Saat ini mungkin ada beberapa orang yang mengenalku dari konten yang aku bagikan di media sosial. Sebelum itu, sebenarnya aku bekerja sebagai seorang creative director di bidang media dan periklanan. Bisa dibilang jalanku menjadi seorang kreator konten adalah jalan yang tidak diduga-duga. Di memulai dari fitur question box Instagram, lantas aku membuat konten puisi untuk mengasah kreativitas berdasarkan kata kunci yang dikirimkan. Tujuannya hanya untuk berlatih saja, tapi ternyata kontenku ini dianggap menghibur dan beberapa kali mendapat dukungan dari teman-teman kreator lainnya.
Setelahnya aku juga mulai membagikan konten mengenai isu-isu kesehatan mental. Hal ini juga sebenarnya berangkat dari pengalaman yang aku rasakan sendiri. Kesadaranku akan topik kesehatan mental bermula sejak tahun 2017. Di tahun itu aku mengalami sebuah fase yang bisa disebut mental breakdown. Akumulasi stress yang sangat besar kemudian membuatku meledak, bahkan bisa tiba-tiba menangis dan merasakan cemas yang berlebih.
Usiaku saat itu sudah dewasa, tapi aku bisa menangis hingga tantrum seperti anak kecil. Saat mengalami fase ini aku tidak bisa melakukan apapun. Entah itu makan, bekerja, atau aktivitas lainnya. Sebagai seseorang yang bahkan memilih untuk tidak merokok karena sadar betul akan dampak kesehatan yang mungkin hadir, ketika akumulasi stress berlebih itu meledak aku bahkan mulai menyakiti diriku sendiri. Mungkin tidak sampai berlebihan, tapi ini jelas bukan suatu sikap yang normal untuk dilakukan banyak orang.
Pengalaman mental breakdown ini yang membuatku memutuskan untuk menemui psikolog. Selama beberapa tahun aku rutin menemui psikolog, memang kondisiku membaik tapi belum optimal karena memang pekerjaanku saat itu cukup berat. Di 2020 kejadian tersebut kembali berulang. Dari awalnya aku didiagnosa depresi, di saat aku merasa aku sebentar lagi bisa sembuh ternyata dokter mengabarkan bahwa aku didiagnosa gangguan bipolar.
Jujur, saat mendengar kabar itu aku menangis. Kabar ini datang tepat saat aku pikir perjalananku untuk kembali pulih hampir selesai. Meski terkejut dengan segala kenyataan yang ada, aku juga mencari tau lebih lanjut sebenarnya apa itu bipolar dan bagaimana cara untuk bisa hidup bersama dengan kondisi ini.
Ketika aku belajar untuk menerima kondisi bipolar ini, aku menganalogikan situasi ini seperti saat seseorang didiagnosa diabetes. Meski harus minum obat atau suntik insulin seumur hidup, ia masih bisa hidup, bermain, bekerja, dan bekeluarga seperti orang-orang lainnya. Begitu juga dengan aku, kondisi bipolar yang dikelola dengan baik aku tetap bisa menjalani hidup seperti oran-orang lainnya. Dari sini aku juga menemukan sedikit ketenangan dengan banyak membaca dan belajar ilmu filsafat yang dituliskan oleh Schopenhauer, Albert Camus, dan lain sebagainya. Aku mencoba memahami hidup dan berbagai tantangannya.
Satu hal yang paling berpengaruh dalam kondisi kesehatan mentalku tentu saja gaya hidup dan gaya hidupku sangat dipengaruhi oleh pekerjaan. Jadi hal pertama yang aku lakukan adalah mencari pekerjaan yang bisa lebih meringankan beban pikiranku saat itu. Perlahan-lahan aku mencoba meminimalisir stress, meski proses ini tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Dalam perjalananku mencoba memahami hidup, aku kemudian menemukan sebuah konsep yaitu amor fati yang artinya adalah mencintai nasib. Aku belajar untuk menerima dan mencintai segala hal yang sudah terjadi dalam hidup, meski terdengar mustahil tapi sebenarnya ini masuk akal. Konsep amor fati mengajarkanku bagaimana cara menyikapi masa lalu dan masa depan. Kita tidak bisa menolak diri kita di masa lalu, karena itu sama saja menolak diri kita di saat ini. Kita juga tidak pernah punya kuasa penuh atas masa depan.
