Self Lifehacks

How To: Mencatat Waktu

Hanny Kusumawati

@beradadisini

Penulis

Fotografi Oleh: Bookblock (Unsplash)

Ingatkan kita akan apa yang kita lakukan, rasakan, dan lalui di tiap waktu yang berjalan? Menyempatkan diri untuk mencatat dan memahami rutinitas harian beserta perasaan yang menyertai, dapat membantu kita mengenali diri sendiri, dan merencanakan hari lebih baik lagi.

Self-care. Kegiatan satu ini seringkali dikaitkan dengan sejumlah aktivitas yang orang lakukan secara sengaja dalam mengisi waktu untuk dirinya sendiri, agar merasa senang dan fulfilled. Tentunya, setiap orang memiliki caranya sendiri untuk merasa senang dan nyaman. Ada yang memilih untuk berlibur, melakukan suatu perawatan, mengkonsumsi makanan sehat, pergi ke gym, atau melakukan hal-hal menyenangkan lainnya. Ya, setiap orang memang memiliki jatah waktu yang sama, namun alokasi kegiatan yang berbeda. Dan dalam versi saya, self-care yang dimaksud adalah memiliki waktu yang dapat dicurahkan untuk melakukan suatu aktivitas kreatif, apa saja itu, yang salah satunya adalah menulis jurnal atau journaling.

Untuk sebagian orang, menulis jurnal memang diidentikan dengan ketelatenan. Tidak semua dapat menyempatkan waktu untuk menulis atau mencatat hal-hal yang terjadi di setiap harinya. Pernah dalam suatu kesempatan, saya mendapat pertanyaan bagaimana dapat memiliki waktu untuk tetap menulis jurnal di sela-sela kepadatan aktivitas harian. Jawabannya sederhana. Apabila kita menyempatkan dan membuat waktu untuk suatu hal, tentu akan selalu ada kesempatan untuk melakukannya. Dahulu saya pernah membagi waktu untuk menulis jurnal setelah semua pekerjaan selesai. Namun rupanya, akan selalu ada pekerjaan baru yang tidak kunjung habis, yang dapat membuat saya tidak dapat melakukan kegiatan kreatif bila hanya menyisakan sedikit waktu tersisa untuknya setelah semua tugas selesai. Mempelajari hal ini, pada akhirnya saya memutuskan untuk membalik alokasi waktu yang ada. Saya mendahulukan mengerjakan aktivitas kreatif yang saya sukai, barulah pekerjaan setelahnya. Dan secara mengejutkan, segala tugas dan pekerjaaan yang ada, secara umum dapat selalu diselesaikan menyesuaikan waktu yang tersedia. Waktu yang saya miliki pun menjadi lebih efektif.

I plan my day around my self-care, not the other way around. My commitments and responsibilities will fit themselves around it.

Kini di setiap pagi, saya selalu menyempatkan diri untuk melakukan aktivitas kreatif. Saya selalu menyebut saat ini sebagai ‘Miracle Morning’ - mengadopsi judul buku 'The Miracle Morning' karya Hal Elrod. Mulai dari membuat kopi, melakukan meditasi selama satu menit, membaca buku, menggambar, mengisi blog saya (www.beradadisini.com), dan tentunya menulis jurnal - semua hal yang saya lakukan di pagi hari haruslah hal yang membuat saya merasa relax dan menikmatinya. Saat kita merasa senang, kita cenderung akan mampu menyelesaikan pekerjaan kita dengan lebih baik. Mood yang baik membuat kita menjadi lebih berenergi, dan bagi saya menjadi merasa lebih kreatif. Oleh karenanya, bila saya harus bekerja mengejar deadline, melakukan pekerjaan rumah, atau mengikuti meeting, biasanya saya melakukannya dalam kondisi mental dan emosi yang sehat, mengingat sejumlah aktivitas menyenangkan telah saya lakukan saat pagi.

Berkaitan dengan menulis jurnal yang rutin saya lakukan, sebenarnya aktivitas ini tidak terbatas pada merancang dan menceritakan kegiatan sehari-hari saja. Bagi saya, alokasi penggunaan waktu dan mood yang dirasa di setiap aktivitas pun turut saya catat dalam jurnal. Tujuannya sebenarnya tidak lain tidak bukan adalah untuk lebih mengenal diri sendiri, sekaligus melakukan aktivitas menenangkan yang dapat memberi tubuh serta pikiran perhatian. Apakah benar saya sibuk, atau hanya merasa sibuk? Kemudian, untuk kegiatan apa saja waktu saya banyak dihabiskan? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang coba saya jawab. Dari rutin mencatat pun, saya jadi menemukan beberapa hal terkait kebiasaan diri, seperti bila mood saya kurang baik di pagi hari, akan dapat berimbas pada mood satu hari penuh, atau biasanya di sekitar pukul 2 hingga 4 sore, mood saya tidak sebaik pada waktu sebelum atau setelahnya. Contoh lainnya, bila saya tengah asyik melakukan kegiatan kreatif pukul 6 sore keatas, saya dapat melupakan makan malam. Oleh karenanya, berkaca dari catatan kecil yang saya torehkan, saya menjadi lebih dapat mengatur ritme dan melakukan hal-hal preventif bila sekiranya akan berimbas pada emosi negatif.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membuat jurnal pencatat waktu dan aktivitas harian sendiri. Anda tentu dapat membuatnya dengan layout dan format penulisan berbeda, namun inilah yang saya buat untuk jurnal saya sendiri.

1.    Buat suatu lajur berisi deretan angka yang menunjukkan deretan waktu pada satu harinya

2.    Tentukan kode warna akan emosi yang kita rasakan secara umum saat melakukan aktivitas. Misalnya untuk saya, warna pink saat saya merasa kreatif dan berenergi, dimana umumnya terjadi saat saya produktif melakukan pekerjaan dan kegiatan kreatif. Warna biru menandakan aktivitas non-produktif, dimana saya cenderung merasa lelah, mengantuk, tidak bersemangat, dan lain sebagainya. Sementara itu, saya pun juga memberi tanda kegiatan yang melibatkan banyak komunikasi dan pergerakan seperti bepergian, meeting, melakukan presentasi, serta bertemu dengan teman dengan warna kuning. Tentunya setiap orang memiliki pembagian mood dan aktivitas yang berbeda, yang dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing.

3.    Catat aktivitas yang terjadi pada tiap deret angka yang telah dibuat. Misalnya jam 12 siang untuk makan siang, jam 3 sore hingga 5 sore untuk olahraga, dan lain sebagainya.

4.    Beri warna yang mewakili mood pada deret angka, sesuai kode warna yang telah ditentukan. Contoh pada jam 12 siang merasa mengantuk, maka saya akan mewarnai angka 12 tersebut dengan warna biru. Lain halnya untuk aktivitas jam 3 hingga 5 sore hari yang akan saya beri warna kuning karena melakukan kegiatan olahraga.

5.    Sediakan waktu khusus untuk mencatat. Menulis aktivitas dan jurnal alokasi waktu harian, tidak berarti kita harus siap sedia buku kecil kemanapun kita berada. Kita dapat mematok waktu khusus untuk mencatat dalam satu harinya, dimana kita akan merasa lebih tidak terburu-buru untuk melakukan refleksi dan evaluasi atas hari yang berlalu.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024