Bekerja di industri hiburan dengan rentang waktu yang cukup panjang – hampir 18 tahun – tentulah membuat saya mengalami banyak peristiwa dan hal-hal yang mengubah pola pikir dan hidup. Bekerja di industri hiburan yang penuh dengan kilauan bintang, hiruk pikuk yang tiada henti, jadwal kerja yang tidak mengenal hari libur tentunya membuat hidup selalu dipenuhi dengan deadline. Selesai satu proyek kemudian akan pindah lagi ke proyek lain dan begitulah seterusnya.
Satu hal yang saya pelajari setelah sekian lama menjadi menjadi manajer artis adalah harus bisa mengelola ekspektasi yang terkadang suka berlebihan. Ingin diakui sebagai sosok yang berjasa terhadap satu proyek, berharap disapa di setiap gala premiere film, fashion show, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ingin di-mention sebagai pencetus ide terhadap sebuah pagelaran dan seterusnya dan seterusnya. Intinya… terlalu banyak berharap. Dengan jujur saya akui pernah berada di fase itu dan pernah haus akan pengakuan dari orang lain. Nah, begitu hal yang diharapkan tidak kejadian dan tidak seperti yang diinginkan jadi lah saya kesal, kecewa, down, dan merasa sia-sia berbuat sesuatu.
Untungnya saya tidak mau berlarut-larut berada di situasi seperti itu. Saya selalu mencari waktu untuk ngobrol dan bicara dengan diri sendiri setiap harinya dan teratur melakukan meditasi. Di saat merasa kesal dan kecewa karena apa yang saya harapkan tidak kejadian sama sekali, saya tanya ke diri sendiri, “Apakah yang saya lakukan ikhlas dan tulus dari hati terdalam atau memang hanya pencitraan atau untuk dilihat dan menarik perhatian orang-orang semata?” Dari sana hati yang terdalam saya bilang bahwa apa yang dilakukan semuanya harus dilakukan dengan tulus, apa adanya, tanpa beban dan pamrih. Lakukan semuanya dengan sepenuh hati dan tidak usah peduli akan dihargai atau tidak, akan dilihat orang atau tidak. Apa yang saya lakukan karena memang saya ingin melakukannya – bukan karena apa kata orang atau yang terbaik menurut orang lain.
Kekuatan dan energi inilah yang menggerakkan saya untuk bisa selalu menjaga hati, mengelola ekspektasi, dan selalu bekerja dengan hati dan ketulusan. Saya pun tidak lagi menjadikan pengakuan dan komentar orang lain sebagai barometer bekerja dan berkarya. Kini barometernya adalah bekerja dan berkarya dengan passion dan maitri karuna. Saya selalu percaya dengan yang namanya getaran atau vibes. Apa yang kita kerjakan pasti vibes-nya akan sampai ke orang lain. Vibes tidak bisa dimanipulasi, direkayasa, atau dipoles. Vibes adalah energi yang bisa dirasakan oleh orang lain. Jadi dari pada selalu berharap apa yang kita lakukan dan kerjakan mendapat pengakuan dari orang lebih baik terus giat bekerja, berkarya dan melukis pelangi indah dengan kesungguhan hati serta welas asih. Dengan demikian bahagia akan tumbuh dan datang dari diri kita sendiri bukan dari pengakuan orang lain.
Apa yang dilakukan semuanya harus dilakukan dengan tulus, apa adanya, tanpa beban dan pamrih. Lakukan semuanya sepenuh hati dan tidak usah peduli akan dihargai atau tidak, akan dilihat orang atau tidak.