Dalam hidup, rasanya tidak mungkin kita tidak bertemu dengan hambatan. Apalagi jika kita ingin maju. Selayaknya di sekolah, untuk naik kelas kita perlu melewati ujian yang sama saja dengan hambatan dalam hidup. Terutama mereka yang memiliki mimpi. Akan selalu ada ujian yang harus dilewati untuk menggapai mimpi. Mungkin cuma manusia yang tidak punya mimpi yang tidak akan bertemu dengan hambatan. Jadi, menurut saya bukan hambatan yang menghampiri kita. Kitalah yang mendatangkan hambatan karena mau maju.
Dalam hidup, rasanya tidak mungkin kita tidak bertemu dengan hambatan. Apalagi jika kita ingin maju.
Sebagai musisi, menurut saya ego dan ketakutan-ketakutan yang ada di kepala –yang belum tentu akan terjadi sekalipun, adalah hambatan terbesar. Biasanya, pikiran yang berasal dari pengalaman atas hambatan-hambatan yang ada sebelumnya membentuk pikiran bertambah kompleks. Oleh sebab itu, pemikiran saya di usia 25 tahun dengan sekarang tentu saja kompleksitasnya berbeda. Jika saya pernah melakukan satu kesalahan di masa lampau, sekarang saya akan berusaha tidak lagi mengulangi kesalahan tersebut. Sebagai musisi, ego bisa jadi hambatan saat merasa karya yang dibuat adalah yang terbaik. Ini mulai saya sadari di usia 25 tahun di mana saya sempat berpikir, “Jangan-jangan saya tenggelam dalam anggapan karya yang dihasilkan sudah bagus padahal orang lain tidak berpikir begitu?”. Sejak saat itu barulah saya berani untuk menanyakan pendapat pada orang sekitar soal karya saya supaya mendapat masukan untuk memperbaiki.
Di awal pandemi, hambatan lain pun saya temui. Sejatinya, saya merasa cukup terkejut dengan fenomena yang tidak bisa membuat saya jalan-jalan. Biasanya, ketika menyelesaikan satu pekerjaan saya akan memberikan hadiah jalan-jalan pada diri sendiri. Jadi, di masa pandemi saya kebingungan bagaimana cara memberikan hadiah tersebut. Saya merasa seakan tidak punya cara untuk detoksifikasi pikiran. Sebaliknya, saya justru langsung menimpa waktu jeda dengan pekerjaan lain. Akhirnya, setelah kondisi cukup memungkinkan, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan sebentar dan mencari hobi baru agar hidup terasa lebih seimbang. Fotografi menjadi alternatif untuk menghilangkan penat setelah menyelesaikan pekerjaan. Kemudian, saya juga menemukan cara untuk menyelesaikan pikiran-pikiran yang tidak perlu. Saya akan meluangkan waktu untuk merenungkan akar permasalahan yang sedang dipikirkan hingga tidak lagi ada pertanyaan. Jadi, saya bisa mengamati apa inti permasalahan yang dipikirkan.
Seiring perjalanan hidup sebagai seorang dewasa, saya juga menemukan ternyata cara saya menyelesaikan masalah dari masa ke masa cukup mengalami perubahan. Cara saya menyelesaikan masalah dengan merenungkan akar permasalahannya, baru saya temukan beberapa tahun belakangan. Dulu saya tidak paham apa yang harus dilakukan. Biasanya saya mengabaikan perasaan tidak nyaman tersebut. Sayangnya, ternyata itulah yang menjadi bumerang untuk diri saya sendiri. Meluangkan waktu untuk merenung ternyata menjadi sangat penting daripada mengabaikan. Semakin diabaikan, semakin akan berbahaya karena sama saja kita sedang menumpuk masalah yang suatu saat bisa meledak. Dalam perenungan yang sama, saya juga menemukan bahwa hambatan yang saya temukan 90% datang dari diri sendiri.
Meluangkan waktu untuk merenung ternyata menjadi sangat penting daripada mengabaikan
Tapi, tidak peduli hambatan apapun yang ditemui, saya tidak akan berhenti berkarya. Setiap manusia punya kebutuhannya masing-masing. Umumnya, kebutuhan primer manusia adalah makan, minum, hidup seimbang, dan menjaga kesehatan mental. Inilah yang terpenting. Namun ada kebutuhan hidup tambahan yang berbeda-beda. Ada yang kebutuhan tambahannya adalah untuk beribadah atau berkumpul dengan teman-teman. Karena saya introver dan kurang suka ramai-ramai, kebutuhan saya adalah menulis lagu. Inilah kebutuhan tambahan saya yang tak kalah penting. Saat kata-kata yang ditulis diberi nada, seketika saya merasakan ketenangan. Inilah mengapa berkarya bagi saya amat penting. Meskipun saya tetap butuh untuk menjaga keseimbangannya agar tidak berlebihan sehingga mendominasi aspek kehidupan saya lainnya.