat untuk dihindari di masa depan. Penting juga untuk menulis jawaban-jawaban tersebut untuk dijadikan pedoman di masa depan.

Kadang seseorang bisa tidak menghiraukan red flags atau 'tanda bahaya' pada perilaku pasangan karena sedang berada dalam kondisi rapuh, sedang merasa sendiri, kesepian

Membuat tujuan. Terakhir ia dapat merumuskan apa yang diinginkan. Tanyakan pada diri kalau memang mau hubungan yang sehat harus melakukan apa? Pertama-tama tentu saja harus merasa nyaman dengan diri sendiri. Mencintai diri sendiri sehingga merasa puas dengan diri sendiri. Lalu cari tahu sikap apa yang harus diubah sebelum melangkah ke hubungan berikutnya. Semisal trauma yang dirasakan setelah putus adalah kurangnya rasa percaya pada orang lain. Sekarang berarti ia harus belajar percaya pada orang lain sebelum memulai hubungan. Lebih baik pikirkan gol personal terlebih dahulu sebelum membuat gol hubungan.

Pertama-tama tentu saja harus merasa nyaman dengan diri sendiri. Mencintai diri sendiri sehingga merasa puas dengan diri sendiri.

Tentu saja ia tidak akan langsung tahu apa yang diinginkan secara instan. Perlu adanya upaya yang disengaja untuk menginspirasi diri agar bisa memahami apa yang diinginkan dalam hubungan. Cara ini bisa dilakukan dengan mengambil contoh model hubungan orang lain. Baik sekali kalau bisa melihat hubungan orang tua apabila mereka memang punya hubungan sehat. Tetapi tidak harus orang-orang di sekitar. Bisa saja figur publik yang dilihat memiliki hubungan sehat. Atau bahkan karakter pasangan dalam cerita fiksi seperti novel atau film. Yang paling penting ia memahami hubungan seperti apa yang baik dan cocok untuknya. Sehingga setelah sudah memiliki tujuan personal sebelum memulai hubungan ia bisa lebih mudah merumuskan gaya hubungan sehat yang diharapkan nantinya.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024