Karakter dan perilaku yang kita punya saat ini pasti sedikit banyak berasal dari apa yang diajarkan oleh orang tua kita. Cara kita berpikir, berpendapat, hingga mempercayai sesuatu bisa dipengaruhi dari apa yang mereka katakan pada kita. Sedari kecil sampai sekarang rasanya tak terhitung berapa banyak nasihat yang diberikan oleh orang tuaku. Setiap hal yang mereka katakan terasa penting. Terutama ajaran mereka untuk menempatkan pendidikan menjadi nomor satu.
Sedari kecil sampai sekarang rasanya tak terhitung berapa banyak nasihat yang diberikan oleh orang tuaku. Setiap hal yang mereka katakan terasa penting.
Meskipun begitu mereka tidak pernah memaksaku untuk selalu mendapat nilai 100, ranking satu, atau meraih prestasi setinggi-tingginya. Mereka hanya menganjurkan agar aku bisa punya keseimbangan antara pendidikan akademis dan pendidikan yang aku dapatkan di luar sekolah. Jujur, aku amat menikmati sekolah. Keinginan untuk terus berprestasi datang dari diriku sendiri. Tanpa paksaan dari siapapun. Kedua orang tuaku hanya mengingatkan untuk melakukan apapun semaksimal mungkin. Entah itu untuk urusan sekolah atau urusan pekerjaan di dunia hiburan. Tapi tidak pernah mendorongku untuk mengejar sempurna. Sebaliknya mereka justru berharap aku tidak takut untuk berbuat salah dan mengakui kesalahan. Sebab mereka percaya di setiap kesalahan aku pasti bisa belajar sesuatu.
Aku banyak mendapat inspirasi soal pendidikan dan karier dari Papa yang adalah seorang dosen. Secara tidak sadar beliau menularkan semangat belajarnya padaku. Dari kecil hingga tumbuh dewasa, aku jadi seseorang yang selalu mengutamakan sekolah lebih dari segalanya. Buktinya dari kelas 6 SD hingga kuliah aku selalu mendapatkan beasiswa. Dan walaupun sekarang aku sedang meniti karier aku tetap memilih jalur pendidikan formal ketimbang homeschooling sebagai bukti komitmenku untuk tetap bersekolah. Aku berupaya sekeras mungkin agar keduanya bisa seimbang. Bahkan aku bisa sangat tidak tenang kalau terlalu sibuk di pekerjaan sampai membuat nilai akademis kurang.
Aku banyak mendapat inspirasi soal pendidikan dan karier dari Papa yang adalah seorang dosen. Secara tidak sadar beliau menularkan semangat belajarnya padaku.
Untungnya selama ini aku tidak pernah menemukan kendala untuk membagi waktu antara sekolah dan dunia hiburan. Aku amat bersyukur belajar di sekolah-sekolah yang mendukung karierku. Mungkin ini juga karena mereka melihat aku tetap bisa menjaga keseimbangan antara keduanya. Setiap kali merasa ketinggalan pelajaran, aku pasti akan mendatangi guru, menanyakan secara lengkap pelajaran apa yang tertinggal agar aku bisa terus tetap berada di dalam jalur. Sempat aku tidak masuk sampai dua bulan tapi aku tetap mendapat peringkat pertama. Inilah bukti seberapa aku sangat mementingkan pendidikan. Jadi mungkin pihak sekolah pun begitu mendukung kemajuan karierku sebagai aktris selama aku bisa menjaga performa di kelas.
Tentu saja semua ini tidak akan terjadi jika aku tidak mendapat restu dan dukungan dari orang tua. Awalnya tujuanku ke Jakarta bukan untuk jadi artis tapi karena mendapat beasiswa. Keputusanku untuk merantau dari Banjarmasin ke Jakarta untuk menuntut ilmu pun tak pernah mereka halangi. Begitu juga ketika aku mendapat kesempatan untuk terjun ke dunia hiburan dan ternyata orang tuaku merespon positif. Mereka bilang akan selalu dukung apapun yang aku lakukan asal tidak setengah-setengah. Benar saja, mereka tidak pernah sekalipun mencoba untuk intervensi keputusanku menjadi seorang aktris sambil tetap bersekolah.
Tentu saja semua ini tidak akan terjadi jika aku tidak mendapat restu dan dukungan dari orang tua.
Biarpun mereka membebaskan untuk memilih jalanku sendiri, mereka tetap mengingatkan agar aku bisa pintar-pintar memilih pergaulan. Kata mereka aku harus bisa jeli membedakan mana teman yang bisa membawa pengaruh positif mana yang tidak. Sejauh ini aku bersyukur selalu dikelilingi orang-orang yang positif. Memang, satu dua kali aku bertemu mereka yang membawa energi negatif. Tapi tidak apa-apa. Aku percaya selama kita hidup tidak mungkin hanya bertemu orang-orang yang positif saja. Pada akhirnya semua kembali ke diri sendiri. Kalau kita bisa mengendalikan diri untuk tetap berperilaku positif pasti tidak akan mudah dipengaruhi orang lain.
Beruntungnya lagi, saat terlibat dalam film Dilan dan mendapat banyak perhatian bahkan popularitas, aku tidak mengalami “culture shock”. Aku cukup bisa menyesuaikan pada lingkungan baru sebab aku tipe orang yang suka sekali bersosial. Bahkan ketika masih di Banjarmasin aku sudah punya banyak teman di Jakarta. Lalu saat di Jakarta aku teman-temanku berasal dari berbagai pelosok dunia. Jadi aku tidak lagi kaget saat tiba-tiba jadi punya lebih banyak teman setelah masuk ke dunia hiburan. Aku bersyukur sekali dapat bergabung dan mendapat kesempatan menunjukkan talentaku. Aku merasa perhatian yang aku dapatkan justru membuatku merasa mendapat lebih banyak dukungan dan semangat untuk berkarya lebih.