Self Lifehacks

Hadiah Untuk Diri Sendiri

Fellexandro Ruby

@captainruby

Pengusaha Kreatif

Ilustrasi Oleh: Mutualist Creative

Bagaimana resolusi kita tahun ini? Menjelang akhir tahun, banyak orang berusaha memenuhi daftar target yang ingin mereka capai di tiap tahunnya, dan tidak jarang pula target tersebut berlalu begitu saja – seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kebanyakan dari kita overvalue dengan apa yang bisa kita lakukan dalam satu bulan, namun undervalue akan apa yang dapat dicapai dalam setahun. Dalam bahasa mudahnya, banyak dari kita cenderung menggampangkan apa yang bisa dicapai dalam waktu sebulan, namun tidak melihat hal-hal besar yang dapat dicapai dalam setahun. Sebagai contoh, sejumlah pekerjaan kita ambil untuk diselesaikan dalam waktu sebulan. Does it will have a good result? Apakah hasilnya berakhir memuaskan ataukah apa adanya karena mengejar tenggat waktu?

“Ah, bisalah gue dua bulan kurus,”

“Empat bulan kursus buat bisa ngomong bahasa Perancis, bisalah,”

“Bisalah bulan depan marathon, gue latihan di sebulan ini,”

Apakah semuanya pernah kejadian? Tercapai? Mungkin iya. Namun mungkin hasilnya tidak akan optimal karena dilakukan secara kilat, memotong alokasi waktu ideal yang diperlukan. Apakah orang bisa dalam sekejap menguasai bahasa asing? Bila yang dimaksud mulai dapat berani berbicara, sekedar percakapan singkat, dan kemudian orang tersebut rajin mempraktekkannya dalam keseharian, maka mungkin saja dalam waktu empat bulan ia memenuhi targetnya. Persiapan marathon dalam waktu sebulan? Untuk pelari pemula tentu akan memiliki hasil berbeda dengan pelari yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Begitu pun dengan harapan menjadi kurus. Turun dua hingga empat kilogram masih dimungkinkan. Namun turun hingga dua digit angka dalam waktu dua bulan? Semuanya kembali lagi pada sebesar apa niat dan usaha yang dikerahkan untuk mencapainya.

Sekarang coba bayangkan apabila kita menarik ulur waktu ambisius yang sebelumnya kita targetkan dalam hitungan bulan menjadi hitungan tahun. Terlihat lebih mungkin untuk mencapainya, bukan? Setahun adalah waktu yang cukup lama bagi kita untuk melakukan persiapan, berproses, dan naik tingkat ke tahapan selanjutnya yang ingin kita capai. Apa yang dapat orang capai dalam waktu setahun, dua tahun, hingga sejumlah tahun selanjutnya ada banyak sekali. But people are no longer thinking that far. Alih-alih berpikiran jarak jauh dan mulai melakukan ancang-ancang persiapan sedari sekarang untuk mendapatkan hasil yang optimal, kecenderungan diri kita adalah melakukan pekerjaan kilat dalam memenuhi target dadakan, yang pada akhirnya di penghujung tahun membuat kita belum tentu merasa melakukan suatu hal signifikan yang berarti di tahun yang berlalu.

Simpelnya, sekarang di usia 30-an, saya punya resolusi berbeda dalam memandang hidup. Saya sekarang mengatur hidup dari ulang tahun ke ulang tahun, bukan dari tahun ke tahun. Biasanya secara umum, orang cenderung melihat satu acuan titik pembaruan dari tahun baru. Inilah yang tampaknya membuat sebuah resolusi cenderung tidak tercapai atau berlalu begitu saja. Mengapa? Karena mengaitkan resolusi dengan tahun baru, menurut saya tidak memiliki emotional attachment dengan diri kita sendiri. "Ya sudah lah, tahun lalu juga resolusi tidak berhasil tercapai. Ya sudah lah, memang begitu biasanya." No, it shouldn’t be like that.

Mengaitkan resolusi dengan tahun baru tidak memiliki emotional attachment dengan diri kita sendiri.

Dari sini, saya mencoba menggeser pola pikir dalam memandang sebuah target dan resolusi. Jika kita mengaitkan resolusi dengan hari ulang tahun, maka yang akan kita ajukan di tiap tahunnya adalah sebuah pertanyaan mengenai "Apa yang akan kita hadiahkan pada diri kita sendiri di usia yang baru?" Tapi, sebagai catatan, hadiah yang kita berikan pada diri sendiri tidak boleh dalam bentuk barang, atau segala sesuatu yang dapat secara mudah dibeli oleh uang. Karena tidak bisa dibeli, artinya kita harus mengusahakan untuk memperolehnya. Contoh, misalnya tahun depan saya ingin bisa berbahasa Jepang. Maka di ulang tahun yang mendatang saya akan menghadiahi diri dengan 'the gift of language'. Atau, dua tahun yang lalu misalnya, saya menghadiahi diri dengan 'the gift of health'. Saya dulu sempat kelebihan berat badan, dan saya merasa kondisi itu tidak sehat – cepat lelah dan kurang semangat kerja. Akhirnya di ulang tahun ke-30, saya menghadiahi diri dengan badan yang lebih kurus lewat penurunan berat sebesar tujuh kilogram.

Di tahun ini, saya pun menghadiahi diri dengan sesuatu yang berbeda lagi. Bagi sebagian orang, di usia tertentu, mereka sudah merasa cukup dan memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti tempat tinggal, rumah, pakaian, dan lain sebagainya. Dalam konteks saya, apalagi yang perlu dipikirkan setelah kebutuhan dasar? Ya, mungkin memulai berkeluarga. Bila sudah berkeluarga, lantas apa? Selanjutnya adalah legacy. Apa yang akan saya tinggalkan di dunia ini?

Saat ini saya sudah mulai memikirkan apa yang akan menjadi legacy saya. Rata-rata, angka harapan hidup laki-laki di Indonesia hingga di usia 79 tahun. Oleh karena itu, saya sangat menghitung hari. Taruhlah, mengikuti standar usia 79 tahun sebagai usia terakhir saya, maka saya hanya memiliki sekitar 40 tahun lagi untuk hidup, yang perlu dipikirkan akan digunakan untuk apa. Jangan sampai di akhir usia saya merasa menyesal. 40 tahun itu waktu yang pendek dan akan terasa sangat cepat berlalu.

Saya menyebut hal ini sebagai future-minded. Kita berpikir jauh akan apa yang ingin kita capai, lantas merunut mundur ke masa kini, langkah-langkah apa yang dapat dilakukan untuk merealisasikannya. Turunan dari future minded banyak sekali. Mulai dari hal keuangan dimana kita berpikir bagaimana mencapai kestabilan finansial di usia muda, aktualisasi kapasitas diri, hingga pencapaian dalam hal karir atau pekerjaan yang diidamkan. Mengaitkan target-target tersebut dengan hari ulang tahun adalah salah satu cara untuk mengetuk dan mengikat sisi emosional kita untuk berusaha kuat memperolehnya sebagai hadiah untuk dinikmati. Semua orang selalu menginginkan hadiah di hari ulang tahunnya, bukan?

Lantas, apa yang akan kamu hadiahkan pada diri sendiri di ulang tahun yang akan datang?

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024