Konsep amor fati mengajarkanku bagaimana cara menyikapi masa lalu dan masa depan. Kita tidak bisa menolak diri kita di masa lalu, karena itu sama saja menolak diri kita di saat ini. Kita juga tidak pernah punya kuasa penuh atas masa depan.
Ibaratnya, semua hal yang terjadi dalam hidupku sebenarnya hadir karena dua kemungkinan. Pertama, memang harus terjadi. Kedua, kejadian itu sebenarnya aku perlukan. Aku tidak ingin bilang bahwa mengalami gangguan kesehatan mental adalah hal yang baik, karena tentu kalau boleh memilih aku tidak ingin hal ini terjadi dalam hidupku. Tapi kalau aku melihat kembali, pada dasarnya kejadian tersebut ikut membentuk diriku hari ini.
Semua hal yang terjadi dalam hidupku sebenarnya hadir karena dua kemungkinan. Pertama, memang harus terjadi. Kedua, kejadian itu sebenarnya aku perlukan
Kalau aku tidak mengalami segala kejadian di masa lalu tersebut, mungkin aku akan menjadi pribadi yang manja, bodoh, egois, atau iri hati. Segala sesuatu yang terjadi di masa depan adalah buah dari apa yang kita lakukan saat ini. Artinya apa? Kalau aku menjalani hidup saat ini dengan sebaik-baiknya, maka apapun yang terjadi di masa depan adalah kemungkinan terbaik yang bisa aku dapatkan.
Fakta lucu tentang kesehatan mental yang aku rasakan, kalau kita baru bisa merasa lebih baik saat kita berani menghadapi dan mengakui bahwa kita sedang terkena masalah. Sekarang aku berusaha melewati segala momen dalam hidup tanpa penyesalan dan menerima segala kejadian yang muncul dalam hidupku. Kalau aku menolak diriku sendiri di hari ini, artinya aku menjadikan diriku di masa depan tidak berarti.
Kalau aku menolak diriku sendiri di hari ini, artinya aku menjadikan diriku di masa depan tidak berarti.
Upayaku belajar menerima nasib dengan segala dinamika yang muncul membuat cara pandangku akan makna bahagia juga berubah. Tentu tidak ada orang yang ingin mengalami masalah dalam kesehatan mental, tapi dari pengalaman ini aku jadi memilih dan berinisiatif untuk mencari tau sumber dan konsep kebahagaiaan yang salama ini tidak aku sadari.
Sering kali saat membicarakan makna bahagia, kita hanya terpaku pada hal-hal yang bersifat indrawi dalam artian bisa kita rasakan melalui panca indra. Misal, kalau aku jalan-jalan ke luar negeri maka aku bahagia atau kalau aku makan enak maka aku bahagia. Sumber-sumber kebahagiaan ini tak jarang membuat kita menginginkan standar yang lebih tinggi untuk mencari kepuasan atau kebahagiaan. Padahal, kebahagiaan seharusnya sebuah kondisi yang tidak dapat diganggu. Sebuah perasaan yang datang dari dalam diri. Satu hal yang sering kali diabaikan, kita sebenarnya tidak perlu banyak hal untuk merasa bahagia.
Kebahagiaan seharusnya sebuah kondisi yang tidak dapat diganggu. Sebuah perasaan yang datang dari dalam diri. Satu hal yang sering kali diabaikan, kita sebenarnya tidak perlu banyak hal untuk merasa bahagia.
Ada yang bilang bahwa kebahagiaan datang dari tiga hal yaitu apa yang kita inginkan, apa yang orang-orang ekspektasikan terhadap kita, dan sesuatu yang datang dari dalam diri. Viktor Frankl mengatakan dalam buku Man’s Search for Meaning bahwa segala hal bisa diambil dari hidup manusia kecuali caranya bersikap. Kita selalu bisa memilih cara kita menyikapi kejadian yang hadir di hidup kita. Ini adalah kebebasan yang tidak akan pernah bisa diambil orang lain.
Kita selalu bisa memilih cara kita menyikapi kejadian yang hadir di hidup kita. Ini adalah kebebasan yang tidak akan pernah bisa diambil orang lain.