Ada yang bilang uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang. Memang benar, banyak hal di dunia ini membutuhkan uang. Saya pun setuju bahwa salah satu kunci sukses adalah kekayaan. Berbagai keinginan bisa terpenuhi kalau kita kaya. Akan tetapi, banyak dari kita seringnya mengartikan kaya pada sesuatu yang negatif. Tidak mudah untuk memaknai kata kaya yang positif. Menjadi kaya adalah sebuah ujian untuk hidup kita. Terdengar klise kalau saya bilang kita harus bisa menggunakan kekayaan secara benar. Tapi begitulah adanya. Kita harus tahu bagaimana cara yang tepat untuk menggunakan uang yang dimiliki. Kita harus bisa menyadari bahwa kekayaan kita sebaiknya bisa bermanfaat bagi orang lain.
Menjadi kaya adalah sebuah ujian untuk hidup kita.
Saya percaya, uang bisa jadi salah satu indikator pencapaian sebuah cita-cita. Saya harus punya pencapaian karena kalau tidak, saya tidak akan tahu titik berhentinya sampai di mana. Baru setelah itu saya bisa memahami dan memaknai arti uang dalam rangka mencapai cita-cita tersebut. Tapi saya juga mengerti bahwa uang bisa membawa cobaan. Meski saat kita mendapatkannya pasti tidak memikirkan apakah akan berbahaya atau tidak. Menjadi gelap mata bisa saja terjadi. Walaupun begitu, saya hampir tidak pernah menolak sebuah pekerjaan karena menurut saya itu adalah kesempatan yang seringnya tidak datang dua kali. Jadi memang kendalinya ada di diri sendiri. Kita harus bisa mengartikan, mengendalikan, menggunakan uang dengan cara kita sendiri. Maka di fase hidup saya sekarang sekarang, saya mencoba untuk lebih banyak berbagi agar dapat menyeimbangkan kehidupan duniawi. Saya percaya kekayaan yang didapatkan tidak hanya milik sendiri saja.
Saya percaya kekayaan yang didapatkan tidak hanya milik sendiri saja.
Banyak orang memang menyimpan kekayaan untuk kepentingan sendiri sampai akhir hayat. Inilah yang saya tidak inginkan terjadi pada diri saya. Saya tidak mau terlambat melakukan sesuatu yang masih bisa dilakukan seperti salah satunya adalah punya masjid dan pesantren. Sebenarnya sejak dulu saya ingin jadi penghafal Al-Quran tapi tidak bisa. Jadi saya ingin mendirikan “rumah” yang teramat nyaman untuk para penghafal Al-Quran. Saya meyakini bahwa kebahagiaan tidak berasal dari kepuasan pribadi yang selalu berhubungan dengan harta atau kekayaan. Jujur, saya juga baru mengartikannya belakangan ini. Yang saya miliki dulu dan sekarang sudah pasti berbeda. Ketika masih bersekolah, saya tidak pernah memikirkan perkara uang. Sumber kebahagiaannya juga berbeda. Namun sekarang, saya cukup memikirkannya untuk hari tua. Saya tidak akan hidup selamanya sehingga saya berharap apa yang dimiliki saat ini bisa berguna untuk orang lain. Bahkan bila nanti saya sudah tutup usia, semoga rezeki tersebut masih bisa terus mengalir untuk banyak orang. Itulah sumber kebahagiaan saya sekarang: bisa berguna selama masih hidup di dunia. Mencari rezeki kini tujuannya tidak hanya untuk diri sendiri tapi untuk keluarga dan orang-orang sekitar yang bertumbuh bersama saya. Hidup sejahtera bersama.
Bila nanti saya sudah tutup usia, semoga rezeki tersebut masih bisa terus mengalir untuk banyak orang. Itulah sumber kebahagiaan saya sekarang: bisa berguna selama masih hidup di dunia.
Sedari dulu saya merasa keinginan berbagi itu selalu ada entah mengapa. Kemungkinan besar karena kedua orang tua hebat yang mencontohkannya. Saya pun tidak memahami bagaimana cara semesta ini bekerja, bagaimana merumuskan rezeki. Namun saya percaya ketika kita menolong dan berbagi pada orang lain selalu ada rezeki yang kembali dalam berbagai bentuk. Tapi berkata begini saya tidak ingin dilabeli "orang baik" atau "orang yang suka menolong". Saya hanya melakukan apa yang ingin saya lakukan. Tidak mengharapkan pujian. Menurut saya, pujian bisa jadi berbahaya untuk diri sendiri. Seseorang bisa tidak tulus jika mengharapkan pujian. Ketika ada orang yang tidak suka, saya tidak pernah merasa itu masalah sebab saya tidak pernah mengharapkan pujian. Sebaliknya, saya lebih suka dikritik karena itulah yang membangun diri sampai sekarang. Banyak orang yang tidak tahu secara mendalam seperti apa sebenarnya diri kita. Baiknya pula kita tidak perlu mengoreksi pemikiran mereka. Banyak hal yang mereka tidak perlu tahu. Kita hanya perlu melakukan apa yang kita percaya baik tanpa perlu mengharapkan apapun dari orang lain.
Banyak orang yang tidak tahu secara mendalam seperti apa sebenarnya diri kita. Baiknya pula kita tidak perlu mengoreksi pemikiran mereka. Banyak hal yang mereka tidak perlu tahu.