Self Lifehacks

Hidup dalam Perspektif Berbeda

Kalau hidup diandaikan seperti manusia, saya rasa sifatnya akan seperti karakter Dasamuka, salah satu karakter dalam mitologi Hindu. Dasamuka dipercaya memiliki sepuluh muka di mana jika diibaratkan seperti hidup, ia memiliki banyak sisi. Hidup selalu berubah-ubah; bisa naik, turun, berwarna merah, kuning, atau biru – tergantung dilihat dari sisi mana. Lalu datanglah para manusia bertemu dengan hidup, memberikan banyak kisah, membuat perspektif-perspektif yang berbeda.

Meskipun begitu, tidak semua manusia bisa hidup dengan banyaknya pandangan berbeda. Sebagian dari kita masih seringkali berada dalam kandang, enggan untuk mempertanyakan kembali kepercayaan, enggan untuk menantang kepercayaan kita sendiri. Padahal menurut saya untuk menikmati hidup sebagai manusia adalah selayaknya singa yang dilepas di hutan belantara. Coba bayangkan kalau singa hanya berada dalam kerangkeng saja. Lama-kelamaan singa itu akan mati karena tidak mengikuti naluri predatornya. Sejatinya, singa harus berburu, bersimbah darah memperebutkan mangsa di alam liar. Itulah sifat dasar seekor singa. Begitu juga manusia. Kita dianugerahi akal budi untuk terus diasah, untuk terbuka pada hal-hal baru di sekitar, dan untuk berani keluar dari kandang.

Hidup selalu berubah-ubah, tergantung dilihat dari sisi mana.

Pemikiran ini pun saya dapatkan saat saya berada di Amerika Serikat. Waktu itu saya dan teman bertemu satu orang pria berbadan besar, dengan wajah yang sangat mengintimidasi. Ia meminta sebatang rokok pada kami karena tahu kami berasal dari Indonesia. Ia beranggapan bahwa seluruh masyarakat Indonesia merokok sehingga saat kami bilang tidak memiliki rokok, ia marah dan menuding kami berbohong. Kami bahkan diteriaki untuk pulang ke Indonesia hanya karena hal tersebut. Dari situ saya mulai merasa bahwa di dunia ini banyak sekali tembok sosial yang sulit ditembus karena kita enggan untuk keluar dari tembok itu.

Awalnya saya kira tembok itu berasal dari negara lain. Tapi ternyata tidak. Tembok itu berasal dari kita sendiri. Saya pun mulai melakukan observasi di mana banyak orang Indonesia masih berada di dalam zona nyaman, tidak mau keluar dari zona tersebut dan masih diam saja, tidak bergerak. Saya percaya untuk memajukan suatu negara kita harus mau melewati tembok-tembok sosial. Kemudian terpikirlah untuk menciptakan sebuah gerakan untuk anak-anak muda beraksi yang menuntun pada lahirnya Proud Project, sebuah gerakan yang berporos pada storytelling (menceritakan kembali). Faktanya menceritakan kembali sebuah kisah dapat lebih kuat dari nuklir. Satu nuklir bisa membunuh ribuan orang tapi satu cerita bisa menghidupkan ribuan orang. Sebuah kisah bisa membuat jembatan antara jiwa-jiwa.

Di dunia ini banyak sekali tembok sosial yang sulit ditembus karena kita enggan untuk keluar dari tembok itu.

Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari sebuah kisah inspiratif. Contohnya saja ketika saya bertemu dengan Bang Bogel, seorang paruh baya yang penampilannya terlihat seram dengan satu mata picek dan tato rantai di leher. Awalnya saya pikir beliau adalah seorang preman yang mungkin saja akan meminta uang dengan paksa jika saya mendekati untuk menanyakan cerita hidupnya. Tapi setelah mendengar kisahnya, saya paham betul bahwa kita tidak bisa menghakimi seseorang hanya dari penampilan luar saja. Bang Bogel bercerita bahwa tato rantai di lehernya merupakan sebuah peringatan untuk dirinya sendiri karena dia merasa egonya seperti serigala lapar yang dapat merugikan orang lain. Baiknya beliau ikat dengan rantai supaya tidak merugikan orang lain. Begitu juga dengan tato bertuliskan “Ratna” di bawahnya untuk mengingatkan beliau pada mantan istri. Bang Bogel harus berpisah dengan sang mantan istri karena kelakuannya yang buruk padahal beliau begitu menyayangi sang istri.

Ada pula satu mata yang kurang berfungsi dengan baik itu dianggapnya sebagai karma. Saat ayahnya meninggal, beliau tidak mengurusi malahan mabuk-mabukan. Sehari setelahnya mata beliau pun mulai bermasalah. Beliau merasa hidup itu sebenarnya harus saling peduli dan kita harus menelan ego kita sebelum ego tersebut yang menelan. Mendengar ini tentu saja memperbarui pandangan saya tentang hidup, tentang manusia. Bagaimana stereotip mengenai penampilan seseorang dapat dipatahkan ketika mendapatkan cerita kehidupannya yang inspiratif.

Manusia dianugerahi akal budi untuk terus diasah, untuk terbuka pada hal-hal baru di sekitar, dan untuk berani keluar dari kandang.

Di masyarakat kita memang banyak orang sulit melihat suatu pandangan dari sisi yang berbeda, kurang bisa menerima pendapat dari orang lain dan sulit untuk keluar dari tembok sosial. Tak ada jalan yang paling efektif selain memahami bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain melihat dari sisi yang sama dengan kita. Menjadi pencerita yang baik bisa menjadi salah satu cara untuk mendorong mereka mendengarkan dan mengambil tindakan dari apa yang dikemukakan. Akan tetapi hal tersebut hanya untuk memengaruhi saja, belum tentu akan mengubah seutuhnya. Yang paling penting adalah bagaimana kita memulai dari diri sendiri. Menanamkan pada diri sendiri bahwa setiap orang memiliki kebebasan berekspresi dan beropini dapat menghindari perselisihan atau bahkan pembangunan tembok baru. Kita akan merasa baik-baik saja meski orang lain tidak setuju dengan pendapat kita. Itulah seni dari keluar dari “kandang”. Orang lain akan mempertanyakan atau bahkan menantang kembali kepercayaan kita namun itu wajar dan tidak bermasalah. Setiap orang toh memiliki suara masing-masing.

Memahami bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain melihat dari sisi yang sama dengan kita.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024