Self Work & Money

Enak, ya, Jadi Content Creator?

“Enak ya jadi content creator, followers banyak, tinggal foto-foto doang dapet duit”.

“Enak ya jadi content creator, mau apa-apa gampang. Punya banyak kenalan, bisa kenal sana sini!”

“Ciyeee.. influencer… punya banyak fans dong?”.

Saya sebagai content creator pun sering mendapatkan pernyataan tersebut. Masih banyak yang hanya sekadar melihat hasil dari apa yang kami kerjakan, seolah lupa apa yang kami dapatkan sekarang pun perlu melewati proses panjang.

Mulai dari menentukan ide, bagaimana kami harus konsisten membuat konten setiap harinya, bagaimana caranya agar tetap engage dengan followers kami, bagaimana kami harus terus meng-upgrade diri kami dengan workshop-workshop, bagaimana kami harus bersusah payah untuk membeli gadget pertama kami, belum lagi harus “tahan banting” karena komentar haters atau karena performa konten yang tidak sesuai ekspektasi.

Saya jadi teringat ketika saya membeli kamera pertama saya di tahun 2015 lalu. Mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, sampai akhirnya kamera pertama ini membuka peluang untuk terjun di dunia content creator, bertemu dengan partner bisnis saya, William Sudhana, dari Instagram dan akhirnya bersama William membangun vosFoyer sampai sekarang.

Tentu, kamera bukan satu-satunya. Keinginan untuk tumbuh, berbagi, dan meng-upgrade diri terus menerus sebagai content creator-lah yang membantu saya ada di titik ini.

Banyak yang menilai influencer hanya sekadar persoalan angka. Padahal, setiap orang bisa menjadi influencers.

Tidak mudah menjadi seorang content creator, ketika followers semakin bertambah, dari 100 menjadi puluhan ribu, ratusan ribu, lalu jutaaan, nama content creator seolah hilang dan segera digantikan dengan sebutan influencers. Yang akhirnya mengubah pandangan orang-orang bahwa seorang influencer harus dan selalu memiliki followers puluhan ribu sampai jutaan. Padahal, setiap orang bisa menjadi influencers.

Sekarang coba kamu bayangkan, misalnya saat ini kamu memiliki 100 followers. Kamu masukkan mereka ke dalam kamarmu yang berukuran 3x4 meter, saya yakin kamarmu akan penuh sesak atau bahkan tidak cukup menampung orang sebanyak itu. Angka tetaplah angka, followers banyak atau sedikit adalah bagaimana kamu melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Untuk bisa memberikan influence tidak perlu menunggu followers banyak. Mulai dari apa yang ada di sekitar kamu dulu, mulai dari 10 atau 100 followers-mu dulu juga tidak apa-apa. Saya sering memberikan ilustrasi seperti ini:

Suatu hari, kamu yang followers-nya ‘hanya’ 100 orang, makan dan posting tentang Mie Ayam MG. Salah satu followers-mu, yaitu teman dekatmu, kebetulan punya selera makan yang sama seperti kamu. Melihat postingan tersebut, teman kamu tertarik untuk mencoba Mie Ayam MG. Eh ternyata, teman kamu juga suka dan ikut-ikutan posting tentang Mie Ayam MG. Kemudian, followers dari teman kamu itu tertarik untuk coba, bahkan ikut-ikutan posting juga. Dalam sekejap, dagangan abang mie ayam tersebut ramai dan ludes terjual.

Mungkin menurutmu apa yang kamu bagikan itu sederhana dan terlihat sedikit, tapi sebenarnya bisa saja, apa yang kamu lakukan justru bermakna dan memiliki dampak bagi orang lain. Bagi temanmu dan teman-temannya yang akhirnya bisa menyantap mie ayam enak, juga bagi abang mie ayam yang akhirnya bisa mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarganya. So, everyone can be an influencer, right?

Sebagai Content Creator, tidak cukup hanya dengan membuat konten viral, tapi bagaimana caranya konten yang kita kemas bisa memberikan solusi atau jawaban untuk audiens kita.

Menjadi Content Creator, seperti juga pekerjaan lainnya, tentulah tidak mudah. Banyak yang harus dilakukan, dikorbankan, dan diperjuangkan. Apalagi gelar influencer yang seringkali diberikan kepada kami, membuat kami harus benar-benar bisa bertanggung jawab dan bijak atas informasi apapun yang kami bagikan. Dengan mem-follow seseorang, berarti secara sadar kamu menginvestasikan hidupmu untuk melihat influence dari orang yang kamu follow.

Sayangnya, tidak sedikit content creator yang memiliki pemikiran “yang penting viral”, punya followers banyak, dilirik banyak brand dan mendapatkan banyak cuan dari sana. Ya, terlepas kontennya akan berdampak positif ataupun negatif. Kalau society masih banyak yang berpikir bahwa angka adalah segalanya, awareness hanya diukur dari angka, terlepas sentimen yang dihasilkan negatif ataupun positif, alhasil ekosistem digital yang lebih bijak dan sehat akan semakin sulit diciptakan.

Menjadi Content Creator bukanlah hanya perkara mengejar cuan, namun apa yang bisa kita lakukan untuk membantu sekitar kita, apa yang bisa kita lakukan untuk memberi solusi dari permasalahan sekitar, bagaimana kita bertanggung jawab dari konten-konten yang kita bagikan. Sehingga, sebagai Content Creator pun, tidak cukup hanya dengan kemampuan membuat konten viral, tapi bagaimana caranya konten yang kita kemas bisa memberikan solusi/jawaban untuk audiens kita.

Ada tanggung jawab moral yang harus dipenuhi, bukan sekadar membuat sensasi dan mengejar materi. Setelah sadar bahwa menjadi content creator yang bijak itu sangatlah penting, saya tahu yang harus saya lakukan adalah mengajak audiens dan orang-orang di sekitar saya untuk bersama-sama menciptakan #HealthierDigitalEcosystem.

Tantangannya memang luar biasa berat, tapi bersama vosFoyer, saya yakin cepat atau lambat, kami akan benar-benar bisa mewujudkannya. Kalau kamu merasa punya visi yang sama dengan kami untuk mewujudkan #HealthierDigitalEcosystem, kami akan sangat senang dan berterima kasih atas kesediaan kamu menjadi bagian dari Home for Creators.

Mari bersama-sama membangun ekosistem kehidupan digital yang lebih sehat melalui #HealthierDigitalEcosystem. Info selengkapnya dan cara bergabung bisa mampir ke instagram @homeforcreators.vf

 

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024