Self Lifehacks

Hidup Apa Adanya

Dwi Sasono

@dwisasono

Aktor

Robin Budidharma

Sederhana bagi saya berarti secukupnya, semampunya, senikmatnya, seperlunya, dan seadanya. Contohnya ketika saya bisa menikmati dan menerima hidup apa adanya dengan penuh sukacita. Hidup seadanya namun merasa bahagia. Sejatinya, sederhana itu juga bukan hanya sekadar soal materi. Kita bisa saja memiliki harta berlimpah tapi tetap hidup dalam kesederhanaan, tetap bahagia.

Hidup sederhana tidak hanya sekadar praktik tapi lebih kepada persepsi hidup. Pola hidup setiap orang berbeda. Mungkin dengan gaji yang sama, pola hidup bisa tidak sama sebab masalah setiap orang juga pasti berbeda. Sekalipun memiliki masalah yang serupa, takarannya untuk masing-masing orang berbeda. Ada yang menganggap masalah tersebut berat tapi ada yang bisa merasa biasa saja. Oleh sebab itu, memahami kesederhanaan adalah tentang bagaimana kita bisa menikmati itu semua. Sederhana adalah menikmati apa adanya segala yang dijalani dengan bahagia. Tidak ada ambisi atau obsesi yang berlebihan. Setiap anugerah yang diberikan, dijadikan sebuah kebahagiaan tanpa lupa berterima kasih sebagai tanda menikmatinya.

Sederhana adalah menikmati apa adanya segala yang dijalani dengan bahagia.

Setiap orang pasti punya kesulitan, termasuk saya yang juga sempat mengalami kesulitan yang sangat dalam sekali beberapa waktu lalu. Akan tetapi, kesulitan adalah bagian dari peristiwa yang harus dilalui, sebuah pembelajaran. Jika kita mau mencermati, hukum semesta sudah amat jelas tentang sebab akibat. Setiap perbuatan pasti ada konsekuensi. Tinggal bagaimana kita menghadapi dan melewatinya. Jangan sampai kita terus berkubang dalam penyesalan. Apapun yang sudah dilakukan, apapun konsekuensi yang ditanggung, harus diterima dengan tanggung jawab. Yang penting harus terus berjalan maju dan belajar dari masa lalu. Hakikatnya, dalam hidup kita butuh kesulitan agar jiwa kita ditempa untuk bisa bertumbuh lebih tangguh. Itu memang proses hidup yang harus dilalui. 

Hakikatnya, dalam hidup kita butuh kesulitan agar jiwa kita ditempa untuk bisa bertumbuh lebih tangguh.

Sementara itu soal salah-benar, terang-gelap, suka-duka, baik-buruk, semua itu hanyalah dualitas dalam hidup yang selalu beriringan. Apapun yang kita pilih ada konsekuensinya. Konsekuensi tersebut bisa membuat kita terus belajar mengenal diri dan kehidupan agar bisa menjadi seseorang yang lebih bijaksana. Pada dasarnya, kita manusia adalah makhluk yang egois. Apa yang menurut kita benar, belum tentu benar untuk orang lain. Terkadang saya berpikir kita manusia itu aneh. Apalagi di masa sekarang ini, semua orang ingin bicara sampai lupa mendengar. Semua orang merasa benar. Kalau ternyata apa yang dipikirkan dan dilontarkan sama-sama benar lalu kenapa harus berdebat? Bukannya tidak ada yang perlu diperdebatkan jika yang ingin dicapai adalah sesuatu yang benar?

Saya merasa cukup beruntung dari segala peristiwa hidup yang dialami beserta kesulitannya, saya memiliki kesempatan untuk menyampaikannya lewat film. Salah satunya dengan berada dalam film serial “Angkringan”. Saya seolah melengkapi sosok Dedi yang saya perankan dalam film serial tersebut, mengungkapkan apa yang telah dilewati seorang Dwi Sasono. Termasuk pemahaman saya tentang kesederhanaan hidup. Dari pertama kali membaca sinopsis, saya merasa cerita ini sangat dekat dengan saya dan ternyata semesta benar membawa saya kepada film ini. Saya percaya naskah mencari takdirnya sendiri sehingga bisa menentukan siapa yang akan memainkan karakter di dalamnya. Akhirnya, saya secara personal bisa memberi masukan dan berbagai apa yang dialami lewat karakter Dedi. Tentunya dengan harapan agar banyak orang bisa tercerahkan. 

Secara singkat, film serial ini ingin menyampaikan bahwa setiap manusia memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Setiap episode menceritakan masalah-masalah kehidupan manusia yang berbeda. Ada orang yang hidupnya berkorban untuk orang lain meski dia sendiri tidak bahagia. Jadi kalau ditarik garis besarnya, semua karakter di dalam serial ini mengejar pencerahan. Secara pribadi, yang ingin saya sampaikan di film tersebut adalah bahwa pencerahan tidak bisa dikejar. Semakin kita mengejar, pencerahan tersebut akan semakin menjauh. Maka, kunci kehidupan adalah bagaimana kita bisa menerima. Sebab mau dicari ke mana pencerahan tersebut? Pencerahan terjadi dari dalam diri. Kalau kita bisa menyelami diri sendiri pada akhirnya barulah kita bisa menerima diri sendiri dan di saat itu kita baru akan merasakan kedamaian, kebahagiaan.

Kalau kita bisa menyelami diri sendiri pada akhirnya barulah kita bisa menerima diri sendiri dan di saat itu kita baru akan merasakan kedamaian, kebahagiaan.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024