Ekspektasi mungkin sebuah kata yang sering kita dengar dan jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah kalimat yang biasa mengiringi kata ini adalah anjuran agar kita bisa mengendalikan ekspektasi. Nasihat untuk mengatur ekspektasi sepertinya kemudian dapat dimaknai dengan dua cara, setuju ataupun tidak.
Kalau hari ini saya ditanya, apakah ekspektasi dapat dikendalikan?
Menurut saya bisa, atau setidaknya harus dicoba dan diyakinkan untuk bisa. Tak jarang ekspektasi yang terlalu tinggi kemudian membuat kita kecewa dan patah hati. Terlebih ekspektasi yang hadir dari sebuah janji yang sudah terlanjur diungkapkan oleh seseorang, tantangan untuk bisa mengendalikannya menjadi semakin sulit.
Tak jarang ekspektasi yang terlalu tinggi kemudian membuat kita kecewa dan patah hati.
Perlu diakui, mengendalikan ekspektasi memang tidak pernah mudah tapi menurut saya harus tetap coba dilakukan. Saya selalu berusaha mengingatkan diri sendiri untuk tidak berharap berlebihan pada apapun atau siapapun. Karena semakin kita berharap, kalau tidak terwujud, maka akan semakin sakit rasanya. Lebih baik biasa saja, sabar, jangan terlalu berharap sampai benar-benar terwujud.
Cara pandang ini juga tidak muncul begitu saja di hidup saya. Ini hadir dari pengalaman yang sudah saya hadapi sebelumnya. Kekecewaan dari ekspektasi berlebih pada orang saya percaya kemudian membuat saya pesimis terhadap ekspektasi dan lebih memilih untuk tidak lagi berharap lebih. Sebuah pengalaman yang berhubungan dengan uang di masa lalu membuat saya belajar untuk lebih cermat mengambil keputusan dan memberikan kepercayaan pada orang lain. Jangan terlalu sering mengandalkan ekspektasi.
Pengalaman ini dan cara pandang saya mengenai ekspektasi juga sejalan dengan lagu bertajuk “Roselina” yang baru saya rilis. Lagu ini sebenarnya berisi pertanyaan. Sebuah cerita tentang sekumpulan pertanyaan di dalam kepala terhadap seseorang, kenapa anda memilih pergi? Kenapa kemudia ia ingkar janji? Dan rentetan pertanyaan lainnya terhadap seseorang yang pernah begitu penting dalam hidup.
Judul “Roselina” sendiri sebenarnya terinspirasi dari nama seorang kawan saat saya masih SMP, sebenarnya dia mungkin bahkan belum tau bahwa judul lagu ini terinspirasi dari namanya. Tidak ada alasan spesifik sebenarnya, saya hanya merasa nama ini unik dan nuansa yang diberikan cocok dengan musik yang saya bawakan dalam lagu “Roselina” ini.
Selama pengerjaan lagu “Roselina” cukup banyak perubahan yang terjadi, terlebih dari segi aransemen musik. Saya masih ingat betul bahwa pada saat pertama kali lagu ini dibuat, saya menggunakan pianika untuk membuat melodi awalnya. Kemudian proses kreatifnya terus berjalan hingga jadi “Roselina” yang sudah bisa teman-teman dengarkan sekarang.
Semoga setelah mendengarkan lagu “Roselina” kita bisa sama-sama tersadar dari kebodohan yang selama ini kita alami karena terlalu berharap pada seseorang. Kita semua pasti pernah kecewa karena ekspektasi diri sendiri, semoga kita bisa lebih bijak dalam mengendalikan harapan kita terhadap sesuatu atau seseorang di masa depan. Selain itu, saya juga berharap kita bisa bersama-sama menyanyikan lagu ini di panggung, kalau ada kesempatan nantinya.
Kita semua pasti pernah kecewa karena ekspektasi diri sendiri, semoga kita bisa lebih bijak dalam mengendalikan harapan kita terhadap sesuatu atau seseorang di masa depan.