Dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan manusia biasanya memiliki motivasi tertentu. Motivasi tersebut ada yang sifatnya ekstrinsik berkaitan pada unsur luar diri seperti orang lain, hadiah, atau janji. Maksudnya adalah motivasi ini bukan benar-benar keinginan sendiri. Terkadang motivasi tersebut membuat kita fokus mengerjakannya tapi tidak menikmati. Ada pula yang bersifat intrinsik. Artinya kita mengerjakan sesuatu memang berdasar dari keinginan pribadi. Kita sangat menikmatinya sampai bisa-bisa lupa waktu. Akan tetapi yang luput dari perhatian kita saat sedang fokus pada satu hal dengan unsur kenikmatan itu adalah adanya sifat lain yang muncul: adiktif.
Yang luput dari perhatian kita saat sedang fokus pada satu hal dengan unsur kenikmatan itu adalah adanya sifat lain yang muncul: adiktif.
Pada dasarnya semua hal yang dilakukan berlebihan pasti punya dampak. Ibarat telapak tangan memiliki sisi dalam dan luar, segala hal memiliki dua sisi: positif dan negatif. Satu sisi mungkin kita bahagia, fokus untuk menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi hidup. Tapi sisi lainnya membuat kita adiktif hingga tidak bisa mengendalikan diri untuk berhenti. Contoh kasus adalah pada kegiatan bermain video game. Seperti yang kita tahu video game bisa sangat menarik perhatian seseorang. Orang bisa sangat lupa waktu ketika sudah memulai permainan. Bahkan tidak jarang orang yang suka bermain game diperhitungkan sebagai orang yang lalai atau suka bermalas-malasan. Padahal bisa saja dia bermain hanya untuk beristirahat. Faktanya ada tiga jenis pemain game.
Pertama adalah pemain yang sekadar bermain untuk beristirahat. Melepas lelah dari pekerjaan. Dia memberikan batasan paling lama dua jam, misalnya. Pemain kedua adalah dia yang memang hidupnya dari video game. Kecanggihan teknologi saat ini sudah bisa membuat seseorang menjadi “atlet” video game. Dia bisa jadi seorang profesional dalam industri video game. Sehari bisa bermain berjam-jam untuk latihan agar bisa menang lomba. Terakhir, adalah pemain yang setiap hari bisa bermain tujuh jam tapi tidak punya target apa-apa. Pemain inilah yang masuk dalam golongan adiktif tadi. Bermain video game itu sah-sah saja. Yang bermasalah adalah ketika sudah ada adiksi di dalam motivasinya. Artinya adiksi itu bisa membuatnya melupakan kewajiban lain yang harus dilakukan. Misalnya seorang anak adiktif pada video game sampai tidak belajar, berteman bahkan berinteraksi. Dengan berada di dalam permainan itu, dia seakan menciptakan dunianya sendiri sampai tidak mampu berinteraksi keluar. Inilah yang akhirnya keliru.
Pada dasarnya semua hal yang dilakukan berlebihan pasti punya dampak
Memang di era Internet of Things (IoT) ini kita harus berusaha ekstra dalam mengendalikan diri. Seperti dua sisi telapak tangan tadi, internet memiliki sisi positif di mana bisa memudahkan pekerjaan manusia. Namun sisi negatifnya adalah menggiring manusia untuk terjerat dalam adiksi di dalamnya. Pasalnya mesin pencarian Google diciptakan seolah untuk mengalahkan kuasa Tuhan, dirancang untuk mengatur hidup manusia. Secara tidak sadar hidup kita sekarang amat bergantung dengan Google. Begitu terikat. Mau makan saja yang kita cari adalah Google bukan langsung keliling mencari restoran. Hakekatnya, komputer dikembangkan dengan sistem artificial intelligence (AI) di mana kecerdasan mesin ini meniru kecerdasan manusia. Sistem logaritma yang diciptakan menghadirkan dunia di dalam kepalan tangan manusia. Tidak terkendala ruang dan waktu. Akhirnya kita mudah sekali terjerat dalam jaring-jaring atraktifnya sampai berjam-jam. Tidak lain karena mereka meneliti perilaku kita, menampilkan hal-hal yang menarik perhatian kita. Termasuk berbagai permainan yang dapat menenggelamkan kita itu.
Intinya hidup perlu keseimbangan. Menjadikan video game sebagai istirahat tentu tidak masalah. Selama punya waktu untuk melakukan kewajiban lainnya seperti bersosialisasi. Ingatlah bahwa manusia itu makhluk sosial. Terkadang orang yang suka bermain game dipandang negatif sebab seringkali saat bermain dia lupa untuk berinteraksi. Seakan dia ada di dunianya sendiri. Sebenarnya sama saja seperti mereka yang workaholic. Mereka yang gila bekerja bisa dibilang sudah adiktif karena bekerja berjam-jam sampai melupakan istirahat dan kebutuhan lainnya. Sampai-sampai mereka merasa bersalah kalau harus berhenti. Akhirnya hidupnya jadi tidak seimbang karena mereka lepas kendali sampai dikendalikan oleh pekerjaan atau video game tadi. Padahal manusia diciptakan dengan akal budi untuk dapat mengatur bukan diatur sesuatu.
Manusia diciptakan dengan akal budi untuk dapat mengatur bukan diatur sesuatu.